Sementara itu di kantor polisi pusat ibu kota Lisa, Anwar, Leon dan Wisnu kembali di sidang. Oh ada satu lagi personil baru yaitu Angga.
Namun kali ini sepertinya para petinggi militer sedikit lunak pada ke lima orang itu.
Hingga akhirnya mereka bebas dari hukuman.
Semua ini tentunya tak terlepas dari permohonan Wira, gubernur kota Katimanta.
Dia merasa sangat berterima kasih kepada Anwar cs karena membuat nyawanya selamat.
"Well ada gunanya juga punya koneksi petinggi" ucap Lisa pada ke empat orang di sampingnya.
Mereka sedang makan siang di warteg ujung jalan, warteg itu merupakan salah satu langganan Lisa saat masih menjadi murid akademi militer.
"Lah sebelah kita bapaknya malah jendral 3" ucap Leon, ia menunjuk ke arah Wisnu yang sedang menggerogoti paha ayam goreng.
Leon melihat ke arah semua rekannya.
"Jangan harapin aku" ucap Wisnu, ia melanjutkan kembali memakan ayamnya.
"Iya bapak lo gak bisa di bujuk, kalo bahasa Hogganya tuh angel wes angel " ucap Anwar malas, ia masih emosi karena Bagas tak memberikan keringanan padanya.
Sekarang rasakan ! ia sekarang banyak bolos dari tugasnya menanjadi pelatih.
"Iya emang bapakku tu gitu komandan, dulu mau minta mainan aja harus nilainya A" Wisnu menerawang saat masa kecilnya.
Dahulu ia memang di harusnya mendapat nilai tinggi dan harus selalu rangking 1.
Alhasil dari Sd sampai dia lulus akademi militer dia mendapat nilai sempurna dan tentu selalu menjadi yang pertama.
Dan langsung masuk ke dalam tim elit, tim merak.
"Ah gak juga pak Bagas orang yang baik dia malah mau bantu kalian" ucap Angga menampik perkataan Anwar dan Wisnu.
"Bantu apa ?" tanya Lisa ingin tau.
Anwarpun ikut penasaran.
Apa lagi Wisnu dan Leon, mereka semua menunggu Angga melanjutkan kembali perkataannya.
"Itu bukan hal yang bagus untuk di bicarakan di sini, ku tunggu kalian di apartementku" ucap Angga.
"Udah ya gue ada janjian hari ini sama seseoran gue tunggu jam 8 malam" ucap Angga.
Pria itu kemudian segera pergi menggunakan mobilnya.
Leon dan Wisnu kembali melanjutkan makannya.
Sedangkan Lisa dan Anwar kini mulai memikirkan, rencana apa yang di lakukan oleh Angga.
.
.
.
Anwar kini harus berpisah dengan mantan anggotanya, ia mendapatkan panggilan dari atasannya.
Ada satu siswa militer yang kabur.
Anwar di suruh untuk mencarinya dan memasukan anak itu kembali ke akademi militer.
"Orang lain susah- susah buat jadi tentara malah ni anak kabur"
"Dulu gue aja sampe jual sawah di kampung" Anwar mengomel khas bapak- bapak.
Sebenarnya Anwar belum bapak- bapak sih, karena dia belum menikah.
Ya ! pria yang akan menginjak umur 40 tahun itu belum menikah.
Ia lebih mementingkan karirnya ketimbang menemukan pendamping hidup.
Leon dan Wisnu bebas tugas hari ini, begitu pula Lisa.
Mereka kini berada di rumah Leon.
Rumah itu di bangun dari hasil keringatnya sendiri.
Rumah dengan 3 ruangan namun halamannya sedikit luas.
Di depan rumahnya ada sebuah pendopo kayu yang asri, dulu tim merak sering rapat di sana karena sangat sejuk.
Lalu rumahnya berisi tiga bagian, satu ruang luas yang berfungsi banyak sekaligus. Ada ruang tamu berupa sofa dan tv flat yang sangat besar.
Lalu dapur dan meja makan kecil, tanpa sekat yang membuatnya nampak luas.
Dua kamar tidur yang masing- masing mempunyai kamar mandi sendiri.
Full cat berwarna merah.
Ada satu sketsa gambar seorang perempuan bermata sipit.
Dulu sangat ia sedikit mempunyai gambaran tentang wajah ibunya ia langsung merekamnya dan menyuruh seorang pelukis untuk melukiskan wajah ibunya.
Di bagian paling belakang ada kolam ikan kecil dan sebuah kebun yang berisi sayuran dan buah- buahan.
Yah itu lah gambaran dari rumah Leon.
"Lama juga gak kesini" ucap Lisa, ia membaringkan badannya di karpet bulu bergambar singa.
"Kak lu psycopath ya ?" tanya Wisnu melihat rumah Leon yang full berwarna merah.
Ia memang baru pertama kali berkunjung di rumah Leon, kalian ingat kan ? Dia anggota baru di tim merak.
"Hah ? Kenapa lu bisa berpikir seperti itu njir" jawab Leon sedikit geli.
"Serba merah, darah, lu pecinta darah apa jangan jangan lupa vampir ?" Perkataan Wisnu semakin ngawur.
"Gila lu" ucap Lisa pada Wisnu.
"Haha anjir kalo di orang china itu warna merah melambangkan keberuntungan dan kegembiraan gitu" jawab Leon sambil tertawa.
"Emang lu beneran asli china kak ?" tanya Wisnu ingin tau.
"Yaah emang muka gue menurut lu kaya orang mana ?" Leon kembali bertanya pada Wisnu.
Pria yang baru bergabung dengan tim merak itu melihat lekat ke wajah Leon.
Alis yang tebal, bibir merah, kulit yang selalu putih walau terkena matahari 7 hari 7 malam, dan mata yang terlalu sipit.
"China asli china ? atau china asli sini ajab?" tanya Wisnu lagi.
"Yaah itu sih gue gak tau, emak gue kan ninggalin gue waktu kecil" jawab Leon, matanya menyiratkan kesedihan.
Wisnu merasa bersalah.
"Yang penting lu sekarang kan sukses, lu bisa ngelaluin itu sendiri dan sekarang well bisa bangun rumah sendiri. Keren lu !" ucap Wisnu bangga.
"Elu sih pake ngungkit- ngungkit sedihkan jadinya" ucap Lisa.
"Santai aja lagi, udah biasa gue di gituin. Dulu gue udah biasa di rasisin di akademi" ucap Leon lagi.
Dulu ia sering sekali di ejek.
China yatim piatu lah, gak bisa melek lah, gak punya toko lah.
Bahkan dulu pelatihnya juga rasis padanya, ia di suruh menyanyikan yel- yel 'tentara harus hitam' dan di suruh berlari sendiri.
Mana dia gak bisa hitam lagi ! Padahal siang itu lagi panas- panasnya.
Dan menjadi kebanggaan sendiri karir semua temannya saat di akademi bahkan atasannyapun berada di bawahnya.
Sampai tragedi di Hogga itu terjadi.
Ia kembali turun pangkat.
Leon menutup wajahnya sedih, ia menangisi karirnya yang redup.
"Huuu anjing emang Ridwan" ucap Leon sambil menangis.
"Cup cup kak" Wisnu mengelus- elus pundak Leon agar pria itu tenang kembali.
"Ya ampun satunya bayi satunya anak paud, mana kejantanan kalian sih" Lisa mengomentari dua orang pria yang sedang bersamanya itu.
Untung saja dua orang rekannya masih waras.
Anwar dan Raka, mereka tak pernah menangis dan mengeluh.
Mereka adalah seorang pria sejati di mata Lisa.
"Hu hu huu karir gueee" Leon masih menangis dengan lebaynya.
"Udah kak cupcup, mending elu pernah nikmati gaji gede"
"Gue baru login udah di suruh logout aja" Wisnu tak kalah ngenesnya.
Pemuda itu baru lulus dengan nilai yang memuaskan, dengan predikatnya yang bagus ia di masukan ke dalam tim khusus yaitu tim merak.
Namun baru saja tugas pertama ia langsung turun pangkat.
"Tapi bapak lo jendral bintang 3" balas Leon.
Ah iya juga, Lisa tak jadi memberikan rasa kasihannya pada Wisnu.
Tentu karena dia merupakan anak orang kaya.