Dunia game

1044 Words
Setelah lama menunggu, Sean dan juga ketiga kawannya masih tak bisa melihat area kampus mereka yang mereka lihat hanyalah sebuah tanah lapang yang tandus dan tak ada satu pun orang dan rumah kecuali rumah yang mereka lihat di dekatnya yang berisi orang kanibal. “Ini ada yang gak beres, apa mata gue yang salah ya kenapa ini udah beberapa jam tapi kita masih belum bisa melihat area kampus?” tanya Darren yang merasa pandangannya masih belum stabil juga, ia memastikan pada ketiga sahabatnya itu bahwa mata mereka sama dengan dirinya yang tak bisa melihat area kampus. “Bukan mata lo yang salah, tapi kayaknya memang kita yang masuk ke dunia game. But, kalau emang bener kita masuk ke dunia game bagaimana cara kita keluar?” tanya Sean dengan wajah frustasi, ia memang ingin sekali game buatannya terkenal bahkan ia rela berbohong jika game itu adalah buatannya, namun memikirkan mereka masuk ke dunia game membuat dirinya merasa frustasi juga karena tak tahu apa yang harus dilakukannya. Mendengar ucapan Sean membuat Darren merasa panik, ia berdiri dan melihat sekelilingnya. “Kalau memang benar kita masuk ke dunia game berarti kita sedang dalam bahaya, apa lo orang gak mikir ngapain kita duduk di sini seakan memberi nyawa kita pada Zombie atau kanibal yang ada di sini?” tanya Darren dengan wajah serius. Yang dikatakan Darren ada benarnya, mereka seharusnya sedang mencari tempat persembunyian kalau memang benar sedang nyasar di dunia game. “Tapi gak mungkinlah kita masuk ke dunia game, ngaco aja lo! Ya kali manusia bisa masuk ke dunia game, palingan juga otak kita yang belum terbiasa sama kacamata virtual reality,” kata Gilang dengan gusar, ia sebenarnya kesal akibat ketiga sahabatnya itu ia jadi terperangkap di sini. “Ya terus menurut lo?? Kalau emang kita gak nyasar ke dunia game, ini tuh apa?” tanya Darren dengan ketus. Lagi-lagi Darren dan Gilang menjadi biang keributan diantara mereka. Alefukka dan Sean hanya bisa menatap mereka dengan datar, kesal juga rasanya melihat dua orang yang menjadi masalah di kelompok mereka. “Hadeh, lo orang ga ada kerjaan apa kerjanya berantem terus, ok kalau kalian cuma...” ucapan Sean terpotong ketika ada sesuatu yang menyergapnya dari belakang. “SEAN!” teriak ketiga sahabatnya itu terkejut melihat sesuatu yang menerkam Sean, Buk! Alefukka menggebuk seorang wanita yang sudah berlumuran darah tepat dikepalanya, mereka tidak tahu wanita itu siapa dan berasal dari mana, namun yang pasti keselamatan Sean jauh lebih penting. Akan tetapi, pukulan Alefukka tak begitu terasa oleh wanita itu ia terus mengejar Sean. Alefukka dengan cepat menyeret Sean yang terjatuh di tanah untuk segera kabur dari tempat itu, begitu juga dengan Darren dan Gilang yang tiba-tiba bisa kompak tak lagi mempermasalah hal sepele seperti tadi. Sean melihat beberapa Zombie yang berada di belakangnya berlarian mengejar mereka berempat. “Gue gak bisa lari lagi, asma gue...” ucap Alefukka dengan nafas yang tersengal-sengal. “Lo lari aja, selamatin diri...” lanjutnya dengan wajah yang pucat dan keringat yang bercucuran di dahinya. Melihat kemungkinan untuk Alefukka lari pun Sean langsung menggendong sahabatnya itu, ia tentu tidak akan bisa membiarkan Alefukka dimakan zombie begitu saja walaupun sebenarnya ia lelah juga karena harus menggendong sahabatnya itu. Darren dan Gilang yang melihat kedua sahabatnya sedang kesusahan pun langsung menghentikan larinya. “An, gantian biar gue yang gendong Ale,” ucap Darren dengan wajah panik sambil melihat Zombie yang berada jauh di belakang mereka. Sean pun setuju kemudian memberikan Alefukka pada Darren dan mereka pun melanjutkan larinya bergantian menggendong Alefukka. “Di sana ada mall!” seru Sean menunjukkan sebuah mini market yang tepat berada di depan mereka. Mereka berharap bahwa dengan bersembunyi di mini market tersebut bisa menyelamatkan nyawa mereka yang sudah sekarat itu. Sean dan ketiga temannya melihat mini market yang tampak sepi dengan lampu yang masih menyala, sebenarnya berkurung diri di sebuah mini market bukanlah hal yang tepat karena jika zombie sudah berkumpul di sana pasti sangat rumit untuk keluar lagi. “Lo yakin mau bersembunyi di sini?” tanya Darren yang masih setia menggendong Alefukka di punggungnya. Sean mengangguk karena ia rasa di mini market makanan akan sangat terjamin untuk mereka bertahan hidup. Gilang yang nomor 1 menjadi tumbal memasuki mini market itu untuk percobaan sementara Darren dan Sean menjaga Alefukka yang terlihat mencoba untuk mengontrol napasnya. “Aman guys,” bisik Gilang memberi kode agar ketiga sahabatnya itu masuk ke mini market tersebut. Sean cepat-cepat mengunci mini market dan menekan tombol untuk menutup rolling door secara otomatis, mereka berempat bernapas lega ketika semua sudah tertutup. “Lo bawa ponsel kan? Coba deh telepon Rei suruh dia ke ruang yang udah lama tidak terpakai,” kata Alefukka yang sudah sedikit merasa lebih baik. Sean memberikan ponselnya pada Alefukka agar bisa menelepon Rei meminta bantuan agar mereka bisa keluar dari game tersebut. Namun, Alefukka melempar ponsel Sean kembali ke orangnya karena merasa tak berguna. “Loh kok dibuang?” “Percuma di sini gak ada sinyal sama sekali bahkan suara operator pun gak ada, kayaknya kalau kita udah masuk ke dunia game gak akan bisa terhubung ke dunia lain,” ucap Alefukka yang merasa frustasi. Darren dan Gilang sedang sibuk mencari jajanan kesukaan mereka, memakan makanan gratis adalah impian mereka berdua. Kenyang tanpa mengeluarkan duit sedikit pun. “Apa ini gegara PC itu?” tanya Alefukka tiba-tiba memikirkan PC tersebut. Kalau PC tersebut bisa ngoding sendiri artinya ia juga bisa membawa petaka ini pada mereka berempat. Sean cepat-cepat membekap mulut Alefukka agar tidak berbicara sembarangan karena bisa saja Darren dan Gilang mendengar perkataanya dan bisa berabe. Mereka akan menjadi kacau jika bertengkar dikeadaan seperti ini. “Tapi bener gue kan?” tanya Alefukka yang masih penasaran dengan jawaban dari mulut Sean. Perlahan Sean melepaskan tangannya dari mulut Alefukka kemudian mengangguk membenarkan. “Ada kemungkinan memang gegara PC itu, tapi gue gak tahu pasti kenapa kita bisa ke dalam dunia game ini. Kalau dipikir-pikir memang tidak logis juga sih menyalahkan PC hanya karena kita tersedot ke dunia game,” kata Sean dengan wajah bingung. Sean dan Alefukka merasa janggal juga karena mereka berdua bahkan tidak tahu ada game yang bisa menyedot para pemainnya. Jika ada mungkin itu adalah permainan berhantu, namun tetap saja tak logis. “Gegara PC? Maksud kalian apa?” tanya Darren yang tak sengaja mendengar percakapan Sean dan Alefukka.                                                                                                                                                                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD