26 - Pak Aydan,Kenapa Kita?

2269 Words
Hari Selasa Pukul 08:13 Sejak pukul 7 pagi sampe sekarang kerjaanku hanyalah mempermak diri didepan cermin agar terlihat cantic ditemani ceramah pagi entah masuk di dalam otakku atau hanya sekedar lewat saja. tapi tidak papa,daripada tidak mendengarkannya sama sekali maka aku akan memutarnya sebagai ganti pertemuan pembejaran dengan kak Cahya hari ini. Ya,hari ini seorang Callisa mempunyai janji dengan perempuan beragama itu. “Tapikan aku belum kirim pesan semuanya kan? Baru beberapa?” ralatku,menyimpan lipstick yang sejak tadi menjadi pilihanku lalu beralih mencari ponsel. “Nah dapat!” seruku senang,mulai mengirimkan pesan yang sangat Panjang pada kak Cahya juga menjelaskan tentang Pak Aydan sedikit padanya. Callisa sudah menganggap Kak Cahya sebagai kakaknya sendiri maka aku harus menjelaskan jati diri Pak Aydan atau setidaknya pekerjaan sang pujaan hati padanya. Dengan terkikik senang aku kembali ke depan cermin,melanjutkan acara mempercantik diri agar Pak Aydan saat kemari tak menyesal telah melamarku. Nasibku termasuk beruntung engga sih? sudah diberikan jawaban yang pantas untuk perjuanganku dalam mendapatkan Aydan Athallah mana bonusnya ganteng banget pula. Duh,membayangkan akan menikah dengannya,tinggal bersamanya apalagi selalu menyambut pagi dengan kadar kegantengannya itu? Rasanya hatiku mau meledak hanya dengan membayangkannya saja. “Ayo sadar Callisa,kamu harus bergegas lalu kebawah menunggu kabar dari Aydan tersayang,hahah.” Tertawa terus menerus layaknya orang sakit jiwa sudah kulakukan sejak pagi tadi,perempuan mana sih yang tidak senang saat akan dilamar oleh orang yang kita cintai? Pasti senangkan? Ayo katakan padaku perempuan mana yang tidak senang saat di lamar? Aku bahkan sehabis shalat subuh tidak tidur lagi,sibuk tersenyum di balkon kamar selama sejam setelahnya bergegas mandi. “Kamu memang tidak salah pilih memperjuangkan seseorang Callisa,lihatlah dirimu. Uh! Selalu cantic paripurna,” jangan lupa memuji diri sendiri kawan,karena pemuji paling handal adalah kita sendiri. Tersenyum kearah cermin dengan make-up sempurna,harus sempurna agar Pak Aydan makin terpesona hingga tak bisa melirik perempuan lain selain Callisa,yaps! Mungkin impian seperti ini adalah impian semua perempuan bukan? “Nona?” Dengan cepat aku menoleh kearah pintu yang kubiarkan terbuka sejak tadi,”Kenapa Bi?” balasku dengan pertanyaan, “Kakak-kakak anda meminta anda segera turun kebawah,” Kuputar bola mataku malas,”Bibi engga liat aku lagi siap-siap?” sewotku kesal,kulirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah 9,”Kenapa manggil mereka,Bi? Aku tuh pengen tampil cantic didepan Pak Aydan makanya lama. Ini aja baru abis dandan,gimana menurut bibi? Aku sudah cantic dan bisa membuat Pak Aydan makin cinta belom?” Dengan semangat aku berjalan kearah Bibi,tersenyum ceria didepannya menunggu bagaimana tanggapannya mengenai hasil riasanku pagi ini. “Non Callisa yakin kisah ini akan berhasil?” ish! Bukan pertanyaan yang kumau tapi jawaban mengenai penampilanku. “Kisah apasih,Bi? Ini bukan dunia n****+ atau drakor apalagi film. Drakor aja banyak happy ending walaupun ada beberapa yang sad ending sih. aku kan cuman menyambut apa yang sudah terjadi? Palingan sekarang Pak Aydan tercinta sudah menuju rumahku untuk menemui Papi. Tanggapan Papi mengenai Pak Aydan gimana ya? Apa Papi akan terpesona juga dengan kharismanya?” meninggalkan Bibi di depan pintu sana,aku kembali ke hadapan cermin. Mengagumi kecantikan Princess Callisa yaitu aku sendiri,sempurna! “Saya hanya takut Nona akan terluka hanya karena harapan yang begitu banyak.” Tunggu sebentar,aku teringat sesuatu,”Oh Bibi nyamain kisah aku dengan kisah Bibi dulu? Jangan disamakan dong Bi kan kita orang yang berbeda maka takdir yang Allah berikan juga berbeda. Tiap orang memiliki jalannya masing-masing dan jalanku Bersama Pak Aydan tersayang.” Melihatnya sebentar barulah aku mengambil gaun yang akan kupakai hari ini. “Banyak orang yang kisahnya sama,Nona.” Keras kepala banget pembantuku ini,tapi memang engga salah sih. beliau ini sudah bekerja di keluarga sejak lama maka mungkin sudah menganggapku sebagai anaknya apalagi yang dia bantu sejak dulu adalah Callisa. Aku berjalan kearahnya setelah mengurungkan niatku mengambil gaun,kupegang kedua pundaknya. “Aku memang tidak tau apa yang akan terjadi beberapa jam kedepan tapi setidaknya aku bisa membayangkan kebahagiaan tanpa harus memikirkan itu akan terjadi atau tidak. Berharap memang sama dengan menggali luka sendiri tapi jika hidup tanpa harapan sama saja berjalan tanpa kepastian. Sejak kapan seorang Callisa tidak berharap dalam sehari? Setiap detik yang berlalu selalu Callisa lalui dengan tumpukan harapan yang banyak. Kalau memang tidak berhasil,lantas apa aku akan terluka?” Kukatakan semua itu dengan menatap langsung matanya. “Terluka karena cinta tidak semudah itu,Nona,” Aku tertawa kecil,”Sejak kapan aku mengatakan terluka karena cinta itu mudah? Bibi tidak perlu khawatir. Umurku saat ini sudah 24 tahun malahan sebentar lagi berumur 25 tahun. Bibi pikir aku masih anak SMA yang mau di kelabui dengan gombalan? Pak Aydan umurnya 5 tahun diatasku loh.” Ku tepuk kedua pundaknya dengan pelan tanpa melunturkan senyumku sama sekali. Aku kembali ke samping gantungan,memperhatikan baju yang telah kupilih kemarin dan akan kupakai hari ini. “Nona,” suara khawatirnya kentara sekali. “Bi,peluang yang bisa membatalkan niat Pak Aydan untuk melamarku secara resmi adalah tidak ada restu dari Papi. Kalau memang hari ini gagal masih ada esok hari,dan esoknya lagi. Tidak ada peluang lain yang bisa membatalkan niat kami. Kasta? Pak Aydan seorang Dosen dan itu termasuk pekerjaan yang bisa dibanggakan. Agama? Agamaku masih islam,jadi tidak akan ada halangan beda agama. Cinta? Aku dan Pak Aydan yang memutuskan ke jalan ini,lalu? Alasan apa yang akan membatalkan niat kami ke jenjang serius?” Mengibaskan tanganku ke udara tanpa menatapnya sama sekali,aku Lelah berbicara Panjang terus selama berkali-kali. Walaupun aku perempuan yang sangat cerewet tapikan ada kalanya capek juga bicara terus tanpa jeda. Iyakan? Semua perempuan cerewet pasti merasakan hal yang sama. “Bibi takut aku terluka karena cinta bukan? Bukankah sebelum kemari di Paris sana aku sudah merasakannya? Sampai sekarang pun sakitnya masih ada namun tidak terlalu aku pedulikan. Aku bukan tipikal orang yang harus trauma hanya karena kesalahan orang,yang korban siapa terus masa mau trauma? Engga adil sama diri sendiri Namanya,” kuambil gaun yang kusiapkan sejak semalam, “Cinta memang selalu mengerikan setiap harinya,Bi. Tapi banyak perempuan yang sembuh dengan memberanikan diri mencintai seseorang sekali lagi,bukan karena mereka tidak menyayangi diri sendiri namun itulah bentuk kasih sayang. Masa iya mau menghukum diri padahal kita yang tersakiti?” aku tertawa pelan,sudah berapa banyak kata yang aku ucapkan? Sudah Panjang sekali pasti. “Awalnya aku memang hanya terpesona dengan Pak Aydan tapi lama kelamaan bayanganku makin berani memikirkan hal lain dan terasa menyenangkan sekali. Bagaimana jika anak-anakku nanti yang menjadi ayahnya adalah Aydan? bagaimana jika yang memintaku menjadi istrinya adalah Aydan? bagaimana jika lakilaki yang berdiri disampingku saat di pelaminan adalah Aydan? saat Bersama mantanku yang dulu saja aku tidak pernah membayangkan hal seberani ini,Bi.” Kubalikkan badanku menatapnya,aku tau ini bentuk kepeduliannya. Merawatku dengan puluhan tahun,menjadi pengasuh juga pasti membuatnya sangat menyayangiku. “Semua perempuan sejak awal sebenarnya punya firasat tersendiri,Bi. Akankah bahagia dengan pilihannya dan berakhir happy atau sebaliknya?” kututup ucapan panjangku dengan tawa kecil. Mengedipkan mataku sekali padanya barulah masuk mengganti pakaianku,sesampainya didalam ruang ganti. Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin besar,senyuman yang sejak tadi kuperlihatkan pada pembantu perlahan memudar. Sejak kemarin bahkan saat membahas tentang alasan dengan Pak Aydan,ada semacam gangguan namun aku mengenyahkannya. Aku tak mau impianku malah terhalangi rasa takutku sendiri. Terkadang,ada beberapa keadaan yang membuat pasangan berpikir kearah lain padahal seharusnya tidak kesana. Aku dengan cepat mengganti pakaian,berdiri disana dengan cukup lama memperhatikan penampilanku,seakan ingin menghadiri pesta yang sangat mahal padahal hanya akan menyambut Pak Aydan tercinta. Memikirkan Pak Aydan membuat pikiranku kembali jernih,tertawa kecil barulah keluar dari ruang ganti. Mataku mengedar mencari pembantu sepertinya sudah turun,sikapnya seakan aku akan menikah tadi padahalkan dilamar secara resmipun belum,baru meminta izin pertama. Pembantuku memang selalu berlebihan. Kutata rambutku yang sudah kupermak cantic,memperhatikan penampilanku yang sudah memukau. Dengan tertawa kecil,aku mengambil ponsel lalu turun kebawah untuk berkumpul Bersama para kakakku. Mereka bahkan sengaja meliburkan diri demi menyambut kesenangan adik paling cantiknya ini. “Wow siapa ini? Kenapa cantiknya melebihi cantiknya perempuan pada umumnya?” Aku tersenyum makin lebar mendengar pujian dari Kak Ray,dia bahkan menyambutku di ujung tangga menggunakan uluran tangannya membuat kami berjalan Bersama menuju sofa dimana yang lainnya sudah menyambutku dengan tatapan bahagianya. Disaat semuanya sudah bahagia begini,masa iya aku mengabaikannya dengan memikirkan kemungkinan yang tak seharusnya aku takutkan? Yang menjadi utama hanyalah restu Papi bukan? Aku punya tiga kakak yang bersedia mendukungku andaikan Papi menolak keras pilihanku. “Serasa mau tunangan saja,Dek. kakak yakin Pak Aydan tidak bisa memalingkan wajahnya dari kamu nanti,” dengan cepat aku menunduk malu,ish! Kak Akaf memang sangat pandai membuat moodku makin senang. “Princess Callisa,” aku bisa merasakan kak Reika jongkok didepanku,mata kami saling bertemu selama beberapa detik. “Tidak terasa Princess kami sudah sebesar ini,bahkan sudah malu-malu jika membahas tentang Pak Aydan.” aku memukul pundaknya pelan,kenapa harus menyindir sih? aku sampe salting. “Padahal kakak masih pengen manjain kamu,Dek. beliin kamu baju mahal,sepatu keluaran terbaru atau mendengar rengekan kamu setiap kali tidak diijinkan Mami membeli tas mahal. Kakak masih ingin melihat Callisa yang seperti itu,” wajahku berubah menjadi sendu,baru minta ijin melamar saja mereka semua sudah berlebihan. Belum lagi lamaran resmi,pengajian pernikahan,malam pernikahan terus hari pernikahan. Prosesnya masih Panjang tapi Kak Reika sudah berlebihan caranya. “Ih mau sehabis nikah sekalipun,aku tetap morotin kalian tau. Bukan karena Pak Aydan kurang kaya tapikan aku masih punya hak. Kalian masih bisa beliin Callisa baju mahal walaupun pasti Pak Aydan bakal ngomel dibalik kacamatanya,Kak Ray masih bisa kunjungi rumahku dengan bawain aku banyak tas mahal. Kan dalam agama engga ada larangan atau aturan tentang tas mahal,” Tanggapan dari ucapanku adalah tawa kompak dari mereka semua. Aku menatap semua wajah kakakku termasuk kakak iparku,mereka tertawa bahagia sepertiku. Mereka menyayangiku. Kak Reika yang banyak aturannya,Kak Akaf dengan sikap lemah lembutnya juga Kak Ray dengan sikap menyebalkannya. Ada Mba Deva yang sikapnya sebelas dua belas dengan suaminya,ada kak Rasya yang selalu memarahiku karena terlalu menghamburkan uang padahal barangnya tidak penting sama sekali. Ada Bibi yang selalu membereskan kekacauan di kamarku,mereka semua selalu ada untuk seorang Princess Callisa. Aku serasa mau menikah saja ya? Sudah sangat serius sekali pembahasannya padahal masih lama. Lamunanku buyar saat kak Reika mengenggam tanganku,aku menatapnya dengan senyuman. “Bisa kecil lagi engga,Dek? kakak belum ikhlas liat kamu diambil laki-laki lain.” “Itu egois Namanya,Kak Rei.” Kesalku padanya tapi tidak memudarkan senyumku sama sekali. Genggaman tangannya makin erat,”Kakak masih pengen dengerin rengekan kamu yang mau ditemenin main barbie atau membuat rumah-rumahan.” Ujarnya sendu,mataku ikut berkaca-kaca karenanya. “Atau ngambek karena tidak ditemani nonton kartun.” “Kak Akaf ih! Nyebelin banget.” Pandanganku teralihkan pada kak Akaf yang kini menggendong Exas,Sukanya membahas masa lalu mana membenarkan ucapan kak Rei pula. Sekali lagi,mereka semua tertawa mendengar suaraku. Aku ikut tertawa ditengah-tengah kekesalanku,ayo Callisa. Tidak boleh ada kesedihan diantara semua kegembiaraan yang akan kamu rasakan nantinya. Untungnya semua kakakku kembali sibuk bercengkrama,aku sesekali ikut menimpali kadang juga fokus menatap ponsel menunggu telepon dari Pak Aydan. Menunggu ternyata menyebalkan banget ya? Padahalkan… udahlah,kenapa harus memikirkan hal yang tidak berguna? Mari menunggu jawaban dari Pak Aydan tersayang atau informasi mengenai jawaban Papi atas izinnya yang mau melamarku. Sembari mengenggam ponsel,aku memperhatikan Ratu yang sibuk bermain sesekali kena omel dari kak Rasya atau akan meminta pembelaan pada ayahnya,kak Rei. Aku pernah begitu,sayangnya aku kena omel dari Mami lalu meminta pembelaan pada semua kakakku,mereka selalu melindungiku sebagaimana aku adalah berlian yang paling berharganya. Tak jauh darinya ada Mba Deva dengan telatan menyuapkan bubur bayi pada Exas,ada kak Akaf yang membantunya jika Exas rewel enggan makan. Aku tersenyum,membahagiakan punya banyak kakak bukan? Mereka akan selalu temeng untukmu. Pak Aydan,aku ingin kamu menjadi pengganti kakakku. Menjadi temeng untukku dan selalu membelaku jika ada yang berniat menyakitiku. Harapanku pada Pak Aydan memang sebesar ini,dia adalah lelaki yang berhasil membuat seorang Callisa bermimpi jauh. Merasa pak Aydan lama,aku dengan cepat mengirimkan pesan padanya. Jodoh-Ku Pak Aydan,apa acaranya berjalan dengan lancar? Saya deg-degan nunggunya. Bapak jangan takut sama Papi saya,orangnya kadang sebelas dua belas dengan sikap kak Ray kok. Heheh. Setelah menunggu selama beberapa menit tapi tak ada jawaban,jariku kembali mengetik dengan cepat. Bapak masih bicara sama Papiku ya? Mengetukkan jariku beberapa kali,ada apa ya? Kok engga ada balasan sama sekali. Atau Pak Aydan masih berbincang beneran dengan Papi? Pak,kakak saya juga kepo mau tau soal keputusannya. Berat ya Pak? Saya sebenarnya mau ke mansion cuman dilarang sama kakak ipar katanya nanti menganggu padahalkan pengen liat Pak Aydan juga,kangen liat muka ganteng bapak tau. Hehe. Bercanda Pak,eh tidak. Saya beneran kangen kok,cuman alasan utamanya pengen menemani bapak berjuang di depan Papi saya. Duh,pesan saya kepanjangan banget ya Pak? Maaf,saya terlalu senang soalnya. Engga sabar jadi mempelai perempuan di pelaminan,di sisi Pak Aydan tentunya. Hahah. Kuperhatikan kakakku yang sibuk dengan urusannya semua,maafkan aku karena mengorbankan nama kalian padahal kalian tidak menanyakannya sama sekali. Akulah yang penasaran bagaimana prosesnya,walaupun pesanku sangat Panjang tapikan tetap was-was. Aneh ya,bisa haha hihi di pesan namun aslinya deg-degan dan engga senyum sama sekali? Aku terawa kecil,sabarlah Callisa. Kamu pikir melamar semudah itu? Pak Aydan mau meminangmu saja harusnya kamu bersyukur dengan itu. Senyumku mengembang saat kata mengetik telah tertera di bawah nama kontaknya,dengan cemas aku menunggu. Mudahan diterima,Papi mana mungkin sejahat itu kan? Mana mungkin Papi menolak lelaki pilihanku hanya dengan perihal kasta semata? Ting. aku membaca pesannya dengan cepat,senyumku yang awalnya ceria perlahan memudar bersamaan dengan selesainya pesan itu k****a. Tapi alasan apa pak Aydan? alasan apa yang membuat semuanya malah menjadi seperti ini? Aku tertawa sarkas,jadi tujuanku sebenarnya apa sekarang? Permainan apa yang sedang ada didepanku sebenarnya? Brakk. Lamunanku buyar saat kulihat ponselku tergelak di lantai,aku ingin mencegah kak Reika mengambilnya namun aku tak tau ingin mengatakan apa. Aku tersenyum bersamaan dengan airmataku yang jatuh,aku bisa melihat kemarahan yang sangat besar dibalik mata Kak Reika bersamaan dengan suaranya yang menggema. “AYDAN!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD