Menara pengontrol

1074 Words
Alefukka melihat keanehan di sekitarnya yang tak biasa. Para zombie terlihat mengejar sesuatu dan berlari ke arah sebuah menara yang tidak mereka ketahui fungsinya. “Mereka ngapain sih ke menara itu? Apa ada sesuatu di sana? Gak mungkinkan mereka mendapatkan Sean dan Rezki?” tanya Alefukka yang merasa aneh dengan itu semua. “Bener, kita harus selidiki karena pasti ini menyangkut mereka berdua," ucap Fendi yang langsung panik ketika memikirkan dua orang temannya itu. Stefan yang berada di belakang mereka tampak melihat ke arah atas menara itu di mana terlihat seseorang yang mirip sekali Sean, namun matanya tak bisa melihat dengan jelas wajah Sean karena tempat itu yang terlalu tinggi. “Sepertinya Rezki dan Sean berada di menara itu, gue lihat ada sesuatu di ujung menara seperti bajunya Sean,” ucap Stefan sambil menunjuk ke atas menara. Teman-teman yang lain langsung melihat telunjuk Stefan yang menunjuk ujung menara. Hal tersebut membuat semuanya memicingkan matanya terlihat sedikit bingung untuk memastikan siapa yang berada di atas menara itu. “Sepertinya benar, kalau begitu kita harus naik mobil untuk nyusul mereka karena jalan kaki ditengah-tengah zombie sama aja bunuh diri,” kata Gilang kemudian melihat sekelilingnya mencari sebuah mobil yang siapa tahu saja bisa mengantarkan mereka sampai menara itu. Mereka pun akhirnya mendapatkan sebuah mobil yang kosong di dekat sana. Dengan segala kelihaiannya Darren mengendarai mobil itu menabrak semua zombie yang berada di depannya menghalangi jalan mobil tersebut. “Wes mantap mas bro! Tabrak terus hajar!” teriak Gilang yang keasikan melihat cara Darren menyetir mobil. Sedangkan Alefukka, Fendi dan Stefan tampak ketakutan dengan cara menyetir Darren yang seperti mengajak mereka untuk bertemu Tuhan diusia muda. “Nah turun buruan, Ale lo yang bagian tembak kayaknya lo jago kan tembak menembak,” ucap Darren sambil melempar sebuah s*****a untuk Alefukka. Alefukka menangkap s*****a tersebut kemudian turun nomor satu dari mobil tersebut sementara lainnya menyusul untuk turun dan salah satu dari mereka mencari pintu menara tersebut yang tak ketemu-ketemu. Namun, mata Fendi menangkap suatu kayu yang seperti jalan untuk ke ruang bawah tanah. Fendi dengan perlahan membuka kayu tersebut yang ternyata benar saja adalah jalan masuk menuju menara itu. “Guys! Ini pintu masuknya, ayo cepetan kita masuk ke dalam,” kata Fendi memberikan kode agar semua temannya bergegas untuk masuk ke dalam sana. Sementara Rezki yang baru saja sampai di lantai 20 terlihat ngos-ngosan dan panik karena Sean membuat semua zombie yang berada di dunia game menuju menara pengontrol tersebut. “Cepet umumin biar zombie-zombie itu gak ke sini!” seru Rezki yang mengisyaratkan agar Sean mengumumkan sesuatu yang bisa membuat zombie-zombie itu pergi dari menara pengontrol. “Maksudnya apaan? Perasaan gue ngumumin biar temen-temen yang ke sini bukan malah zombie,” ucap Sean dengan wajah heran. Namun, Rezki tak menjelaskan lebih dalam lagi karena sudah tidak ada waktu untuk menjelaskan pada Sean bahwa zombie-zombie itu akan menyerbu menara pengontrol. “Tes, bagi yang mendengar pengumuman ini silakan kembali ke tempat kalian masing-masing karena hari masih pagi dan kalian tak diperbolehkan keluar dari tempat kalian” Setelah berkata seperti itu di speaker, Rezki langsung melihat ke bawah. Benar saja zombie-zombie itu tampak kembali ke tempat asal mereka dengan patuh. “Mustahil, jadi ini speaker untuk pemanggil zombie?” tanya Sean pada Rezki yang baru saja mengetahui bahwa speaker itu bukanlah speaker biasa melainkan speaker pemanggil zombie. Rezki mengangguk membenarkan, Sean menghembuskan napasnya lega saat mengetahui zombie-zombie itu sudah kembali ke tempatnya. “Ini Andrew? Astaga ngenes banget nasib lo, jahat sih,” ucap Gilang dengan wajah sinis melihat Andrew yang masih terikat tali di kursi yang berada di dekat pintu keluar tersebut. “Kalian yang jahat! Kalau saja kalian tidak jahat mungkin sekarang juga gue sudah melepaskan kalian, sekarang silakan acak-acak menara ini karena kalian tidak akan pernah bisa menemukan di mana pusat kontrol tersebut,” kata Andrew dengan penuh emosi. Sean dan Rezki yang baru saja turun mendengar ucapan Andrew. “Kita gak punya salah sama lo! Kenal juga gak, ngapain sih lo bermasalah sama kita?” tanya Sean yang mulai kesal dengan Andrew yang selama ini selalu saja membuat mereka menderita. Alefukka terlihat lega ketika melihat Sean dan Rezki yang ternyata baik-baik saja. “Kalian tidak tahu salah kalian, tapi aku dan bapakku yang tahu betapa kejamnya salah satu keluarga kalian pada keluargaku, aku bahkan bersyukur mempunyai otak yang pintar untuk menciptakan dunia game ini untuk menjebak kalian,” kata Andrew kemudian tertawa puas melihat ketujuh orang itu yang tampak bingung. Fendi meninju wajah Andrew yang sedang tertawa itu hingga berdarah. “Kita lagi gak bercanda ya, kalau lo masih mau hidup jangan buat kita seperti lelucon. Hidup lo itu yang lelucon, lo ngumpet di dunia buatan lo sendiri kemudian melawan orang yang lo benci dengan cara seperti ini. Dasar pecundang,” desis Fendi yang membuat teman-temannya merasa sedikit ngeri karena Fendi tidak pernah berkata seperti itu. Andrew terdiam sebelum benar-benar berontak dari bullyan tim extramers dan gladiator. Brak! Suara hentakan begitu keras membuat Fendi sedikit mundur karena tak menyangka bahwa Andrew akan bisa melakukan hal seperti itu. “Gue diem bukan berarti gue terus nunduk ya sama kalian. Ini dunia gue, kalian yang masuk dengan lancangnya ke sini lalu ini salah gue gitu? Kalau saja Sean gak lancang pasti kalian masih aman-aman saja di dunia nyata, kalian lihat teman kalian itu dengan baik-baik. Apakah dia benaran baik? Kalian bisa menganggap itu sebagai tipuan karena dia yang membawa kalian ke sini,” kata Andrew dengan santainya sambil melihat Sean yang terlihat gugup. “Guys, j-jangan dengerin dia. Gue bener-bener gak tahu kalau PC itu bisa ngebawa kita ke sini,” ucap Sean yang merasa sedikit gemetar karena perkataan Andrew. Darren melihat Sean kemudian mengalihkan pandangannya pada Andrew. “Gue gak peduli karena meributkan yang sudah terjadi pun tidak bisa membuat kita pulang, yang sekarang harusnya kita incer itu lo karena lo yang bikin game ini. Jadi, gue mohon selagi gue berbicara baik maka keluarkan kita dari dunia game ini,” ucap Darren dengan ekspresi datar. Andrew menatap mata Darren seolah kesal dengan jawaban pemuda itu yang melawannya. “Gue harus bilang berapa kali? Cara kalian keluar dari dunia game ini hanyalah menjalankan misi, gue gak pernah bohong soal ini. Karena ini dunia game maka kalian harus melakukan misi kalau ingin keluar dari sini, tidak ada cara lain bahkan pusat kontrol pun hanya untuk gue mengontrol game ini bukan untuk mengakhiri,” ucap Andrew yang sedikit frustasi menjelaskan itu semua pada kedua tim yang selalu mendesaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD