When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
# Nyonya Adhiatma menyusuri lorong Rumah Sakit dengan tergesa-gesa bersama dengan Cindy yang hari itu memutuskan untuk bolos kuliah begitu mendapat kabar dari kakaknya mengenai apa yang terjadi. “Cindy, jangan terlalu cepat! Mama bisa jatuh!” ucap Nyonya Adhiatma sambil menarik tangan putri bungsunya yang berjalan di depannya. Cindy yang mendengar keluhan sang ibu, terpaksa memperlambat kecepatannya dalam melangkah karena ibunya terus saja menarik tangan atau ujung bajunya. “Mama yang jalannya jangan lelet seperti siput. Katanya ingin melihat Kak Luna segera, kapan kita sampainya kalau jalannya lambat seperti Mama,” ucap Cindy tidak mau kalah. Nyonya Adhiatma hanya bisa menampilkan wajah cemberut mendengar protes Cindy.’ Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di ruangan tempat Luna di