Malam itu juga setelah memastikan Henry pergi bersama para pengawalnya, Sophia bergegas menemui Gaby yang tampak meringkuk diatas ranjang. Mengetahui Sophia masuk ke dalam ruang kamar mafia tersebut, Gaby lantas mengangkat wajahnya yang tampak sembab lantaran terus menangis.
“Bibi Sophia….” suara Gaby terdengar begitu lirih disaat wanita paruh baya itu mendekatinya.
“Gaby, pergilah!” ucap Sophia menepati janjinya kepada Gaby.
Mendengar ucapan Sophia barusan membuat Gaby antusias dan ingin segera melompat turun dari ranjang itu, namun saat kedua matanya melirik pada beberapa penjaga yang masih berdiri diluar pintu membuat Gaby menjadi ragu.
“Ba-bagaimana dengan pria gila itu?” tanya Gaby merasa takut kepada Henry yang sudah berkali-kali menggagalkan usahanya kabur dari mansion mewah itu.
“Dia tidak ada disini, jadi kau bisa pergi… tidak ada yang akan menghalangimu keluar dari sini!” jawab Sophia sembari menuntun Gaby menuju kearah pintu.
Saat itu Sophia melihat keraguan yang ada pada diri Gaby, apalagi ketika melihat para penjaga disana.
“Gaby, cepat pergilah… selesaikan urusanmu!” ucap Sophia lagi membuat Gaby teringat pada sebuah video yang ditunjukkan Henry sebelumnya mengenai kecurangan yang dilakukan Lizzie serta kabar perselingkuhan yang dilakukan oleh Matthew bersama Laura.
Semua keraguan Gaby runtuh setelah perkataan Sophia mengingatkan dirinya betapa banyak pertanyaan yang ingin ditujukan kepada suami, adik ipar serta sepupunya tersebut. Langkah Gaby berlari dengan cepat meninggalkan mansion mewah yang telah berhari-hari memenjarakan dirinya.
Dari sudut jalanan sepasang mata menyoroti Gaby yang baru saja keluar dari pagar yang menjulang tinggi. Tatapan sepasang mata itu terus tertuju kepada Gaby yang sedang berlari dan semakin menjauh.
“Bibi, apa rencanamu sebenarnya?” gumam Henry sembari terus menatap sosok Gaby dari dalam mobilnya. Henry merasa dikhianati oleh bibinya sendiri karena telah sengaja melepaskan Gaby genggamannya.
Di ujung jalan Gaby menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat, ia segera masuk ke dalam taksi itu untuk pulang kerumahnya tanpa menyadari bahwa Henry sedang mengikutinya dari belakang. Sopir taksi itu sesekali melirik Gaby dari kaca spion, ia melihat kedua mata Gaby yang sembab.
“Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Sopir taksi itu kepada Gaby yang sedang duduk bersanda di kursi belakang. Sopir itu menyadari bahwa Gaby baru saja mengalami hal buruk.
“Ya, aku baik-baik saja… bisakah kau melajukan taksi ini lebih cepat?” pinta Gaby kepada Sopir tersebut.
“Baiklah, Nona,” Sopir itu pun lantas menginjak pedal gas lebih dalam untuk mempercepat laju taksinya dan mobil mewah berwarna hitam yang mengikuti sejak tadi dari belakang pun turut melakukan hal yang sama.
Saat perjalanan pulang kerumahnya pikiran Gaby terus terusik dengan video juga perkataan Henry mengenai kecurangan dan perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya, apalagi wanita yang dikabarkan telah berselingkuh dengan suaminya tersebut tak lain adalah sepupunya sendiri.
“Aku takut jika ucapan pria gila itu mengenai perselingkuhan Matthew dan Laura benar… rasanya aku tidak ingin mengetahuinya!” gumam Gaby dalam hatinya yang merasa begitu takut dan gelisah.
Taksi yang membawa Gaby berhenti di persimpangan jalan menunggu lampu hijau menyala. Gaby yang sedari tadi hanya diam di dalam taksi itu tanpa sengaja melihat sosok pria yang tak lain adalah suaminya yang sedang berdiri tepat di depan sebuah minimarket sambil berbicara dengan seseorang menggunakan telepon genggamnya.
“Itu Matthew!” seru Gaby segera turun dari taksi itu untuk mengejar suaminya tersebut.
“Nona, bayar dulu!” teriak Sopir taksi itu kepada Gaby yang sama sekali tidak mengindahkan perkataannya.
