Noora langsung menjarakkan tubuhnya dari Kennan saat pintu dan panggilan namanya mengudara, ketiganya langsung saling berpandangan dan lelaki di pintu menjadi yang paling terkesiap melihat Noora bersama laki-laki disana. “Mas Evans? Tumben pagi-pagi kesini…” Noora menjadi panik mengusap tengkuknya kebingungan sembari berfikir apakah Evans melihat bagaimana dia dan Kennan yang tadi berdiri tanpa jarak dan sangat intim. Lelaki itu menggeleng, “Saya ah…mungkin lain kali, Ra. Saya juga buru-buru.” Raut kecewa terpancar pada lelaki itu. “Mas, kenalin ini Kennan teman aku… kita sudah kaya saudari kedua orang tua kita sahabatan. Kenn ini mas Evan…” Kennan menyimpun senyuman mencibir, tentunya dia kesal diperkenalkan sebagai teman namun dia harusnya memang mengerti keadaan mereka belum bisa