Henry membawa Gaby masuk ke dalam mobil mewahnya dan segera pergi dari hotel itu tanpa meninggalkan jejak sama sekali bahkan semua rekaman cctv disana yang merekam dirinya telah dimusnahkan oleh salah satu pengawalnya dengan begitu mudah. Mobil mewah itu pun melaju di jalan raya menuju ke sebuah tempat dimana sang mafia besar tersebut akan membawa Gaby yang sudah lama membuatnya begitu tertarik.
Henry mendudukkan Gaby diatas pangkuannya dan kepala Gaby berada di pundak kirinya sehingga nafas hangat yang keluar dari mulut Gaby pun mampu ia rasakan.
“Eeerrmm….” desahan halus terdengar di telinga Henry membuatnya langsung menoleh ke samping. Kedua mata Gaby yang semula terpejam, lalu sedikit terbuka seolah menatap Henry dengan seksama.
“Aku gerah.” ucap Gaby sembari tangannya ingin melepaskan lilitan selimut dari tubuhnya.
“Tambahkan suhu pendingin mobilnya!” seru Henry kepada sopir pribadinya.
“Sudah full, Tuan!” sahut sang sopir melirik kearah Henry sejenak melalui kaca spion.
Henry berupaya menepis tangan Gaby yang sedari tadi ingin melepaskan selimut dari tubuhnya.
“Aku gerah!!!” teriak Gaby kesal.
“Jangan dibuka!!!” balas Henry tak kalah kesal.
Tangan Gaby terpaksa di genggam Henry agar tak lagi berupaya untuk melepaskan selimut dari tubuhnya, namun tiba-tiba saja kecupan lembut menghampiri leher Henry hingga membuat sang mafia besar itu tersentak kaget. Henry mengerti semua tindakan yang dilakukan Gaby kepadanya lantaran di pengaruhi oleh sesuatu yang sebelumnya dicampurkan Lizzie ke dalam minuman Gaby saat di club malam. Gaby menyentuh semua bagian tubuh Henry dan terus mengecupnya penuh nafsu bahkan semua kecupan itu meninggalkan bekas di bagian tubuh Henry.
“Aku suka aroma tubuhmu!” suara lirih yang berasal dari mulut Gaby terdengar di telinga Henry yang berupaya untuk menahan dirinya dari setiap tindakan yang dilakukan Gaby di dalam mobil.
Gaby yang tak lagi mampu menguasai dirinya meraih wajah Henry hingga berhadapan dengannya, lalu dengan cepat mencium bibir Henry dengan rakus. Sejenak Henry lupa dengan sopir pribadinya yang melajukan mobil itu dengan kencang. Lumatan demi lumatan sampai membuat nafas Henry dan Gaby tersengal. Setelah ciuman panas itu terlepas Henry menatap Gaby cukup lekat. Benteng pertahanan yang diupayakan Henry sedari tadi langsung runtuh begitu saja lantaran tak sanggup menahan nikmatnya ciuman serta lumatan panas yang ia dapatkan dari wanita yang sudah lama membuatnya merasa begitu tertarik.
Mobil yang membawa Henry dan Gaby akhirnya sampai di sebuah mansion mewah. Meskipun malam sudah cukup larut namun semua pelayan masih berjejer di halaman depan untuk menyambut kepulangan sang majikan mereka. Henry turun dari mobil dan tampak menggendong seorang wanita cantik yang hanya berbalut selimut tebal. Semua mata dari pelayan yang berjejer disana terbelalak lebar ketika melihat sang majikan pulang dengan membawa seorang wanita untuk pertama kalinya. Hal yang sama juga terjadi pada seorang pria paruh baya bernama Lucas yang bertugas sebagai kepala pelayan di mansion mewah itu.
“Selamat datang Tuan.” ucap Lucas juga semua pelayan menyambut kepulangan Henry.
Henry sedikit terburu-buru ketika membawa Gaby masuk ke dalam mansionnya dan tak menggubris sambutan yang biasa dilakukan oleh para pelayannya. Hal itu dikarenakan Henry tak ingin tindakan gila yang terus dilakukan Gaby menjadi tontonan semua orang. Henry segera masuk ke dalam lift yang membawanya juga Gaby ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Setibanya di dalam kamar Henry ingin membaringkan tubuh Gaby diatas ranjang tidurnya, namun tubuhnya juga ikut jatuh ke ranjang itu tepatnya diatas tubuh Gaby karena Gaby yang menariknya. Henry cepat-cepat hendak bangkit dari sana, namun lagi-lagi kedua tangan Gaby menariknya.
“Cium aku lagi!” Gaby merengek dengan suara manjanya kepada Henry sembari memajukan bibirnya yang seksi.
“Tidak!” sahut Henry lantas membuat raut wajah Gaby merengut kesal.
Cuupp!
Lagi-lagi bibir seksi nan lembut itu kembali mendarat memberikan lumatan yang rakus kepada Henry seraya selimut tebal yang kini terlepas dari tubuh Gaby membuat gairah liar lantas menyerubungi keduanya diatas ranjang itu. Henry menghentikan sejenak aktivitasnya dengan memandangi tubuh Gaby secara seksama, lalu tatapannya berhenti tepat pada wajah Gaby yang tampak memohon kepadanya.
“Ingatlah, setelah malam ini kau tidak akan pernah lepas dari genggamanku!” ucap Henry kepada Gaby sebelum kembali melanjutkan hasrat liarnya yang semakin menjadi-jadi diatas ranjang itu.
Sudah kesekian kalinya Henry mendengar jeritan-jeritan manja yang keluar dari mulut Gaby saat mencapai klimaksnya ketika sedang bergumul mesra disana. Jeritan-jeritan manja yang terdengar di telinganya membuat Henry semakin tak sabar ingin menuntaskan gairah liarnya yang kian membara.
“Aaarrhh….” Henry mengerang pelan bersamaan dengan lahar yang ia tumpahkan diatas perut Gaby.
Saking lelahnya Gaby tertidur pulas bagaikan orang mati sementara Henry yang baru saja selesai membersihkan diri duduk disisi ranjang hanya untuk menatap wajah wanita tersebut yang kini mengubah rasa ketertarikannya menjadi obsesi yang cukup mendalam.
“Betapa bodohnya pria yang menikahimu lalu menyia-nyiakanmu seperti ini.” gumam Henry seraya mengusap lembut wajah Gaby.
“Seandainya dulu kau tidak memutuskan untuk menikahi b******n licik itu mungkin sekarang kau adalah ratu disini.” sambungnya lagi kemudian mengecup lembut kening Gaby.
Di sebuah apartemen Matthew merasa gelisah sembari menggenggam ponselnya. Matthew sedang menanti kabar dari adiknya, Lizzie yang bekerja sama dengannya melakukan jebakan untuk Gaby yang sudah lama mereka rencanakan.
“Sayang, apa yang kau lakukan disini?” dua lengan manja dari seorang wanita bergerak bebas memeluk tubuh Matthew dari belakang. Wanita itu adalah Laura, sepupu dekat Gaby yang bekerja sebagai sekretaris Matthew di perusahaan peninggalan orang tua Gaby.
“Lizzie belum menghubungiku sampai sekarang bahkan ponselnya pun tidak bisa dihubungi.” ucap Matthew mencurahkan sedikit kegelisahannya sedangkan Laura yang baru saja melayani nafsu dari suami sepupunya itu sesekali memberikan kecupan yang menggoda untuk menghibur.
Ting!
Ting!
Ting!
Berkali-kali nada notifikasi di ponsel Matthew terdengar hingga menarik perhatiannya juga Laura.
“Berita apa ini?” Matthew bergumam sembari memicingkan mata kemudian mengusap layar ponselnya untuk membuka berita yang baru saja masuk, lalu seketika kedua matanya terbelalak lebar saat melihat foto-foto adiknya yang tersebar luas di dunia maya.
“Lizzie!” Laura pun tak kalah kagetnya saat melihat beberapa foto Lizzie yang sedang berbaring tanpa busana bersama seorang pria tua yang tentu saja dikenalnya.
“Sudah kuduga pasti ada yang tidak beres!” Matthew tampak geram bercampur panik dengan berita fitnah mengenai adik kesayangannya tersebut.
Matthew cepat-cepat menghubungi asisten pribadinya dan memberi perintah agar menghapus semua berita mengenai adiknya di semua media, lalu bergegas pergi ke hotel dimana adiknya berada bersama Laura.
Sesampainya di hotel Matthew dan Laura kaget melihat begitu banyak wartawan juga beberapa polisi disana. Foto-foto Lizzie yang tersebar di media sosial menciptakan skandal besar lantaran istri dari pria tua yang bersamanya di hotel tersebut merasa tak terima dan akan menuntut keduanya atas kasus perselingkuhan. Matthew yang tak ingin bertindak gegabah lantas mencari jalan lain untuk masuk ke dalam hotel itu bersama Laura. Mereka ingin menyelinap masuk ke dalam kamar dimana Lizzie berada namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat mendengar suara teriakan yang penuh dengan caci maki dari istri si pria tua untuk Lizzie.
“Ah, sial!” Matthew mengumpat kesal di balik tembok ruangan bersama Laura.
“Matthew, jika kau terlihat disana kau pasti akan menjadi bulan-bulanan wartawan… ini tidak baik untuk reputasimu sebagai CEO perusahaan!” bisik Laura kepada Matthew dan berupaya untuk menahannya agar tidak menerobos masuk menyelamatkan Lizzie.
“Tapi bagaimana dengan adikku, Laura? Aku tidak mungkin membiarkannya begitu saja!” Matthew benar-benar kebingungan.
“Ingat tujuan kita, Matthew! Kau ingin perusahaan milik Gaby jatuh ke tanganmu, bukan… kedudukanmu paling tinggi di perusahaan, jadi sebaiknya jangan merusak nama baikmu karena skandal ini karena kita bisa menyelesaikan skandal ini dengan cara yang lain!” Laura tampak begitu ambisi saat mengingat tujuannya bersama Matthew yang ingin merebut perusahaan milik Gaby serta menguasai seluruh kekayaannya.
Laura cepat-cepat menyeret Matthew ikut dengannya menuju keruang cctv hotel dan meminta pekerja disana untuk memperlihatkan pada mereka hasil rekaman sebelum kejadian sial menimpa Lizzie. Laura dan Matthew curiga ada pihak lain yang merusak rencana mereka apalagi mereka sama sekali tidak menemukan Gaby di hotel itu, namun sepanjang memperhatikan semua rekaman cctv disana tidak ada satupun bukti akan kecurigaan mereka.
“Hanya Lizzie dan si tua bangka itu yang terlihat.” Laura kebingungan dan sangat penasaran.
“Lalu dimana Gaby?” tanya Matthew dalam benaknya yang begitu penasaran bahkan menganggap semua kejadian malam itu terjadi begitu misterius.