Gaby berlari ingin segera menghampiri Matthew, namun tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti ketika seorang wanita mendekap mesra suaminya tersebut dari belakang. Tubuh Gaby gemetar bersamaan dengan hatinya yang begitu hancur tatkala kedua matanya melihat bagaimana Matthew menyambut dekapan mesra dari seorang wanita yang tak lain adalah Laura, sepupunya sendiri.
“Hei, awaaaass!!!” suara teriakan seseorang mengagetkan Gaby yang lantas menoleh kearah sebuah bus yang melaju cukup kencang.
Brraaakkk!!!
Bus yang melaju kencang itu membuat tubuh Gaby terpental hingga beberapa meter. Semua orang yang berada disana termasuk Matthew dan Laura menyaksikan bagaimana kondisi Gaby yang sudah bersimbah darah di aspal.
“Wanita ini masih hidup… cepat panggil ambulan!!!” teriakan demi teriakan orang-orang disana yang ingin menolong Gaby untuk membawanya kerumah sakit, namun Matthew dan Laura hanya diam terperanjat menatapnya, mereka seolah tak ingin orang-orang disana tau bahwa mereka mengenal Gaby.
Gaby yang semakin tak berdaya lantas tak sadarkan diri, namun sebelum itu Gaby sempat melihat senyuman kecil yang terukir dibibir Matthew yang seolah menunjukkan bahwa suaminya tersebut merasa senang dengan kejadian yang sedang menimpanya saat itu.
Gaby dilarikan kerumah sakit terdekat dan beberapa dokter juga perawat disana tampak sibuk untuk menyelematkan jiwanya.
“Dia kehilangan banyak darah!” seru seorang dokter yang sedang memeriksa Gaby.
Pihak rumah sakit segera mencari tau golongan darah Gaby agar mereka bisa melakukan transfusi darah terhadapnya, namun sebuah kabar buruk datang bersama salah satu perawat disana yang mengatakan bahwa tidak ada stok darah yang cocok untuk Gaby. Di waktu yang sangat genting itu muncullah seseorang yang menerobos masuk ke dalam ruangan dan meminta dokter untuk mengambil darahnya, lalu diberikan kepada Gaby.
Akhirnya dengan melakukan transfusi darah terhadap Gaby berhasil membuat nyawanya terselamatkan meskipun kondisinya masih kritis diruang ICU. Kaki dan lengan kirinya patah bahkan beberapa saraf ditubuhnya mengalami trauma yang cukup berat.
Setelah menyaksikan kecelakaan yang dialami Gaby, Matthew dan Laura pulang kerumah. Kepulangan mereka disambut oleh ibu kandung Matthew yakni Julia serta adiknya, Lizzie. Kedua wanita tersebut memperhatikan raut wajah Matthew dan Laura yang tampak sedikit resah.
“Ada apa dengan kalian? Mengapa wajah kalian tegang seperti itu? Apakah ada kejadian buruk yang menimpa kalian hari ini?” tanya Julia kepada Matthew dan Laura.
“Kami menemukan Gaby tadi!” ungkap Matthew membuat Lizzie penasaran.
“Lalu dimana dia? Mengapa dia tidak ikut pulang bersama kalian?” tanya Lizzie kepada Matthew dan Laura sembari menoleh kearah pintu utama.
“Aku penasaran sekali ingin mengetahui apa yang terjadi padanya setelah orang-orang itu membawanya pergi dari hotel!” sambung Lizzie lagi.
Julia melihat Matthew dan Laura diam saja seakan tak ingin menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh putri kesayangannya tersebut.
“Mengapa kalian diam saja? Dimana Gaby?” tanya Julia merong-rong jawaban dari Matthew dan Laura.
“Gaby kecelakaan… sebuah bus menabraknya tadi!” ungkap Laura membuat Julia dan Lizzie terkejut setengah mati.
“Lalu bagaimana kondisinya?” tanya Julia lagi yang semakin penasaran mengenai kabar mengejutkan dari menantunya yang menghilang beberapa hari.
“Aku yakin dia tidak akan bertahan… dia pasti mati!” sahut Matthew mengingat kondisi istrinya yang bersimbah darah di aspal setelah tertabrak bus.
Julia terduduk di sofa lantaran terkejut mendengar kondisi Gaby dari mulut putranya. Dari sisi Matthew, Laura memperhatikan sikap Julia saat itu, dirinya tampak tidak senang dengan sikap yang ditunjukkan oleh Julia.
“Bukankah ini berita baik untuk kita!” celetuk Laura membuat Matthew, Julia, dan Lizzie menatapnya.
“Kita sudah berencana untuk mengambil alih Perusahaan dan semua harta milik Gaby, jadi dengan kematian Gaby bukankah rencana kita dapat berjalan dengan mudah!” sambung Laura lagi dengan sikapnya yang tempramen dan angkuh.
“Kau benar, Sayang!” sahut Matthew menimpali perkataan wanita yang sudah menjadi selingkuhannya selama 3 tahun.
“Pastikan bahwa Gaby benar-benar sudah mati!” sambung Julia yang turut mendukung rencana jahat yang dilakukan Matthew bersama Laura terhadap menantunya yang selama ini selalu bersikap baik kepadanya.
“Ibu tenang saja, aku sudah memiliki rencana yang tepat untuk menghadapi semua ini!” sahut Matthew sembari merangkul Laura dengan mesra dihadapan Julia dan Lizzie yang ternyata selama ini mendukung hubungan perselingkuhan yang dilakukan mereka dibelakang Gaby.
Selama Gaby tidak kembali kerumahnya, Laura begitu leluasa menempati ruang kamar dimana seharusnya Gaby lah yang menemani Matthew sebagai seorang istri. Laura mengenakan pakaian tidur seksi, sengaja untuk menggoda Matthew malam itu. Laura mendekati Matthew yang sedang berdiri di balkon kamar dan mendekapnya dengan mesra dari belakang.
“Apa yang sedang kau pikirkan saat ini?” tanya Laura dengan suaranya yang manja sembari mengecup punggung Matthew.
“Sebuah pemakaman yang indah untuk Gaby!” jawab Matthew yang begitu tega mengimpikan kematian istrinya sendiri hanya demi harta.
“Tapi sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apapun dari pihak polisi atau rumah sakit.” ucap Laura membuat Matthew menyadari bahwa sebagai seorang suami dirinya belum mendapatkan kabar apapun dari polisi ataupun rumah sakit mengenai Gaby setelah kecelakaan itu terjadi terhadap istrinya tersebut.
Matthew mulai merasakan kejanggalan kemudian ia berpikir sejenak, lalu masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya sementara Laura turut mengikutinya dari belakang. Matthew menghubungi tangan kanannya serta memerintahkan untuk mencari tau tentang keberadaan juga kondisi Gaby usai kecelakaan. Sembari menunggu kabar, Matthew dan Laura sempat menyatukan hasrat serta nafsu mereka diatas ranjang yang seharusnya menjadi tempat peraduan Gaby bersama Matthew.
“Aaarrhh….” Matthew meraung di telinga Laura menandakan bahwa dirinya baru saja mencapai klimaksnya dalam permainan yang mereka lakukan diatas ranjang itu.
Wajah Laura tampak sedikit kecewa karena permainan yang dilakukannya bersama Matthew harus usai dengan durasi yang singkat, bahkan dirinya belum merasakan kenikmatan hakiki dari permainan itu dan Matthew segera bangkit untuk membersihkan diri.
“Ck, menyebalkan!” di belakang Matthew, Laura mengumpatnya kesal.
Drrrtt….
Drrrtt….
Matthew yang baru saja selesai membersihkan diri melirik ponselnya yang bergetar diatas meja. Dengan cepat ia menghampiri ponselnya tersebut yang mendapat satu panggilan telepon dari orang kepercayaannya.
“Tuan, kami tidak menemukan nona Gaby dirumah sakit manapun!”
“Apa???” Matthew terkejut mendengar kabar itu.
“Tidak ada satupun rumah sakit di kota ini yang mendapatkan pasien kecelakaan bernama Gaby!” terangnya membuat Matthew kebingungan.
Laura memperhatikan mimik wajah yang ditunjukkan Matthew setelah menutup kembali sambungan telepon itu.
“Ada apa?” tanya Laura kepada Matthew yang masih terperanjat dan bingung.
“Siapa orang itu??? Mengapa dia melakukan semua ini???” teriak Matthew berubah menjadi kesal.
“Sayang, ada apa? Apa yang terjadi? Apa tadi kabar tentang Gaby?” tanya Laura lagi yang tampak khawatir terhadap sikap Matthew.
“Ada orang yang ingin bermain-main denganku… lagi-lagi dia menghapus jejak Gaby sehingga aku tidak bisa mengetahui kabar mengenai Gaby!!!” teriak Matthew semakin kesal lantaran rencananya menjadi berantakan.