45. Mengejar Layangan yang Putus

2158 Words

Aku masih memaku di tempat. Aku belum bergeming sedikit pun. Pelukan erat ini terasa tak nyata. Lebih lagi, orangnya. Perlahan, pelukan itu terlepas. Dia mendorongku pelan, membuat wajah kami berhadap-hadapan dalam jarak yang cukup dekat. Inginku sebenarnya adalah memeluknya lagi, tetapi yang kulakukan justru mulai meninju dadanya sekuat yang kubisa. Dia diam saja dan membiarkanku terus meninjunya. “Dasar jahat! Manusia enggak berperasaan!” aku masih terus meninjunya. Air mataku pun terus mengalir dan sulit berhenti. Herannya, dia hanya diam dan pasrah. Sampai akhirnya, dia meraih tanganku dan menyimpannya dalam genggaman. “Udah, Sya. Nanti tanganmu sakit. Jangan diteruskan.” Kini dia meraih tisu dan mengusap air mataku yang masih mengalir. Awalnya aku diam saja, tetapi begitu sadar ta

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD