“Dasar gila.” Luna memaki pria yang sudah berlalu meninggalkannya seorang diri. “Cie cie cie …” Itu Fira, ternyata dia bersembunyi di balik pohon demi menguping pembicaraan Luna dan Rafan. Di matanya Rafan tadi mencium pipi Luna, hampir saja membuatnya patah hati, tapi dia rela asalkan Rafan itu dimiliki Luna, andai perempuan lain, dia pasti akan merayu Tuhan agar dijodohkan dengannya. “Ngapain lo di sana?” Fira menyeringai buru-buru menggandeng tangan Luna. Jiwa ghibah-nya mulai beraksi. “Kalian udah sampai tahap mana?” “Bunting.” Spontan Luna menjawab karena dia masih teringat bisikan sesat dari Rafan. Lantas Fira menganga lalu tertawa memegang perutnya. “What, apa ini, apa ini? Hahah … gue gak nyangka pembahasan kalian dewasa banget.” “Dih, apaan sih?” Lune melepaskan tangannya. D