Alefukka melihat kelas yang biasa ia masuki memang sama persis hanya saja orang-orang alias teman sekelasnya tidak ada yang tersenyum dan memasang muka yang terlalu serius atau cemberut padahal bahan pembicaraan mereka tak seserius wajah yang mereka pasang.
“Aneh juga,” ucap Alefukka pelan sambil menggosok tengkuknya yang tak gatal, ia merasa ngeri dengan raut wajah teman-temannya itu.
Rei yang sudah duduk duluan di kursi depan Alefukka melihat pemuda itu dengan aneh. Ia menahan tangan Alefukka sebelum pemuda itu benar-benar duduk di belakangnya.
“Lo gapapa kan? Kok keliatannya kayak gak nyaman??” tanya Rei yang Alefukka tahu bahwa itu adalah sebuah penyelidikan kecil yang dilakukan Rei. Alefukka mengangguk kemudian duduk di belakang Rei dengan perasaan yang tidak enak.
‘Dia sepertinya tahu kalau gue gak nyaman, gue gak boleh sampai ketahuan kalau lagi cari tahu tentang hantu dan kanibal bisa-bisa dia nyebar sama yang lain’ batin Alefukka yang mencoba untuk beradaptasi, sebenarnya tidak sulit untuk Alefukka beradaptasi karena itu adalah lingkungan kampus dan teman-temannya juga masih sama.
Disisi lain Sean, Gilang dan Darren masih sibuk mencari orang yang mereka anggap “mencurigakan”. Namun, hal tersebut benar-benar sangat sulit karena semua orang wajahnya selalu cemberut dan terlalu serius susah membedakan antara yang kanibal atau orang yang tak bersalah.
“Aku Akan mencincang dia hingga semua ususnya keluar, dia itu menyebalkan sekali rasanya membuatku ingin memakan seluruh organ tubuhnya agar dia tak bernyawa lagi,” ucap gadis berambut panjang yang sedang duduk bersama temannya di bawah sebuah pohon beringin.
Sean, Gilang dan Alefukka saling memandangi satu sama lain, kebetulan sekali mereka mendengar percakapan gadis tersebut membuat mereka berpikir bahwa itu adalah “kanibal” yang mereka cari.
“Ikutin dia,” bisik Sean dengan wajah serius, sepertinya mereka telah mendapatkan seorang target yang akan menjadi kunci utama misi kali ini. Setelah gadis itu pergi, Sean dan kedua temannya langsung beraksi. Mengikuti gadis tersebut adalah cara paling ampuh agar mereka bisa melihat kebenarannya.
Gadis itu berhenti di sebuah perpustakaan dan memasukinya, begitu pun dengan Sean dan kedua temannya yang masih setia mengikuti gadis itu ke dalam perpustakaan berharap bisa menemukan sesuatu yang lebih meyakinkan kalau gadis tersebut adalah seorang kanibal.
Tampak gadis berambut panjang tergerai itu mengambil 1 komik tentang pembunuhan dan beberapa lainnya membuka buku yang membahas tentang kanibal di dunia nyata.
Gleg!
“Gue semakin yakin kalau dia memang kanibal,” kata Sean dengan wajah yang sudah merasa eneg membayangkan perempuan itu memakan korbannya.
“Gak bisa gitulah, itu kan bacaan umum siapa pun bisa membaca tentang kanibal tanpa menjadi kanibal kan?” ucap Darren pelan. Gilang membenarkan ucapan Darren karena mereka di sini tak bisa main menghakimi mentang-mentang melihat hal tersebut.
Sean akhirnya menyerah dan mengikuti kedua temannya saja dari pada ia harus bertanggung jawab atas mengurangnya batas menebak mereka.
Mereka tetap mengikuti gadis itu hingga ia pulang ke rumahnya yang ternyata tidak berada jauh dari dari kostan Sean. Namun, rasanya aneh juga karena Sean tidak pernah melihat gadis itu di lingkungan tempat tinggalnya selama ini.
“Dia tinggal di sini? Perasaan gue gak pernah lihat itu cewek,” kata Sean yang mulai bingung dengan kehadiran gadis itu secara tiba-tiba. Darren melirik Sean sekilas merasa aneh dengan tanggapan Sean yang seperti itu.
“Ya namanya juga dunia game, pasti gak bener-bener akurat kan sama kehidupan nyata?” ucap Darren yang merasa bahwa tak semuanya akan sama dengan kehidupan nyata mereka.
Gilang menatap Darren dengan ekspresi datar.
“Udah jelas-jelas semua yang ada disini adalah copas dari kehidupan nyata kita dan gue yakin memang seharusnya dia tidak tinggal di sini. Mungkin aja dia orang baru,” kata Gilang yang membela Sean.
Darren memutar matanya malas karena Gilang yang menganggap itu adalah sungguhan padahal menurut Darren tak akan sama semua walaupun itu adalah copas dari dunia nyata.
“Udah-udah ini bukan saatnya kita malah berdebat. Untuk Gilang hargai pendapat Darren begitu pun Darren hargai pendapat Gilang dan gue yang merasa bahwa ini akan seratus persen sama karena copasan dari dunia nyata gak seharusnya gadis ini tinggal di wilayah kost-kostan gue,” kata Sean yang merasa bahwa ada kejanggalan dari gadis tersebut yang tiba-tiba muncul di wilayahnya.
Darren dengan terpaksa akhirnya mengalah karena sudah dua orang yang menyerbunya tandanya ia tidak sepenuhnya benar juga.
“Gue mau kita lenyapin itu cewek, gue yakin bahwa itu cewek adalah seorang kanibal,” kata Gilang yang merasa bahwa ada keanehan dari gadis yang baru saja masuk ke rumahnya itu.
Namun, saat mereka sedang berdiskusi tiba-tiba saja terdengar suara teriakan dari dalam membuat Sean dan kedua temannya mengendap-endap ke halaman rumah gadis itu. Terdengar jeritan minta tolong, dengan nekat Sean menyiapkan sebuah s*****a untuk menembak siapa saja yang mencurigakan di dalam sana.
Wajah Sean memucat ketika ia melihat banyak cairan merah yang berceceran di lantai ruang tamu tersebut. Rasanya ia semakin lemas ketika cairan tersebut berasal dari seorang perempuan yang mereka tadi ikuti.
“Mbak? Mbak gapapa?” tanya Sean dengan panik, namun perempuan itu malah menggigit tangan Sean membuat pemuda itu refleks mendorongnya.
Darren dan Gilang juga memasuki rumah tersebut melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Namun, sejauh-jauhnya mata memandang mereka hanya bisa melihat seorang wanita yang belumuran darah dibagian kakinya.
“Lo kenapa gak nolongin?” tanya Darren yang panik karena ia melihat darah yang begitu banyak di bagian kaki sang gadis. Sean tak menjawab karena ia masih merasa was-was dengan gadis di hadapannya ini.
“Kayaknya dia bukan manusia melainkan kanibal, dia ngegigit gue tiba-tiba! Gue gak mau membantunya lagi,” ucap Sean seraya berdiri dengan tatapan was-was membuat Gilang juga menjauh dari wanita itu.
Hanya Darren harapan satu-satunya gadis itu untuk menolongnya, namun mendengar hal tersebut membuat Darren juga memilih untuk tak menolonginya karena ia tidak ingin menanggung akibat dari keaktifannya sendiri.
“T-Tolongi aku, perutku sakit sekali. Maaf karena membuatmu takut, aku hanya akan menggigit karena merasa kesakitan, aku hanya ingin meredam kesakitanku dengan cara menggigit,” ucap gadis itu dengan wajah yang sudah mulai memucat.
DOR!
Tiba-tiba saja Gilang menembaknya karena berpikir bahwa gadis itu hanya ingin mencari mangsa dan membuat mereka empati setelah itu mereka akan dibunuh dan dijadikan lauk makan untuknya.
“Selamat datang di game kanibal adventure, wah sayang sekali pilihanmu belum tepat. Gadis yang baru saja kalian bunuh bukanlah kanibal atau pun hantu melainkan manusia. Silakan coba lagi!”