Seorang gadis cantik berpakaian modis tampak duduk tenang di sebuah cafe.
Banyak mata memandang takjub padanya.
Ia memakai minidress yang membuat kaki jenjangnya tereksplos bebas, wajahnya yang putih namun pucat tampak tenang.
Sepertinya ia menunggu seseorang.
Karena sekarang hari minggu banyak mahasiswa atau pasangan sedang nongkrong di cafe itu.
"Halo kak boleh minta nomer teleponnya ?" Seorang pemuda yang sangat tampak seperti mahasiswa mencoba meminta nomer telepon gadis cantik itu.
"Gak punya nomor" jawab gadis itu singkat.
Ia jengah karena menunggu dua orang yang tak juga sampai untuk menemuinya.
Sebenarnya dalam hatinya ia sangat gelisah, sudah satu tahun ia tak pernah bertemu dengan orang asing.
Tapi dua orang yang akan menemuinya bukan orang asing untuknya, walaupun mungkin salah satu orang akan tak mengenalinya.
Mahasiswa itu masih menunggu.
"Saya gak punya nomor tel.." belum sempat ia berbicara lagi mahasiswa itu langsung memotong perkataannya.
"Kalau begitu boleh saya duduk di sini ?" mahasiswa bername tag Bayu itu tak menyerah.
Gadis itu mengangkat wajahnya ia memandang Bayu untuk sesaat.
Sepertinya ia tau mahasiswa bernama Bayu itu.
Gadis itu membuka tas yang ada di kursi sebelah kanannya, ia membuka tasnya dan mengeluarkan dompetnya.
Ia mengeluarkan KTP dari dalam dompetnya lalu memperlihatkan langsung di depan wajah Bayu.
"Hah ? 29 tahun ? mau nipu ya ?" tanya Bayu, ia tak percaya dengan Ktp itu.
Gadis itu mensejajarkan foto ktp dan wajahnya.
Bayu masih terlihat tak percaya.
Gadis itu kembali mengambil sesuatu di tasnya, ia menggenggam sebuah kacamata lalu memakainya.
Kini wajah di ktp dan wajah aslinya begitu mirip.
"Sudah sana pergi saya gak suka anak kecil macam kamu" ucap gadis itu nyelekit.
Bayu yang sudah menyerah kembali ke mejanya, setelah duduk dia disoraki oleh seluruh teman- temannya.
'Watak ayah dan anak sama saja' batin gadis itu dalam hati.
Setelah lama menunggu ada dua orang pria memasuki sebuah cafe.
Satu orang memakai kemeja dan satu orang lagi memakai kaos hitam.
Pria berkemeja memakai kacamatanya, mencari orang yang akan dia temui.
"Ah itu dia" ucap Yuda, menunjuk gadis cantik itu.
Yuda berjalan memimpin sedangkan Raka berjalan di belakangnya.
Raka tampanpun tak kalah menjadi pusat perhatian di cafe itu.
"Ya ampun orang- orang pada lihatin aku" ucap Yuda percaya diri.
Raka memutar bola matanya malas.
'Siapa perempuan itu ? Apa dia orangnya ? Wajahnya gak kaya orang pinter' ucap Raka dalam hati melihat orang yang di tuju oleh Yuda.
Kemarin saat ia mulai mengintogasi Yuda.
Pria itu berkata dulu ia bekerja di FBA selama dua setengah tahun, dan karena satu kesalahan ia di keluarkan bersama seniornya.
Ia tau nama dan data Raka dari Seniornya itu.
Kebetulan seniornya itu juga sedang memburu seorang penjahat baru- baru ini, walaupun penjahat itu telah mati.
Seniornya itu ingin mengangkap orang- orang yang ikut andil dalam kejahatannya.
Ia yakin ada banyak tikus yang bersembunyi di belakang kematian Ridwan, dan mereka tetap harus ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi.
Yuda mengeluarkan sebuah flasdisk, di dalamnya ada beberapa bukti cuci uang milik Agung.
Mungkin ada beberapa pejabat yang mencuci uang mereka di luar negeri, namun jika itu di bank swiss itu adalah suatu tanda tanya besar.
Dari mana asal uang itu ?
Sial baginya virus itu begitu kuat ia tak bisa mengembalikan beberapa file, jadi ia tak bisa melihat lebih jauh.
Seniornya sangat pintar dalam hal seperti ini, maka dari itu ia akan memberikan flasdisk ini kepadanya.
Apa lagi itu untuk tujuan yang baik bukan ?
"Hai kak Fina lama tak bertemu" sapa Yuda sok akrab, dari pada yang lain Yuda memang akrab dengan Fina.
Ya gadis itu bernama Fina.
Setelah kejadian dulu Fina dan dirinya di pecat dari FBA, Yuda memilih bekerja di devisi IT kepolisian sedangkan Fina memilih untuk menganggur.
Mereka sering bermain game bersama, maka dari itu mereka akrab.
Fina memandang Raka dan Yuda dengan tatapan tak akrab.
"Lama sekali" ucap Fina.
"Hehe maaf" balas Yuda.
"Dia memang galak mas, tapi dia baik kok" ucap Yuda berbisik ke telinga Raka.
Raka menggaruk kupingnya karena geli.
"Jangan bisik- bisik geli" ucap Raka, Yuda hanya terkekeh kemudian dia duduk.
Rakapun duduk di sebelah Yuda, ia memandang Fina dengan tatapan malas.
"Kak Fin ini kak Raka, ah kak Fina pasti tau lah"
"Orang sering ngobrol" ucap Yuda cengengesan.
"Hah ? maksutnya ?" tanya Raka bingung, ia memandang ke arah Fina.
Fina yang di pandang oleh Raka kini meminum lattenya, gadis itu terlihat gugup sekarang.
"Dua tahun yang lalu kalian kan saling berbicara satu sama lain" ucap Yuda menjelaskan.
"Hah ?" Raka terlihat seperti orang bodoh.
"Kamboja"
Oh Raka mulai mengerti.
"Siamang" lanjut Yuda.
Raka mengambil tangan Fina, lalu menatap matanya.
"Akhirnya, i got you" ucap Raka.
Yuda yang melihat itu heboh.
"Wow baru pertama liat yang beginian" ucapnya.
"Setelah bertahun- tahun akhirnya gue ketemu elu, siamang" ucap Raka terharu.
Ia selalu ingin bertemu dengan penyelamatnya sekaligus orang ynsg membuatnya jatuh cinta.
"Baru 5 bulan yang lalu kita ketemu" Fina menarik kembali tangannya.
Ia malu karena semua orang seperti melihat mereka.
"Kapan ? Dimana ?" tanya Raka sangat penasaran, ia merasa tak pernah bertemu Fina selama ini.
Hanya bisa membayangkan suaranya saat menyuruhnya untuk lari saat di kamboja dulu.
"Yaah kau dulu yang menyamar menjadi tukang sayur kan" jawab Fina.
"Kamu pernah beli ya ?" Tanya Raka senang.
"Bukan" jawab Fina.
"Lalu ?" Raka sangat penasaran dimana mereka pernah bertemu.
Fina mengambil sesuatu lagi dari tasnya.
Ia memakai masker lalu memberantakan tambutnya.
"Kau kenal sekarang ?" tanya Fina.
"Tak asing" jawab Raka.
"Dimana ya aku melihat tampilan seperti itu" lanjutnya.
"Kau pasti tau" ucap Fina lagi.
"Pipin ?" Raka ragu akan jawabannya.
"Nah" Fina tersenyum di balik maskernya.
"Kita begitu dekat, tapi kenapa kau diam saja ?" tanya Raka lagi ingin tau.
"Ya karena ibuku" jawab Fina.
"Bu Ndari ? Kenapa dengan bu Ndari ?" tanya Raka yang makin penasaran.
"Dia meninggal" jawab Fina sedih.
Siapa yang tak sedih jika di tinggal orang tua satu- satunya.
"Kenapa bisa ? Mendadak ya ? Padahal dia sangat sehat" ucap Raka, ia mengingat bahwa Ndari biarpun gendut ia sangat bugar.
Perempuan itu juga sangat baik padanya dan anggota tim merak saat mereka menyamar dan mengontrak di rumahnya.
"Yaah itu lah alasanku mencari tau dalang dari kematian Ridwan" jawab Fina berbisik, takut ada yang mendengar.
"Bu Ndari ikut menjadi korban ?" Raka seakan tak percaya, ia memang tak ada di tkp waktu itu.
Ia juga tak melihat korban di kompleks itu karena dia ikut dalam pembebasan sandera di sebuah gedung.
"Tertembak di bagian vital"
"Ibuk kehabisan darah pada akhirnya" ucap Fina.
Saat mereka sedang serius mengobrol Bayu kembali ke meja Fina.
"Halo mas- mas hati- hati dia itu udah 28 tahun loh udah tua, jangan ketipu wajahnya" ucap pemuda itu tak sopan.
Dari meja sebelah teman- teman menertawai perkataan Bayu.
Mungkin pemuda itu sakit hati di tolak Fina.
"Aku 30 tahun" Yuda membalas perkataan Bayu.
"Gue 31, udah bongkotan dong gue ?" ucapan Raka dan Yuda membuat Bayu sebal.
Ia keluar dari pintu cafe dengan hati yang dongkol.
"Siapa sih dia ?" tanya Yuda yang melihat Bayu sampai bocah itu tak terlihat lagi.
"Anaknya Yudis Cahyono" jawab Fina.
Yuda dan Raka berohh berjamaan.
"Pantes nyebelin, buah tak jauh dari pohonnya" ucap Raka yang setujui oleh Fina dah Yuda.