“Akhirnya kalian datang juga, menjebak kalian itu sangat mudah ya,” ucap Andrew melihat kaca spion mobilnya, sementara Alefukka yang mendengar itu hanya diam melihat ke kaca spion sebelah kiri.
Andrew melihat Alefukka yang menatap mobil itu dengan tatapan datar.
“Lo di tim gue kan?” tanya Andrew memastikan lagi bahwa Alefukka berada di pihaknya bukan di pihak tim extramers.
Alefukka mengangguk cepat, bahkan ia tidak peduli jika harus disebut penghianat oleh teman-temannya itu.
“Tentu saja, gue dendam sama mereka. Mereka selalu bilang kalau gue adalah sahabat mereka, tapi saat gue sakit tadi, lo lihat sendiri kan gak ada satu orang pun yang cari gue? Gimana kalau gak ada lo dan gue meninggal di sini?” kata Alefukka dengan penuh kebencian.
Tangannya mengepal melihat mobil yang berada tepat di belakang mobil Andrew itu.
Andrew tersenyum licik kemudian dengan handytalk ia memerintahkan Fendi dan Stefan untuk keluar dari persembunyiannya.
“s**l, kita dikepung!” seru Sean yang masih berada di dalam mobil dengan wajah panik.
“Awas, biarin gue yang nyetir,” kata Darren dengan santai sambil memberikan perintah agar Sean bergeser dari jok kemudi.
Darren menggenggam kemudi mobil tersebut dan menarik napas dalam-dalam sebelum ia menginjak pedal gas dengan kekuatan penuh.
“Pegangan!” perintah Darren, mereka bertiga pun langsung berpegangan sekuat tenaga bahkan mereka berharap bahwa mereka masih hidup setelah mobil itu berhenti.
“Baca doa guys, sakaratul maut is waiting,” kata Gilang dengan wajah yang sudah ketakutan, bahkan ia tak berani membuka matanya.
Benar saja ketika Darren sudah siap, ia benar-benar menginjak pedal gas dengan dalam tanpa rasa takut sedikit pun.
Roda mobil itu seakan bisa lepas kapan saja saat mereka berjalan karena terlalu kencang.
“Darren! Inget Tuhan Ren inget!” teriak Gilang yang merasa sudah gila karena naik mobil itu. Benar-benar di luar dugaan saking kencangnya mobil itu seolah enggan berpijak dikerak bumi itu. Bisa dibilang mereka sedang terbang dengan mobil yang entah milik siapa.
Aleffuka, Fendi, Andrew dan Stefan tampak melongo melihat aksi mobil ekstramers yang bisa terbang begitu saja.
“Perasaan gue gak bikin game mobil terbang, itu kenapa mobilnya bisa terbang ya?” tanya Andrew yang mulai kebingungan dengan aksi mobil ekstramers yang bergerak lincah itu.
“Mungkin lo salah program kali,” ucap Fendi yang masih menatap mobil itu dengan takjub. Andrew berdecih tak percaya dengan apa yang ia lihat di hadapannya ini.
Sementara Gilang yang sudah merasa pasrah dengan keadaan pun terlihat komat-kamit meminta umur panjang pada Tuhan.
Sedangkan Sean Sendiri tak bergeming selain memegangi pegangan mobil dengan erat dan sekuat tenaga.
“Lo mau kembaliin Alefukka atau kita akan tabrak kalian?” teriak Darren memberikan sebuah pilihan pada tim gladiator.
Alefukka terdiam ketika mendengar pengumuman itu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat mencoba meredam emosi seraya mengambil toa yang ia lihat di dalam mobil Andrew.
“Gue di sini karena gue yang mau! Kalian mending pergi aja dari pada di sini Cuma bikin rusuh doang, kalian itu gak berguna!” teriak Alefukka dengan wajah memerah.
Teriakan Alefukka membuat Darren menginjak pegal remnya dengan kuat membuat Gilang dan Sean nyungsep ke depan.
“s**t! Lo bisa nyetir mobil gak gelo!” teriak Sean dengan kesal sambil memegangi dahinya yang ia rasa sudah benjol karena benturan tersebut.
Darren melihat ke arah tim gladiator dengan wajah yang sudah murka.
“Lo itu gak tau diri tau gak! Cepetan masuk ke mobil sebelum gue tabrak lo berempat!” kata Darren memperingati Alefukka agar menuruti perkataannya.
Namun, Alefukka tak menghiraukan perkataan Darren yang berusaha menyelamatkan dirinya.
“Gue gak akan ikut kalian sampai kapan pun, gue udah masuk tim gladiator karena gue pikir lo orang gak pernah bisa berhasil memenangkan game ini!” kata Alefukka dengan santainya sementara Fendi Andrew dan Stefan terlihat takjub dengan jawaban Alefukka.
Tim gladiator merasa bahwa Alefukka memihak kepada mereka itu adalah benar.
“Dia keliatan beneran mau jadi penghianat tim Extramers, gue gak nyangka orang paling lugu di tim itu malah menjadi penghianat,” kata Fendi yang sedikit terheran-heran dengan sikap Alefukka yang benar-benar melawan tim extramers demi tim gladiator.
“Ini sedikit aneh, tapi gue tahu Alefukka dia anti untuk bersandiwara. Walaupun gue bukan orang yang paling deket sama dia, tapi gue tahu karena sering dengar dari mereka-mereka yang dekat dengan Ale,” kata Stefan sambil sesekali membetulkan kacamatanya.
Fendi melihat Stefan sekilas, kalau Stefan sudah mengatakan itu pastilah benar adanya karena Stefan ada mahasiswa satu kampus dengan Alefukka.
“Sip, berarti dia aman ya buat kita jadiin komplotan?” tanya Fendi yang terlihat lega karena Alefukka sudah berkhianat.
Stefan mengangguk membenarkan. Fendi tampak berjalan ke arah Darren kemudian melongok ke dalam mobil mereka dengan wajah yang tampak tak tahu malu.
“Katanya Sean itu gamer populer, tapi kok sekarang malah kelihatan banget gak lihainya? Kasihan banget sih,” kata Fendi dengan wajah mengejek.
Sean yang berada di belakang mobil menatap Fendi dengan tajam sambil mengepal tangannya dengan hebat.
“Asal lo tahu ya, sekali pun lo jago dalam game ini, itu gak akan buat lo diakui di sekolah atau kampus! Mereka hanya kenal dengan Sean yang paling jago dalam bidang game. Terus gunanya lo mau nyingkirin gue apa?” tanya Sean yang membuat Fendi mengepalkan tangannya dengan wajah yang sudah memerah.
“Kalau gak ada lo, dunia pasti lebih berpihak sama gue!” kata Fendi bersikeras.
“Ada beberapa orang yang sudah bekerja keras, tidak tidur siang malam, buang waktu dan mengorbankan segala hidupnya untuk sesuatu, namun mereka tak pernah mendapatkannya. Mungkin manusia itu adalah lo, manusia yang tidak pernah berhati bersih akan selalu melihat orang lain dengan standar mereka,” kata Sean dengan senyuman khasnya yang sudah pasti membuat Fendi merasa kesal dengan jawaban tersebut.
Rasa benci dan rasa dendam semakin mengalir di sekujur tubuh Fendi membuat Fendi akhirnya pergi dari hadapan Sean.
“Lo lihat aja bagaimana cara lo jadi the best di sini, jangan Cuma berani jadi gamer tanpa bisa survival di game secara nyata!” kata Fendi kemudian meninggalkan mobil extramers dan pergi bersama Alefukka.
Alefukka tampak menatap mobil extramers dengan tatapan datar.
“Alefukka beneran jadi penghianat?” tanya Gilang yang masih merasa tak menyangka dengan tingkah Alefukka yang tak melakukan apapun saat sahabatnya diperlakukan seperti itu.
“Sepertinya gitu, kita harus bersiap melawan sahabat sendiri,” kata Darren yang sedikit lemas karena masalah mereka bertambah. Sedangkan Sean tak mengatakan apapun selain melihat kepergian tim gladiator.