Sean merasa udara di mini market itu sangat membuat ia susah bernapas, pemuda itu memandangi Alefukka yang tampak sudah pasrah dengan hal tersebut.
“Maksud lo berdua apa tentang PC itu? apa yang dimaksud PC yang Sean pungut di belakang kampus?” tanya Darren menatap Sean dan Alefukka dengan rasa curiga, bahkan Gilang yang baru saja muncul membawa beberapa camilan pun menghentikan aktivitasnya.
“Apa PC itu yang membawa kita ke sini?” tanya Gilang yang langsung menangkap inti pembicaraan mereka.
Darren melirik ke arah Gilang kemudian menatap Sean dan Alefukka dengan wajah penasaran, kalau saja kali ini Gilang benar mungkin ia akan berteman baik dengannya dan memusuhi kedua orang yang membuat dirinya berakhir di dalam mini market tersebut.
“Mungkin, gue gak tahu pasti apa penyebab kita bisa muncul di dunia game. Namun, gue pribadi gak mau menuduh sembarangan takut jika salah nanti akan membuat persepsi yang macam-macam,” kata Sean sambil melirik ke arah Alefukka.
Gilang membanting semua camilan yang baru saja ia ambil dari rak mini market tersebut. Ia benar-benar murka dengan Sean, sebelumnya ia tak pernah kesal dengan Sean. Namun, untuk kali ini ia tidak bisa membiarkan ini terjadi.
“Gara-gara lo, kita semua harus terperangkap di sini, lagian ngapain sih mungut PC murah gitu? Lo anak konglomerat ngapain kayak anak orang dari kalangan bawah aja sampe mungut-mungut gitu! Gue gak mau tahu bagaimana pun caranya lo harus mikirin tentang kita! Gue gak mau di sini terus,” ujar Gilang menekan Sean agar mencarikan solusi supaya mereka bisa keluar dari dunia game tersebut.
Brak!
Bunyi rolling door membuat Gilang terdiam, mereka berempat melihat ke arah pintu mini market yang sepertinya sudah dipenuhi oleh Zombie-zombie di luar sana.
“Welcome to survival game, to change the languae please select number 2,”
Begitulah suara yang Sean dan ketiga temannya dengar, tiba-tiba saja satu benda jatuh dari atap mini market tersebut. Sean buru-buru mengambilnya yang ternyata berupa remote control.
Sean langsung menekan tombol nomor 2 sesuai yang diperintahkan. Kemudian bahasa pun diganti menjadi bahasa Indonesia.
“Itu remote control?” tanya Gilang yang tak percaya dengan penglihatannya, di dunia ini sepertinya tak punya aturan dalam memberikan orang sesuatu main lempar begitu saja.
“Sepertinya begitu, kita hanya perlu mengikuti instruksi dari game ini. Berdoa aja biar bisa cepet keluar dari sini,” ucap Sean yang merasa bersalah karena dirinya ketiga sahabatnya harus berakhir di dunia game.
Terdengar suara tawa dari seseorang yang begitu menggelegar, ia tampak cekikikan kemudian keluar dari tempat persembunyiannya membuat Sean dan ketiga temannya sedikit terkejut mengira bahwa orang itu adalah zombie.
“Santai, Bro. Gue bukan zombie, kenalin nama gue Andrew. Sorry gue ngetawain kalian habisnya lucu banget bilang kalau kalian bisa pulang hanya karena ikutin instruksi game ini, gue adalah bukti bahwa mengikuti instruksi aja gak akan cukup karena instruksi itu menyesatkan, 5 orang teman gue udah meninggal dan hanya gue yang bertahan di sini, namun gue gak bisa pulang ke dunia manusia,” jelas Andrew sambil memakan salah satu camilan di mini market itu.
“Berapa lama?” tanya Darren dengan wajah penasaran.
“Sekitar 9 tahun yang lalu, gue salah satu alumni kampus X. Bukan alumni sih tepatnya mahasiswa hilang di kampus itu yang sampai sekarang tidak berhasil ditemuin,” ucap Andrew dengan wajah sedih, padahal ia ingin sekali kembali ke dunia manusia.
Alefukka melihat sorot mata Andrew yang terlihat mencurigakan, diantara genk extramers, Alefukka adalah orang yang paling teliti dan tidak mudah percaya pada orang di sekitarnya.
“Berarti lo kakak tingkat kita? Tapi kenapa gak ada yang bahas ini? Bahkan gue gak pernah denger rumor bahwa ada anak hilang di kampus X,” kata Alefukka memicingkan matanya.
Andrew melihat Alefukka tepat di pupil matanya kemudian tersenyum, ia mengalihkan pandangannya pada Sean, Darren dan Gilang.
“Pertanyaan yang bagus, iya gue bisa dibilang kakak tingkat kalian. Sebetulnya gue adalah korban bully di kampus itu. Dan yang pasti kalian tahu adalah korban bully tidak mempunyai teman bahkan gue gak pernah dianggap hadir di kampus itu, gue adalah anak orang miskin dan tentu saja kampus yang mayoritas anak orang kaya gak akan keberatan kalau gue hilang juga mereka tidak mencari,” kata Andrew mengingat betapa kejamnya perlakuan teman-temannya di dunia manusia.
Jawaban Andrew tidak berhasil membuat Alefukka bersimpatik, ia menganggap itu adalah sebuah cerita guyon yang dirancang oleh Andrew untuk memanfaatkan extramers.
Alefukka hanya mengangguk kemudian bersedih mendengar omong kosong Andrew.
“Maaf karena menyinggung masa lalu lo, Drew.” Alefukka tak benar-benar ingin mengatakan itu hanya saja berpura-pura tidak tahu saat ini adalah jalan terbaik baginya, lagi-lagi ia harus bersabar untuk mengungkap semua keresahan dihatinya.
“It’s ok. Apa gue boleh gabung sama kalian untuk misi menyelamatkan diri? Gue gak tahu harus minta tolong sama siapa lagi karena di sini sama sekali tak ada manusia,” kata Andrew dengan wajah yang bisa membuat siapa saja iba kecuali Alefukka.
Sean mengangguk memberi kode bahwa ia menerima kehadiran Andrew diantara mereka, Andrew terlihat tersenyum bahagia karena baru kali ini ia mendapatkan teman yang mau mengajaknya nimbrung.
“Sepertinya lo lebih pro dari pada kita, seharusnya lo yang jadi pemimpin, iya kan Sean?” tanya Alefukka memberikan Sean kode agar mengiyakan saja ucapannya itu.
Sean mengangguk setuju, dari pada dirinya yang memimpin akan lebih baik jika Andrew yang memimpin kelompoknya karena Andrew yang terlebih dulu sampai di dunia game tersebut.
“Baiklah, gue akan pimpin kalian asalkan kalian terus menuruti apa perintah gue karena gue gak suka ditentang,” kata Andrew dengan senyuman yang tak henti-hentinya bahkan Alefukka jadi bertambah curiga bahwa hal itu akan membuat ketiga sahabatnya itu menganggap Andrew adalah orang yang baik.
Alefukka hanya diam mendengarkan bualan Andrew sampai ia menemukan celah untuk bicara pada ketiga sahabatnya itu. Sebenarnya ia juga sudah muak dengan pembicaraan Andrew yang terlihat sok pro, Alefukka jadi yakin bahwa Andrew dibully karena sikap sok di dalam dirinya yang tak bisa diubah.
Sambil berjalan mengikuti Andrew, Alefukka membisikkan sesuatu pada Sean. Untuk kali ini saja Alefukka berharap bahwa Sean bisa diandalkan karena ini dalam keadaan genting. Untuk Darren dan Gilang memang ia sudah tak punya harapan untuk diberitahu, namun Sean adalah sahabatnya dari kecil pasti Sean bisa lebih mengerti maksudnya tanpa harus membuat keributan seperti Darren atau pun Gilang yang selalu mengedepankan emosi dari pada akal sehat.