# Cakra terdiam, bekas tamparan Luna yang singgah di pipinya terasa perih dan entah kenapa, rasa perih yang dirasakannya seakan menjalar hingga ke hatinya. Sedangkan Luna menatap Cakra penuh kekecewaan. Keheningan yang tercipta di antara mereka bertahan selama beberapa saat sebelum akhirnya pecah oleh suara tangis tertahan Luna. Luna menghapus air matanya dengan tangan berkali-kali, namun air matanya seakan tidak ingin berhenti mengalir. "Kau boleh marah kepadaku atau menghinaku sesuka hatimu, tapi jangan pernah meragukan anak yang ada di dalam kandunganku. Bahkan kau juga tahu kalau aku tidak pernah tidur dengan siapapun selain dirimu dan tidak pernah ada pria lain di dalam hidupku sejak aku menjadi istrimu sampai detik ini!" Nada suara Luna meninggi. Kesedihan mengisi hatinya ketika