Misi 4

1035 Words
“Selamat datang di game survival. Halo, para pemain hebat hari ini adalah misi ke-4 yaitu berpetualang di zombie land, waktu kalian adalah seharian. Siapa yang bertahan sampai akhir maka ia adalah pemenang, pastikan seluruh anggota tim tak ada yang tergigit oleh zombie. Terima kasih atas perhatiannya, semoga harimu menyenangkan!” Sean menghela napasnya pelan setelah mendengar pengumuman tersebut ia menyesal karena memilih untuk begadang. Waktu masih menunjukkan pukul 3 subuh, namun pengumuman itu seakan sudah siap untuk mengerjai mereka. “Sumpah gue masih ngantuk, gue gak tahu gimana caranya ngadepin zombie seharian nanti,” keluh Alefukka yang merasa bahwa dirinya sudah tak mampu melawan semua yang ada. Pasrah adalah sesuatu yang tepat saat ini karena ia merasa tak akan sanggup seharian melawan zombie yang kalap seperti itu. “Tenang aja, manusia memang akan sanggup jika sudah kepepet begitu pun lo. Kalau nanti udah kepepet pastilah tenaga lo bertambah sendiri,” kata Darren menyemangati. Alefukka hanya bisa mengangguk saja karena akan percuma bila ia mengeluh tidak akan ada solusi selain bertarung sepenuh hati. “Gue gak yakin kalau kita bisa melindungi satu sama lain. Bagaimana pun juga kalau kita udah panik pasti lupa sama peraturan dan bisa saja diantara kita ada yang kegigit dan artinya misi ini gagal total, percuma banget,” kata Gilang yang merasa misi itu akan sia-sia ia jalankan. Sean terdiam, yang dikatakan Gilang ada benarnya. Bagaimana pun ia berusaha keras pasti tidak akan bisa menyelamatkan semuanya, ibarat ia membawa badan sendiri saja sudah kelelahan. “Yakin aja dulu, soal nanti bisa atau gak kan yang penting udah coba. Dan inget-inget kalau kita ini sahabat harus saling melindungi satu sama lain, ini bagian paling penting karena dibagian ini kita disuruh untuk tidak egois dan menyelamatkan diri sendiri. Gue mau extramers hari ini bisa sampai akhir, paham kan?” tanya Sean dengan wajah yang sudah tak karuan. Alefukka, Darren dan Gilang mengangguk bersamaan. Di game ini mereka tahu yang pasti adalah solidaritas, tanpa solidaritas tidak ada yang namanya keberhasilan. Karena rubuh satu akan menggagalkan anggota lainnya, mereka dipaksa bekerja sama, bahkan yang tak biasa bekerja sama akan berusaha keras dalam game ini. “Jadi, kita mulai nih?” tanya Darren yang merasa bersemangat, paling tidak ia ada bahan pelampiasan ke para zombie, ia akan dengan bebas membunuh zombie dan menjadi pahlawan untuk ketiga temannya itu. “Woe gak usah bersemangat gitu, ini bukan cuma sekadar game, tapi tentang solidaritas dan hidup matinya sahabat lo,” kata Gilang memperingati Darren agar tak terlalu bergembira. “Apasih lo? Tiap misi kita harus bersemangat karena di situ juga banyak sesuatu yang harus kita lewati, kalau gak semangat gimana mau ngadepin itu misi? Ayo men semangat!” kata Darren sambil memakai pakaian paintball untuk melewati misi yang akan sangat berat itu. Gilang pun mengangguk kemudian bersiap-siap untuk itu semua. Waktu mereka tidak banyak untuk bersiap-siap, kalau sampai mereka melewati semua waktu yang diberikan untuk bersiap-siap maka tombol otomatis rolling door akan terbuka dan membuat para zombie masuk ke dalam mall tersebut. Setelah semua dirasa siap untuk berperang mereka pun menyatukan tangan mereka di depan untuk menambah rasa solidarita diantara mereka. Rasanya hari ini adalah hari yang paling sulit setelah beberapa hari mereka di dunia game, entah bagaimana mereka harus melewati itu semua tanpa tergigit rasanya hal yang mustahil. Dengan pakaian game paintball membuat mereka terlihat seperti tentara sungguhan. “Kayaknya gue keren juga nih kalau jadi tentara,” ucap Alefukka yang melihat dirinya dipantulan cermin yang berada tidak jauh dari mereka. Gilang memutar matanya malas, namun tetap saja ia tidak bisa menahan tawa karena melihat ekspresi Alefukka yang kocak. “Dah gak ada waktu nih buat gaya-gayaan, semoga kita berempat bisa melewati misi ini dengan selamat. Untuk Gilang dan Darren terutama, emosi kalian mohon dikontrol untuk misi ini. Seperti yang kita semua tahu bahwa satu tumbang semua akan tumbang, jadi tolong ke depankan rasa solidaritas,” kata Sean memperingati. Darren dan Gilang mengangguk paham, bagaimana pun ini adalah menyangkut nyawa mereka. Semua rasa egois dan emosi mereka harus disingkirkan demi keselamatan satu sama lain. Namun, saat mereka sudah siap dan ingin keluar dari mall pun langkah mereka terhentikan karena suara yang sangat familiar. “Berhenti! Gue ikut sama kalian,” ucap Andrew yang sudah siap dengan pakaian yang sama dengan tim extramers. Demi apapun Sean dan ketiga temannya langsung terkejut dengan kehadiran Andrew yang secara tiba-tiba menginterupsi mereka untuk berhenti. “Sumpah demi tanduk gajah! Lo ngapain sih nguntitin kita terus? Tolong banget deh untuk sekali ini saja lo duduk diem di mall ini ngejagain biar ga ada zombie yang masuk di basecamp kita,” kata Gilang yang merasa Andrew akan memperumit misi mereka itu. Sedangkan Sean, Darren dan Alefukka hanya bisa diam dengan kehadiran Andrew yang tampak sudah siap juga seperti mereka. “G-gue harus keluar juga dari game ini, dengan mengikuti kalian ada kemungkinan besar gue bisa keluar dari game ini juga. Tolong sekali ini aja gue bergantungkan hidup untuk kalian,” kata Andrew yang memelas mencoba merayu Sean dan ketiga temannya ini. “Kalo emang bener, kenapa gak dari dulu lo lakuin? Kenapa harus nunggu 9 tahun lamanya untuk keluar dari sini?” kini Darren yang bertanya. Ia dan Gilang sudah merasa dongkol dengan Andrew yang pura-pura sok baik dan polos. “Game ini harus dimainkan berkelompok, sedangkan 1 orang tidak akan dianggap sampai kapan pun. Jadi ini adalah kesempatan buat gue keluar dari dunia game ini, gue juga pengen lihat dunia nyata dan menjalani hiruk pikuk kota Jakarta seperti dulu,” kata Andrew dengan mata yang berkaca-kaca. Gilang melihat ke ketiga temannya seolah bertanya dengan telepati mereka, Sean mengangguk memberikan kesempatan untuk Andrew, begitu pula dengan Alefukka yang merasa kasihan dengan Andrew. “Ok lo kita terima tapi dengan satu syarat. Lo harus bantu kita untuk mengalahkan tim gladiator karena kita sudah menganggap lo adalah salah satu tim extramers dengan lo masuk tim kita di misi ini. Satu lagi, kita harus menggeledah semua pakaian lo untuk memastikan bahwa lo bener dipihak kita,” kata Sean mendekati Andrew. Tubuh Sean yang jangkung membuat Andrew harus melihat sedikit ke atas. Andrew memberikan s*****a dan beberapa saku pakaiannya untuk mereka periksa, benar saja tidak ada satu pun yang menunjukkan bahwa Andrew membawa alat dari tim gladiator.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD