6 - Pak Aydan,Kangen Engga?

2198 Words
“Dalam hadist Abu Hurairah RA,Rasulullah SAW mengatakan dengan garis besarnya begini. Saat kita para perempuan sudah mengerjakan semua yang Allah perintahkan maka kita kaum perempuan berhak masuk surga melalui pintu manapun itu. Mengerjakan apa memangnya? Banyak yang bisa kita kerjakan.” Sepanjang mengendarai mobil pagi ini dalam mengunjungi sang pujaan hatiku,aku terus mendengarkan ceramah yang ada di internet dengan judul betapa istimewanya perempuan dalam islam? Sejak tadi,perempuan itu terus membahas bagaimana mulianya kami. “Seperti mengerjakan shalat,menjaga auratnya,menjalankan puasa,taat pada suami bagi sudah yang bersuami ya bukan malah taat pada suami orang,jangan sampai kayak gitu.” Aku terkekeh,memandang sekilas wajah perempuan dengan penampilannya sama dengan penampilan kak Cahya kemarin,jilbab Panjang serta tanpa adanya polesan make-up sama sekali. Tidak sepertiku sekarang ini,sudah cantic dengan polesan make-up sejak sejam yang lalu. Aku bahkan menghabiskan waktu sekitaran 40 menitan demi mempercantik wajah dengan perkakas make-up. Bajunya sama dengan Kak Cahya,menenangkan juga. cantic dengan caranya sendiri,membayangkan diriku dengan penampilan begitu nantinya. Apa aku sanggup? Tapi kemarin sebelum kak Cahya beneran pergi,dia mengatakan begini, “Callisa,saat memutuskan berjilbab bukan berarti kamu sudah jauh dari semuanya. Ada prosesnya,dan tidak langsung memakai gamis Panjang juga jilbab sepanjang itu.” Bertepatan dengan lampu merah,aku memperhatikan bagaimana perempuan yang katanya ustadzah itu mengaji,membaca surah yang katanya menggambarkan bagaimana berharganya seorang perempuan dalam islam,dan sangat dijaga harga dirinya. “Allah meminta Nabi mengatakan kepada istrinya,anak perempuannya juga semua perempuan mukmin yang ada di dunia ini. Allah mengatakan apa? Allah mengatakan "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Dengan tujuan apa? Dengan tujuan agar semua perempuan mukmin lebih mudah dikenali,kehormatannya tidak diganggu,dan lebih nyaman saat keluar rumah. Dan semua ini dijelaskan dalam surah al-ahzab ayat 59,menerangkan tentang betapa mulianya kita para perempuan.” Lampu yang sudah berubah menjadi hijau,kulajukan kembali mobilku. Kumatikan ceramah singkat yang ada di aplikasi video. Menyimpan ponsel dengan hati-hati kedalam tas,sekitaran 4 harian tidak melihat Pak Aydan membuat hatiku merana,haha. Pak Aydan itu gantengnya tidak membosankan,walaupun perkataannya menyakitkan beberapa hari lalu tapikan Callisa tidak akan berhenti untuk mencintainya. Maka garis besar dari ceramah tadi adalah perempuan dalam agama islam sangat dimuliakan,harga dirinya juga di junjung tinggi. Membawa mobil masuk kedalam Kawasan universitas Atmaja,memarkirkan mobil Bersama jejeran mobil yang lainnya. Sejenak,kuambil kacamata yang kemarin kak Rei belikan untukku,hari ini aku juga memakai sepatu serta baju yang kak Rei belikan. Semuanya serba kak Rei yang belikan,katanya kado karena kemarin-kemarin aku jarang bersamanya. Pak Aydan kangen aku engga ya? Duh,kok serasa mau ketemu pasangan yang udah LDR lama ya? Menepuk pipi cantikku beberapa kali,memandang banyaknya mahasiswa yang wara-wiri dengan tumpukan bukunya. Kalau jam segini,Pak Aydan sedang mengajar di kelas,akan keluar sejam lagi. Keluar dari mobil dengan gaya,tak lupa mengambil tas mahal hadiah dari Mami di ulangtahun kemarin. Katanya sih tas ini dia belikan di turki pas ada acara disana. Sengaja menjeda waktunya sekitaran sejam demi mencarikanku tas mahal ini,engga papalah. Mami ini adalah orang paling sibuk di dunia setelah Papi,tentunya. “Kak Callisa,duh kapan lagi bisa ketemu selebgram cantik.” Dengan gerakan pelan,aku menoleh ke sumber suara. Tersenyum lebar dan tak lupa melambaikan tangan anggun pada kumpulan mahasiswa yang berlari kecil kearahku. Salah satu kerjaanku adalah selfie dan