Ternyata

1066 Words
Lisa, Wisnu, Raka dan Leon menelonjorkan kakinya yang pegal karena sedari tadi mereka hanya berdiri. "Gue gak sanggup lagi kak ngelayanin tu ibu ibu barbar" ucap Raka memijat- mijat kakinya. "Gue juga" Kini Lisa yang berbicara, ia sebal karena ibu- ibu itu selalu menghitaukannya. 'Pasti karena kalah cantik' ucapnya dalam hati. "Eh kalian liat ada orang yang mencurigakan di sini ?" tanya Lisa pada rekan- rekannya. "Belum" jawab Leon. "Gue juga belum" jawab Raka, Wisnu pun menggelengkan kepalanya. Mata Wisnu sedikit mengantuk karena jam tidurnya yang sekarang tak menentu. "kak aku boleh izin istirahat gak ? " ucap Wisnu karena matanya terasa lengket. Raka, Leon dan Lisa yang kasihan karena Wisnu baru bergabung bersama mereka. Ia pasti belum terbiasa dengan kehidupan ini. Maklun Wisnu merupakan anak dari atasannya, anak orang kaya. Mereka membiarkan laki- laki itu tidur. "Biarin dia istirahat, kita juga istirahat sekarang. Nanti malem kita pantau keadaan sekitar" ucap Lisa pada Leon dan Raka. "Siap" ucap Raka dan Leon bersamaan. Lisa naik ke atas dia berusaha untuk tidur, di antara kesadarannya ia melihat ke celah gorden jendela kamarnya. Kasurnya yang bersebelahan langsung dengan jendela, Lisa bisa melihat ke arah luar walaupun dengan berbaring sekalipun. Ia melihat ada sebuah bayangan di jendela, kemudian gorden pun tersibak. 'ITU DIA ! RIDWAN ! SELAMA INI KAMARNYA BERHADAPAN LANGSUNG DENGAN KAMAR RIDWAN !' Pria itu seperti memantau keadaan lewat jendela rumah itu.. Apa Ridwan tau bahwa mereka adalah intel yang sedang menyamar ? Matanya sudah terlanjur menutup tubuhnya tak bisa melawan rasa kantuk itu, ia tertidur dengan pikiran masih tertuju pada Ridwan. Sedangkan Leon yang sudah langsung tertidur, ia bermimpi tentang ibunya. Masa lalunya yang sangat ingin ia ingat, namun selalu saja wajah ibunya masih sangat buram di dalam mimpinya itu. 'Mami' ia memanggil ibunya dalam tidur. Ia menggulingkan badannya ke kanan ke kiri karena tidurnya yang7 gelisah. Leon selalu memimpikan hal yang sama, berpisahnya ia dan ibunya dalam tragedi 1998. Mereka adalah tionghoa. Lalu saat ia berpisah ia tinggal bersama adik ibunya Ia di paksa berjemur oleh pamannya yang merupakan seorang pribumi yang baik hati, bibinya dan saudaranya juga di jemur di terik matahari. Saat ia remaja ia selalu berbuat onar, pamannya pun memasukan dia ke militer. Di dalam kemiliteran yang keras ia selalu bertahan karena ia yakin akan bertemu dengan ibunya jika ia masuk ke dalam institut negara. Sedangkan Raka masih berusaha tidur, ia memang sangat jarang tidur apalagi tidur siang. Saat ia tertidurpun pun ia masih sangat siaga, ketika tak sengaja mendengar sedikit suara ia pasti langsung terbangun. Kini ia malah mengingat- ngingat tentang seorang wanita, wanita yang dulu sempat menolongnya. Ia hanya mendengar suaranya, namun membuat Raka sangat tertarik sengan wanita itu. Wanita itu dulu bekerja di FBA sebagai hacker dan pempogram. Saat ia hampir mati di negara tetangga, ia di tolong oleh wanita itu. Dengan bantuan mini airphone yang terpasang tersembunyi di telinganya, wanita itu memberi rute untuk kabur. Ia mencoba menutup mata dan mengingat kembali suara dari wanita penolongnya. 'Andai aku dapat mendengar suaramu lagi' ucap batin Raka. Sayang seribu sayang agen FBA indentitasnya sangat di rahasiakan, ia tak dapat bertanya maupun mencari tau. Karena pasti akan langsung di tangkap dan di introgasi oleh pasukan khusus walaupun dia juga merupakan pasukan khusus. Rahasia negara merupakan harta karun negara, yang tak sembarangan orang tau. Hanya atasan FBA yang tau tentang anggotanya itu sendiri. Yang ia tau bahwa wanita itu di beri kode Siamang oleh pemerintah. Suara dering handphone dari Lisa menyadarkan Lisa dari tidur nyenyaknya. Ia langsung bangun dan melotot dengan ingatannya sebelum tertidur tadi. Ia melihat handphonenya komandannya telah menelfonnya sebanyak 5 kali. Ia mengangkat panggilan ke 6 kali ini. "Maaf komandan ! Gue ketiduran" ucapnya santai. "Udah gue duga sih" "Oke siap" "Gue bergerak pagi nanti" "Gue ada laporan, gue lihat Ridwan ada di rumah itu" "Gue yakin banget" "Iya gue tau dia itu licin banget, kita harus hati- hati" "Oke siap komandan" Lisa mematikan panggilan telepon itu. Dengan kesadaran yang penuh ia kemudian turun ke lantai bawah membangunkan semua anggotanya. Kecuali Raka yang telah duduk, sepertinya ia memang susah tidur. "Fix ikan itu ada narkobanya" ucap Lisa. "Kayaknya itu ikan gak sengaja kena, soalnya gak terlalu banyak serbuk di ikan ikan itu" ucap Lisa. "Gue punya firasat, ikan itu cuma buat nutupin kedok pengiriman n*****a" ucap Raka. Leon mengangguk- anggukan kepalanya setuju. "Hebat banget bisa sampai lolos" Wisnu berbicara sendiri. "Yang harus lu tau, oknum bermasalah itu selalu ada" ucap Lisa. "Ada uang masalah beres" kini Leon ikut berbicara. "Dan itu tugas kita buat menumpas semuanya" ucap Lisa pada Wisnu. Wisnu menangguk mengerti, memang banyak oknum yang harusnya melindungi masyarakat malah menjadi duri dalam masyarakat. "Nanti malam kita gerak ke pelabuhan" ucap Lisa. "Kita harus tau kapal mana yang ngangkut n*****a itu" "Kita harus hati- hati, karena Ridwan bisa aja nyium pergerakan kita" Lisa melanjutkan pembicaraannya. . . . Di tempat lain. Anwar mendapat telepon dari kantor pusat bahwa serbuk itu adalah n*****a. Narkoba jenis Z yang di produksi baru- baru ini. Yang ia tau, jenis n*****a Z adalah n*****a yang memberi efek tenang tanpa gangguan kepada penggunanya. Jika pengguna menggunakannya berulang kali maka memberi efek kejang hingga kematian. Dosis yang berlebih juga dapat memberi efek gangguan halusinasi untuk penggunanya. Narkoba jenis Z adalah n*****a baru yang berbahaya. Ia yakin Ridwan berada di belakang ini semua. Padahal ia sedang di buru, namun ia masih bisa bebas menjalankan bisnisnya. Anwar yakin banyak orang yang membantunya. Ia harus menyelediki lebih lanjut, besok ia harus menyelidiki dari bawah dahulu. Ia selalu curiga pada seseorang dari dulu hingga sekarang, kecurigaan itu tak pernah hilang. Anwar kemudian menelfon Lisa. Sudah 5 kali ia menelfon gadis itu, namun tak juga di angkat. "Kemana ni orang ?" ucap Anwar melihat handphonenya. Ia mencoba menelefon Lisa lagi. "Halo ?" "Lu kemana aja sih" "Yaudah gue ada petunjuk buat lu, ternyata itu adalah n*****a jenis Z" "Langsung cepat bergerak, kita gak boleh ketinggalan kali ini " "Lu yakin itu dia ?" "Iya, kita cari cara dulu buat nangkep dia. Karena dia pinter banget kaburnya" "Oke" Anwar mematikan telefon itu. Dia merasa senang bahwa Ridwan terlihat di sana, ia pasti akan menangkap pria itu. Sekarang yang ia harus lakukan adalah terbang kembali ke ibu kota. Percuma jika menangkap Ridwan namun bukti hanya beberapa saja. Dia pasti hanya akan di penjara beberapa tahun ! "gue harus cari bukti sebanyak mungkin, Ridwan harus di penjara selamanya !" ucap Anwar pada dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD