Andrew terlihat benar-benar kesal dengan semua orang yang berada di hadapannya, ia merasa kecolongan karena menara itu bisa dimasuki oleh orang-orang yang sangat ia benci.
“Keluarlah dan jalani misi sebaik mungkin agar kalian bisa keluar dari dunia game ini,” kata Andrew dengan frustasi. Ia tidak paham kalimat apa yang bisa membuat kedua tim itu keluar dari tempat persembunyiannya.
Darren lagi-lagi seperti orang yang ingin mencekik Andrew, namun dengan cepat Sean menahan Darren agar tak bertengkar lagi dengan Andrew.
“Baiklah, sebagai gantinya lo harus kasih kita misi yang paling mudah agar kita cepat keluar dari sini, bagaimana?” tanya Sean bernegoisasi. Andrew tampak berpikir sebelum akhirnya menggeleng pelan.
“Game ini sudah terprogram dari sananya, maka gue sebagai pencipta game ini hanya bisa mengawasi bukan untuk mengontrol permainan. Jadi, mungkin akan sangat sulit untuk program ulang sebenarnya bisa hanya saja mungkin kalian akan kembali ke misi pertama dan ini benar-benar memakan waktu.” Andrew mengucapkan itu dengan serius membuat mereka bertujuh langsung lemas ketika mendengar pengakuan dari Andrew.
Sean dan Alefukka saling pandang, kalau sudah seperti ini bisa dipastikan membuat teman-temannya bisa mengamuk pada Sean karena itu cara satu-satunya untuk keluar.
“Memangnya tidak bisa lo usahakan sedikit saja untuk kita? Gue tahu lo pasti punya cara lain selain misi tapi lonya aja yang gak mau tahu dan memberitahu kita. Memangnya kenapa dengan kita?” tanya Gilang yang kali ini berbicara kesal.
Andrew mendekati Gilang kemudian memelototinya dengan sedikit amarah.
“Pergi kalian! Ini adalah wilayah gue dan kalian sudah mengganggu gue! Gue bisa kasih game yang lebih kejam kalau gue mau aja, tapi gue gak sejahat itu jadi jangan buat gue jahat seperti yang kalian mau. Gue sudah cukup sabar sama kalian selama ini, jadi jangan pancing gue terus-terusan menjadi jahat ya, sekarang keluarlah dari sini sebelum gue berubah pikiran,” kata Andrew sambil menunduk menahan amarahnya yang benar-benar membuatnya bisa kapan saja meledak.
Alefukka memberikan kode pada semua teman-temannya terutama Gilang dan Darren agar tak mendesak Andrew lebih dalam lagi. Pemuda itu takut jika suatu saat bisa saja Andrew memberikan game yang lebih parah dari sebelum-sebelumnya dan hidup mereka dipertaruhkan.
“Sudahlah, ayo kita keluar dari sini. Biarkan saja dia dengan egonya, mengalah bukan berarti kalah. Ayo kita keluar,” ucap Alefukka kemudian meninggalkan Andrew yang masih dalam rasa amarahnya.
Sedangkan Sean yang keluar terakhir kali masih menatap Andrew dengan ekspresi datar.
“Gue harap suatu saat lo bisa jujur tentang semua ini,” kata Sean sebelum benar-benar pergi dari tempat itu menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu keluar dari ruangan tersebut.
Andrew melihat kepergian kedua tim itu dengan ekspresi yang tak bisa dibaca. Sesekali ia terlihat menghembuskan napasnya pelan sambil mendekati pintu dari kayu yang memberikan akses ke dalam menara tersebut, Andrew menutup pintu itu rapat-rapat kali ini ia menutupnya dari dalam dan ia kunci baik-baik karena itu adalah tempat tinggalnya kini.
“Lalu apa yang akan kita lakukan setelah ini? Kenapa kita gak sekap aja si Andrew agar jera?” tanya Darren yang merasa rugi karena telah pergi dari kediaman Andrew yang terbilang sulit untuk dijangkau.
Sean melihat Darren dengan tatapan datar kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda menuju sebuah mobil yang terlihat di depannya.
“Udahlah, Ren lo gak usah memperkeruh masalah. Toh, yang dikatakan Andrew ada benarnya. Kita harus melakukan misi itu lagi pula kita sudah menyetujui semua peraturan dunia game ini,” kata Alefukka yang ingin sekali membuat teman-temannya pantang menyerah.
“Bener kata Alefukka, yang harus kita lakukan yaitu lakuin misi aja. Lagi pula kita pasti bisa melewati semuanya,” kata Fendi sambil mengusap punggung Darren agar lebih sabar dalam menghadapi hal ini.
“Terus, apa menurut lo dengan kita lakuin misi. Misi itu akan menjadi gampang? Gak! Gue tahu akal-akalan si busuk itu! Kita harus kembali ke sana sekarang juga sebelum dia membuat misi-misi yang menyulitkan hidup kita,” kata Darren yang terlihat sangat kesal dengan Andrew.
Sean melihat ke arah mereka semua kemudian tersenyum miring.
“Memangnya m*****i gadis bukan busuk? Lo malah lebih busuk dari pada Andrew, kalau mau bicara mending lo ngaca aja dulu. Nanti gue beliin kaca yang besar sepulang dari dunia game,” kata Sean kemudian memberikan kode agar mereka semua cepat naik ke dalam mobil mereka akan kembali ke supermarket itu.
Darren menghirup napas dalam-dalam ketika mendengar ucapan Sean yang sangat menohok untuknya, perkataan Sean membuat dirinya kembali merasa bersalah atas kematian Klara.
Suasana di dalam mobil benar-benar sangat kaku dan hening, hanya ada bunyi dari mesin mobil yang terbilang berisik. Mereka tak ada lagi yang mengoceh setelah Sean berkata seperti itu, bahkan Gilang yang suka sekali mengoceh kali ini terdiam dan tak menanggapi apapun tentang ucapan Sean.
Gilang sebenarnya sedikit merasa bersalah karena sudah membongkar aib Darren, hanya saja menurut Gilang ini adalah jalan terbaik walaupun mereka akan saling tersakiti dan merasa tidak nyaman. Itu semua akan terbiasa seiring waktu karena menutupi kebohongan saja tak akan pernah membuat Darren menjadi lebih baik.
“Guys, sorry karena gara-gara gue, lo berdua jadi berantem satu sama lain kayak sekarang,” kata Gilang yang akhirnya berusaha mencairkan suasana yang sedikit kaku itu.
Sean tak menjawab begitu pun dengan Darren yang terlihat malas mendengarkan ucapannya itu. Sikap mereka yang seperti ini membuat Gilang menjadi semakin takut jika persahabatan mereka rusak hanya karena truth or dare.
“Lo gak perlu minta maaf, bahkan Darren pun seharusnya tidak perlu minta maaf karena semua masa itu gak bisa kembali lagi untuk dimintai pertanggung jawabannya. Mungkin gue akan berat banget lupain masalah ini apalagi ini masalah Klara. Hanya saja itu tidak penting lagi karena Klara sudah menjadi masa lalu gue. Namun, seperti yang kalian tahu betapa sakit hatinya gue mendengar dengan telinga gue sendiri bahwa sahabat gue tersakiti extramers tidak akan pernah sama lagi kalau salah satu dari kita berkhianat apalagi menjadi pria pengecut,” kata Sean sambil menancap gas secara tiba-tiba.
Rasa kesal Sean masih ada sampai sekarang setelah mengetahui semua itu, ia bahkan enggan berbicara dengan Darren saat ini. Rasanya jika ia melihat Darren seperti melihat seorang penjahat yang membunuh Klara.
Gilang terdiam mendengar perkataan Sean begitu pun dengan yang lainnya yang hanya bisa mendengarkan sebuah drama persahabatan yang tak pernah terpisahkan dari kecil. Aura di dalam mobil benar-benar tidak mengenakkan saat ini.