36. Terlalu Asyik

996 Words
Nyatanya The Handsome Guy benar-benar berbincang di kediaman Evelina sampai larut malam. Membuat gadis itu menjadi sangat lelah hingga terkantuk-kantuk memperhatikan ketiganya terus berbincang. Zafran yang mendapati Evelina beberapa kali tertidur pun mulai prihatin, lelaki itu menepuk pelan pundak sahabatnya dan mengkode untuk masuk lebih dulu. Namun, sayang sekali Evelina sebagai tuan rumah merasa tidak enak jika harus meninggalkan tamunya. Hal tersebut membuat Zafran semakin tidak percaya. Padahal mereka bertiga dekat satu sama lain, sehingga rasanya mustahil tersinggung hanya karena ditinggal tidur. Apalagi Jordan dan Reyhan bukanlah seseorang yang mudah marah hanya karena masalah sepele. “Jo, Rey, sepertinya kita harus balik, deh!” ajak Zafran membuat pandangan dua lelaki tampan itu kompak teralihkan dari ponsel. Sebenarnya sejak tadi Jordan dan Reyhan sibuk bermain ponsel dengan menikmati layanan internet gratis dari Evelina. Sampai melupakan waktu bahwa mereka harus segera pulang. Apalagi di rumah seorang gadis yang mungkin waktu istirahatnya berbeda. “Oh iya benar!” sahut Reyhan seketika teringat bahwa mereka berada di rumah Evelina. “Ayo, Jo, kita balik!” Jordan mengangguk singkat, lalu mengeluarkan diri dari game online yang baru saja diselesaikan. Bahkan lelaki itu menerima banyak peringkat baik dalam setiap babak permainan. Sedangkan Evelina yang melihat pergerakan tiga lelaki itu mulai bersih-bersih dari sisa makanan pun bangkit. Ia jelas membantu mereka dengan membawa beberapa gelas kotor yang ternyata sedang dicuci oleh Zafran. “Biar gue aja, Zaf!” pinta Evelina hendak meraih spon cuci piring. Namun, sayang sekali dengan cepat Zafran jauhkan dari jangkauan gadis itu. Ia menggeleng pelan sembari berusaha menyingkirkan tubuh Evelina di dekatnya. “Udah lo diam aja, atau bantu-bantu Jo sama Rey di luar,” pungkas lelaki itu tegas. Akhirnya mau tidak mau Evelina pun mengurungkan niat untuk membantu Zafran. Kemudian, ia melenggang keluar melihat Jordan dan Reyhan ternyata sudah menyelesaikan kegiatannya. Kedua lelaki tampan itu kompak mengenakan hoodie kembali, lalu memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana dan berbalik menatap kehadiran Evelina yang melipat kedua tangannya di depan d**a. “Kenapa, Ve?” tanya Reyhan menyadari raut wajah kesal dari gadis tersebut. “Enggak,” jawab Evelina menggeleng singkat. “Kalian udah mau pulang?” Reyhan menimbang sesaat, lalu menatap Jordan yang mengangkat alis kanannya bingung. “Sepertinya kita bakalan pindak lapak ke rumah Zafran. Malam ini Bang Adzran ada di rumah, jadi kita mau ajak duel sekaligus naikin tingkat.” “Lo mau ke rumah Zafran? Nginap?” tanya Jordan menyela pembicaraan. “Lah gue ‘kan udah bilang sama lo, Jo. Bawa mobil dan jangan lupa sekalian baju ganti.” Reyhan mengernyit bingung. “Jangan-jangan lo bawa mobil doang tanpa baju ganti.” Dengan polos Jordan hanya mengangguk pelan membuat Evelina tidak bisa menyembunyikan tawa gelinya melihat interaksi dua lelaki yang begitu menggemaskan. Entah kenapa mereka terkadang benar-benar kelihatan berbeda jika dibandingkan ketika berada di sekolah. “Dasar murid kesayangan!” umpat Reyhan tidak habis pikir melihat sahabatnya begitu pintar, tetapi terkadang sulit mencerna sesuatu. “Gue tadi itu udah nyuruh lo bawa baju ganti karena kita bakalan nginap di rumah Zafran.” Sementara itu, seorang lelaki tampan yang baru saja menyelesaikan kegiatan cuci piring pun datang. Kening Zafran berkerut bingung mendengar dua sahabatnya membawa-bawa nama dirinya dalam perbincangan penuh kekesalan. “Ada apa nih bawa-bawa nama gue?” sahut Zafran terdengar tidak terima. Evelina menoleh dengan tersenyum geli, lalu membalas, “Mereka berdua mau nginap di rumah lo, Zaf.” Seketika perkataan itu pun sukses membuat sepasang mata Zafran melebar sempurna. Lalu, kepalanya tampan menggeleng keras menentang rencana dua lelaki tampan itu untuk merusak keadaan rumahnya yang sudah tertata rapi. “Lo itu benar-benar, ya! Seharusnya bilang dulu sama gue, jangan main asal nginap aja,” sungut Zafran mengernyit kesal. “Mana gue tahu, Zaf. Lo gue chat malah centang satu, jadi dengan terpaksa gue mengambil asumsi sendiri,” balas Reyhan mengangkat bahunya acuh tak acuh. Zafran mengernyit bingung, lalu bertanya, “Kapan lo nge-chat gue?” “Dasar pak tua!” umpat Reyhan sedikit kesal, lalu memperlihatkan sebuah pesan yang ternyata sudah dikirim, tetapi sayangnya belum dibaca oleh sang pemiliknya. Sontak hal tersebut membuat Zafran tertawa keras sekali. Lelaki itu sama sekali tidak menyangka sahabatnya sudah merencakan penginapan dari dua jam sebelum mereka datang ke rumah Evelina. Artinya, ini memang salah Zafran yang tidak melihat pesan pribadi yang diterima, melainkan terlalu fokus pada grup chat.  “Oke, sorry sorry, gue lupa lihat pesan tadi. Kalau begitu, ya udah kita langsung ke rumah gue aja.” Zafran mengangguk santai, lalu menatap Jordan dan Reyhan secata bergantian. “Iya, ke rumah lo. Tapi, masalahnya Jordan itu enggak bawa baju ganti. Padahal besok kita ada sekolah,” sindir Reyhan begitu sinis menatap lelaki berwajah kalem yang tetap tenang seakan tidak terjadi apa pun. “Tenang aja, dia kan orang kaya, Rey. Masalah seragam bisa dibeli di sekolah nanti,” pungkas Zafran mengedipkan sebelah matanya penuh arti membuat Evelina menautkan alisnya tidak percaya, lalu menggeleng pelan. Setelah berbincang ringan penuh emosi, akhirnya The Handsome Guy pun melenggang pergi meninggalkan rumah Evelina yang sudah sangat sepi. Mungkin kedua orang tuanya sudah tertidur pulas, mengingat jam sudah menunjukkan pukul 02.30 am yang artinya sudah hampir pagi. “Lo ke sekolah ‘kan, Ve?” tanya Zafran saat berdiri di depan pintu utama, dan melarang udah Evelina tidak keluar sama sekali. Karena hari semakin larut sehingga tidak wajar jika gadis itu keluar mengantar tiga lelaki tampan dari dalam rumahnya. “Sekolah kok, mungkin berangkat sama Papah,” jawab Evelina mengangguk singkat. “Oke, besok pagi bilangin sama Om Peter kalau Papah gue ada waktu di kantornya. Tadi mau bilang keburu lupa dan terlalu sibuk.” Zafran memperlihatkan pesan singkat dari sang ayah yang dikirimkan beberapa jam lalu. Tepat pada saat Peter mempertanyakan kehadiran ayah dari Zafran. Evelina membentuk jemari tangan huruf O dengan memberikan isyarat sebagai pertanda OK. Kemudian, melambaikan tangan saat The Handsome Guy mulai melenggang keluar dari gerbang, dan yang menutupnya terakhir kali ada Zafran. Sebab, lelaki itu kebetulan menggunakan sepeda dibandingkan kedua sahabatnya yang menggunakan mobil bertumpangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD