Tapi, Ajeng, kalau boleh jujur, apa yang aku bilang selama ini, yang kamu anggap gombal alias baulan semata itu, adalah tulus. Aku nggak ngejar kamu demi sebuah perasaan semu. Aku sungguh-sungguh, beneran sayang sama kamu. Sayangnya, kamu udah jadi milik orang lain. Orang-orang di sekelilingku bilang, aku nggak boleh rebut pacar orang." Ale terkekeh, tatapannya terpaku pada Ajeng. Kalau saja Ale peka, netra itu berkaca-kaca, siap untuk mengalirkan cairan beningnya. "Kamu bisa tenang mulai sekarang. Anggap aja kehadiran aku beberapa bulan ini intermezzo di hidup kamu. Biar nggak monoton." Pemuda itu menghela napas panjang kemudian mengembuskannya dengan kasar. Sambil tersneyum, ia angkat tangannya untuk mengusap puncak kepala Ajeng. Setidaknya, untuk yang terakhir kali. Namun, tangann