mempostingnya di dunia media social,membagikannya pada semua penggemarku yang sangat tercinta. “Aslinya malah lebih cantik,” senyumku semakin mengembang mendengarnya. Aku bukan artis,hanya seorang Callisa yang gemar mengabadikan setiap momen kesehariannya melalui selfie lalu memposting. Selalu membuat story setiap kali jenuh,aku sangat tidak menyangka bisa mempunyai banyak pengikut dari sana. “Boleh selfie dong kak,suka banget dengan fashionnya kak Callisa. Walaupun hanya bisa pake barang KW yang sama dengan bajunya kakak,tapi gitu aja seneng.” Tak mau membuat mereka semua kecewa,aku mendekat dan mengambil gambar selama beberapa kali. Tertawa dan bercerita Bersama tentang fashionku hari ini. “Kalau mau sepatu kayak gini bisa sebenarnya dapat yang murce cuman ada harga ada barangnya juga,jangan menyamakannya. Saya bukannya sombong loh ya,saya kalau dapat barang murce terus kualitasnya sangat baik ya bakal kupak-“ Perkataanku terhenti saat tak sengaja menatap Pak Aydan yang berjalan keluar dan langsung menuju mobilnya. Duh damagenya,duniaku serasa hanya berisi Pak Aydan saja saat dia berjalan tadi. Mana cara jalannya cool banget,Pak Aydan kenapa harus ganteng dan cool gitu sih? aku kan makin cinta. “Kak Callisa? Kak?” “Hah? Kenapa?” “Kakak terpesona juga dengan Pak Aydan? kayaknya semua mahasiswa dan semua orang bakal terpesona dengan Pak Aydan yang super duper ganteng itu deh. Tapi Pak Aydan sulit banget di gapai Kak,teman kami kemarin kena omelan. Di marahin selama sejam karena engga ikut shalat,temanku cowok. Pengen Pak Aydan tetapi kamu sadar Kak,kami terlalu astagfirullah. Hapal ayat kursi aja engga,gimana mau mendidik anak-anak bersamanya,” Kok aku ngerasa tersindir dengan perkataan mahasiswa satu ini ya? “Makasih Kak Callisa,nanti repost status kami yang tag akun kakak ya.” Aku hanya mengangguk kaku mengiringi kepergian mereka,jleb banget perkataan mereka. Tapi jangan menyerah Callisa,kamu sudah memutuskan memperjuangkan Aydan bukan? Maka kamu harus terus maju tanpa mundur sama sekali,oke? Berkaca pada badan mobil sekali lagi,kuperhatikan penampilanku yang mengikat tinggi rambutku dan baju serta kulot yang agak tertutup walaupun bagian bahu masih keliatan sih. sudah perfect menurutku tapi menurut Pak Aydan? Apa seorang Callisa memang bukan tipenya ya? Masa iya engga sama sekali engga ada? Tarik napas lalu buang. “Pak Aydan! Selamat pagi menjelang siang.” Sapaku hangat,berdiri tak jauh dari mobilnya. Pasalnya sejak tadi Pak Aydan sedang mengurus sesuatu didalam sana,dengan setengah badannya diluar,pintu bagian belakang terbuka. Apa sedang memeriksa berkas atau tugas mahasiswa ya? Sekilas aku melihat banyak tumpukan kertas di bangku belakang. “Siapa?” balasannya datar sekali pemirsah,tapi engga papa. Orang ganteng memang kadang jual mahal. “Pak Aydan kayaknya sibuk banget ya,padahlkan saya cuman sapa aja sih engga ada tujuan apa-apa. Yaudah deh,yang penting sudah liat Pak Aydan. Maklum ya Pak,bapak kan dosen kesannya malah aneh kalau engga sibuk sama sekali. Berbeda dengan saya,kerjaan saya tiap hari cuman wara-wiri ke barat,selatan,utara dan timur,hehe.” Dan responnya? Dia tetap fokus pada lembaran kertas-kertas menyebalkan itu. Pak Aydan,aku cemburu pada kertas itu. Ingin mengatakan itu tapi mana bisa,takutnya Pak Aydan risih dan menjaga jarak denganku. Tidak,Pak Aydan tidak boleh menjaga jarak denganku. “Kamu kalau tidak ada keperluan dengan saya mending pergi,tugas yang saya berikan di kelas tadi apa kurang jelas? Jangan membuang-buang waktu saya dengan mendengarkan perkataan tak berguna kamu.” Duh,kok pedas banget ya perkataannya. “Tugas? Kok malah bahas Tugas. Setahu saya pas kita pisah kemarin sekitaran 4 harian yang lalu,bapak cuman minta saya mengenakan jilbab karena saya mau bukan karena orang lain,engga punya tugas apapun. Bapak kira saya mahasiswa? Masa sudah umur 24 masih di ki-“ “Callisa?” Refleks aku mundur beberapa langkah,mana Pak Aydan tiba-tiba membalikkan badannya lagi. Duh gantengnya,kenapa calon jodohku makin ganteng setelah tidak bertemu selama beberapa hari ya? “Maaf,saya kira tadi kamu mahasiswa yang menanyakan tugas.” Krik krik krik. Enggan membuat Pak Aydan merasa perkataannya tidak berguna,aku tertawa padahal tidak tahu lucunya ada dimana. Pak Aydan,aku kangen loh ini. Mana mukanya makin glowing lagi? Duh,ingin peluk tapi masih kehalang status. Fokus Callisa,fokus. ”Engga papa kok,Pak Aydan. Masa engga kenal suara saya sih Pak,sudah cantik begini masih aja dikirain angin lalu. Lagi ngurusin apa sih Pak? Kayaknya sibuk banget sampai engga kenal saya siapa,padahalkan saya sudah hampir 7 bulanan mengi- ups! Hehe,saya kok cerewet banget ya.” Merasa terlalu berlebihan,aku mundur selangkah lagi,membenarkan rambut agar makin terlihat cantik didepan ayang,hahaha. Iya dong,Pak Aydan kan ayangnya seorang Callisa. Callisa,kendalikan jantungmu dan jual mahal sedikit. Walaupun Pak Aydan yang entah kenapa makin ganteng hari ini sudah tau perasaanmu tapi kamu juga jangan terlalu menampakkan rasa sukamu. “Saya akan dinas besok ke luar pulau,” setelah mengatakan itu,Pak Aydan kembali sibuk dengan kertas-kertas menyebalkan itu. Kok mirip pacar yang lapor ke pacarnya ya? “Kayaknya kertasnya lebih cantik dari kamu,Callisa.” Sadar diri itu perlu pemirsa dan apa yang aku katakan beberapa detik lalu dengan suara sangat pelan memang benar adanya. Mungkin huruf-huruf yang ada di lembaran kertas itu berhasil menandingi kecantikan seorang Callisa. Padahalkan bedak yang kupakai harganya selangit,masa bodolah. “Saya mendengarnya,Callisa. Saya sedang mengurus persiapan untuk kesana,kemarin malam Suami Bu Rasya baru datang membawa surat dinasnya,” Kemarin malam? Suami Kak Rasya? Kak Rei dong? Lah,kemarin malam aku kan Bersama Kak Rei seharian,malahan aku tertidur di mobilnnya,berakhir bermalam di rumahnya membuat Kak Raymond marah-marah karena aku bermalam di tempat lain. “Ada apa? Kamu seperti berpikir keras.” “Kok Bapak nanya? Tumben banget biasanya engga pernah mau berurusan dengan saya,balas sapaan saya aja engga mau. Kangen saya ya pak? Hampir 4 hari engga ketemu,” selain sadar diri maka percaya diri juga perlu aku berlakukan,bukan karena aku merendahkan diri. Tapi Pak Aydan ini tipikal orang yang sangat menyebalkan. “Kangen sama kamu? kenapa harus kangen sama kamu?” Rasanya aku terjun bebas dari langit menuju tanah,sakitnya tak terkira. Padahal tadinya aku berharap Pak Aydan membalasnya dengan kata Ya bukan malah mengatakan kenapa harus kangen kamu? pertanyaan yang sangat sakit melebihi di tolak cinta. “Dahlah,retak hatiku. Yaudah deh,saya ada jadwal lain,see you lain waktu Pak Aydan. Semoga pas pulang dinas,peka-nya bisa dipergunakan dengan baik bukan malah membuat hatiku berantakan dan down. Sedih sekali,” menunduk hormat,barulah aku membalikkan badan meninggalkan Pak Aydan. Saya juga kangen kamu,Callisa. Sayangnya perkataan seperti itu hanya ada dalam khayalan soerang Princess Callisa,saat menoleh menatap Pak Aydan. Si bapak dosen itu tetap fokus pada urusannaya,ayo sadar diri Callisa. Hempaskan semua khayalan sok romantismu dan cari rencana lain untuk menjerat pak Aydan dalam gelombang-gelombang cintamu ini,haha. Terkekeh sendiri dengan pikiran tak jelasku,aku berjalan masuk kedalam mobil dengan sesekali memandang Pak Aydan yang kini juga memandang kearah mobilku. Ekspresinya sangat serius sekali,apa yang sedang dia pikirkan ya? Kenapa memandang mobilku begitu sekali. “Pak Aydan mau bilang sesuatu?” tanyaku saat melewatinya,sengaja menghentikan mobil di sampingnya. “Pulanghlah Callisa,” “Tidak baik memendam sendiri,Pak Aydan. Saya akan mendengarkan apapun yang akan Pak Aydan katakana pada saya.” Bukannya mengatakan apa yang ingin Pak Aydan katakan,dia malah menyodorkan ponselnya padaku. “Kenapa Pak? Mau apa? Nomor hp?” dan anehnya,dia mengangguk. Dengan senyuman lebar,dengan semangat yang sangat membara. Aku mengetik nomor ponselku dan menyimpannya dengan nama lengkap. Menghubungi nomorku untuk tau nomor Pak Aydan. Kukembalikan ponselnya,diam-diam menghanyutkan sekali Pak Aydan ini. Gimana aku bisa berhenti mencintainya jika Pak Aydan saja seluar biasa ini? “Untuk jaga-jaga kalau kamu hilang tanpa kabar.” Jika tadinya aku terjun bebas,maka sekarang aku terasa terbang bebas di taman bunga yang sangat indah. Duh,dengan tersenyum aku mengangguk malu-malu,jantungku terasa mau keluar dari tempatnya. “Pak Aydan makin ganteng kalau bales perasaan saya,hihi.” Kulajukan mobilku,dibelakang sana melalui kaca mobil terlihat Pak Aydan tersenyum tipis. Ini hubungan kami status kami apa ya? Tapikan kalau menurut orang-orang lainnya,jangan terlalu cepat menyimpulkan takutnya nanti patah hati dan akhirnya sakit sendiri. Menepikan mobilku,ku ambil ponsel dan mau menyimpan nomor Pak Aydan. Jodoh-ku Terkikik sendiri dan tertawa lagi,kembali melajukan mobilku. Rencananya mau ketemu teman bahas camping yang akan mendatang. Sesama teman lama yang akan reuni dengan jalur camping katanya. Ting. Dengan wajah kebingungan aku menatap ponsel yang menyala. Ada banyak nontifikasi yang masuk dan salah satunya dari Pak Aydan. Melirik jalanana sepi,kuambil ponsel dan membacanya. Jodoh-ku Saya juga,Callisa. “Apa maksudnya saya juga? kaku banget ini dosen. Untung ganteng dan idaman hatiku coba aja engga,bodoamat dengan chatnya. Balas engga ya? Atau engga perlu? Tapikan Pak Aydan mengirimkan pesan begini adalah momen langka,jarang terjadi.” Dengan segala pertimbangan,aku membalasnya dengan cepat. Apanya yang juga,Pak? Saya engga paham. Fokus Callisa,fokus. Kamu harus fokus mengemudi bukan malah sibuk membaca pesan tidak jelas Pak Aydan. Apa Pak Aydan mulai melirikku dan menganggap perempuan secantik ini ada ya? Atau Pak Aydan hanya mempunyai tujuan lain,pasalnya Pak Aydan ini sangat anti perempua sekali. Dia mana mungkin memulai chatting dengan perempuan kalau tidak mempunyai maksud lain. dia taat agama dan sangat menjaga jarak dengan yang Namanya perempuan. Menurut seorang Aydan Athallah,menjaga jarak dan tidak memandang perempuan adalah hal wajib yang harus ia lakukan. Ting. Balasannya kembali ada,maka aku tidak akan membalasnya sejenak. Aku harus menemukan jawaban alasan mengapa orang setaat Pak Aydan mau berurusan dengan perempuan se-astagfirullah diriku. Eh,tenang. Aku tipikal perempuan yang sadar diri kok,walaupun kadang sesekali lupa diri dengan semuanya. Ting. Nontifikasi kembali masuk,bertepatan dengan masuknya mobilku pada Kawasan parkir restoran mewah yang sudah teman masa kuliah tentukan. Sengaja katanya,dan aku yang akan mentraktir mereka karena baru saja bertemu setelah sekian lama. Pembahasan yang tadi,yang kamu bilang itu. Jangan sering mengirimkan pesan,tidak baik. “Sok tau! Pak Aydan menyebalkan.” Hardikku pada ponsel,bisa-bisanya mengatakan jangan sering kirim pesan. Yang kirim pesan siapa yang kasi nasihat siapa. Pak,kalau saya hapal ayat kursi. Bapak bakal jatuh cinta sama saya engga? Walaupun aku kesal padanya,Namanya pujaan hati ya engga bakal bisa diabaikan. Pak Aydan terlalu sayang untuk dianggap angin lalu. Muka datarnya yang menyebalkan itu selalu terbayang-bayang dalam pikiran,mata sipitnya juga bingkai kacamata,ditambah dengan pipi gemesnya. Ting. Hapal huruf hijaiyah saja dulu,Callisa. Kamu mungkin sudah melupakan semua bacaan dasar IQRA. “Dasar,tapi memang benar sih. alif,Ba,Sa dulu atau ja sih? tau ah.” Mencintai memang selalu mempunyai hal rumit termasuk mencintai seorang Aydan Athallah. “Ehh kangen maksudnya?” kagetku, Pak Aydan juga kangen aku,gitu? Iyakan? Iyain ajalah. Pesona Princess Callisa memang tak bisa ditolak,iyakan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD