Tim Gladiator

1044 Words
“Sean! Bangun, Sean!” teriak Darren, Alefukka dan Gilang yang kaget dengan insiden kedua kali yang mengincar Sean. Mereka masih terkejut dengan apa yang terjadi dengan Sean secara berturut-turut. Gilang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi sedari tadi, ia benar-benar murka kalau sampai Sean sahabatnya menjadi incaran Andrew terus sementara Gilang sudah tahu siapa yang membuat Sean seperti itu. BUK! Gilang menonjok Andrew hingga pria itu tersungkur ke lantai dengan darah yang mengalir diujung bibir. Alefukka dan Darren yang sedang panik pun memilih untuk membawa Sean ke tempat aman dahulu dari pada mengurusi Gilang dan Andrew. “Lo kan yang mau kacauin extramers agar tidak bisa keluar dari game ini?” tanya Gilang yang sudah benar-benar emosi dengan Andrew yang sok baik di depan mereka semua padahal ia tahu bahwa Andrew adalah busuk dan munafik. Darren berlarian ke arah Gilang yang tak jauh dari ruko di mana Sean dan Alefukka berada, ia menahan Gilang agar tak membuat Andrew lebih parah lagi. “Sudah, Lang udah cukup! Sekarang bukan saatnya kayak gini, Sean sedang dalam keadaan tidak baik dan butuh dukungan kita,” kata Darren yang menahan Gilang agar tak membuat Andrew bertambah bonyok lagi. Darren menggeret Andrew yang sudah lemas di lantai, Andrew adalah tawanan mereka sekarang karena menurut Darren dan Gilang dialah yang bisa membuat para manusia yang berusaha mencelakai Sean itu berhadapan dengan mereka. “Kita gak perlu banyak basa-basi lagi, sekarang kita udah tahu lo siapa dan lo bukan Cuma sendiri di dunia game ini,” kata Darren sambil menggeret kerah baju Andrew. Ia merasa emosi sejak tadi, namun ia tahan karena ia menghormati Sean yang merupakan pemimpin mereka. Akan tetapi, setelah kejadian ini Darren mau pun Gilang tak akan segan-segan membuat Andrew menyesal karena sudah mempermainkan mereka. “Bro, maaf gue gak bermaksud...” ucapan Andrew terpotong, Gilang menendang Andrew dengan keras hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan. Darren tidak mau tahu, sepertinya Andrew akan menjadi samsak Gilang untuk sementara. Andrew membawa keberuntungan juga karena ia sekarang adalah samsak gratis untuk Gilang, bukan lagi Darren. Darren melempar Andrew ke dalam ruko tersebut, Alefukka terkejut karena Darren melemparnya dekat sekali dengannya. Alefukka melihat Darren seolah bertanya apa sebenarnya yang terjadi hingga Darren melempar Andrew ke dalam ruko tersebut. “Nih orang penghianat, iket dia, Lang,” kata Darren memerintahkan Gilang untuk mengikat Andrew. Pria itu memberontak, untung saja tenaga Gilang kuat jika sedang emosi, ia mengikat Andrew kuat-kuat hingga tak ada celah bagi Andrew untuk kabur dari mereka. “Kita udah tahu kalau sebenarnya bukan Cuma kita yang berada di dunia game, tapi komplotannya si pengkhianat ini juga ada yang bikin kecurangan biar kita gak bisa pulang ke dunia nyata,” kata Darren yang menatap Andrew dengan tatapan intimidasi. Alefukka terkejut karena ia tidak menyangka bahwa ada orang selain Andrew dan tim extramers. Darren duduk di samping Sean sambil membenari posisi bantal yang menjadi penyangga kepalanya, darahnya belum berhenti mengalir mereka juga tak tahu cara mengobati Sean yang sedang dalam bahaya. Mereka hanya melakukan yang terbaik dan sebisa mungkin untuk menahan pendarahan yang ada di kepala Sean supaya berhenti mengalir. Hanya cara itu yang mereka ketahui. “Kalau sampai ada apa-apa, hidup lo yang jadi jaminannya udah gue pastiin,” kata Darren sambil menoyor kepala Andrew. Ia benar-benar jengkel dengan orang ini karena sedari awal sudah membuat mereka kesal. Sebelum Andrew berbicara, Darren menyumpal mulutnya agar tak bicara dan mengeluarkan suara. Sepertinya cara itu akan sangat membantu dalam kondisi yang seperti ini. Alefukka kali ini tidak ingin membantu, ia juga sudah emosi dengan Andrew karena merasa semakin lama Andrew semakin membuat timnya susah. Istilahnya Andrew itu ‘beban’ para pemain. Pengumuman seolah membisu tak ada lagi pengumuman tentang misi selanjutnya karena mereka belum menemui ‘tak kasat mata yang di maksud’ oleh pengumuman tersebut. “Ale, lo tinggal di sini dulu ya jagain Sean dan ini handytalknya. Gue sama Gilang harus cari yang dimaksud tak kasat mata karena kita tidak boleh berlama-lama di sini,” ucap Darren seraya berdiri, mereka berdua harus berjuang mencari yang dimaksud pengumuman tersebut walaupun mereka tidak yakin akan ketemu. “Ok, lo orang hati-hati ya. Harus cepat kembali ,” kata Alefukka sebelum benar-benar menutup rolling door secara otomatis. Darren dan Gilang pun akhirnya keluar dari ruko tersebut dan memulai pencarian terhadap yang dimaksud tak kasat mata itu. Di dalam ruko yang sempit itu, Alefukka tak menengok pada Andrew sama sekali, ia sebenarnya kesal juga karena Andrew di sini.  Namun, ia harus tetap menjaga orang itu agar tak ke mana-mana dan menjadi sandera mereka sementara. Rasanya semakin membosankan setelah kurang lebih seminggu di dunia game tersebut. Tidak ada fasilitas apapun selain makanan, pakaian dan makanan yang menghidupi mereka selama ini. Alefukka membuka mulut Andrew dari kain yang disumpalkan Darren sebelum mereka keluar. Ia membuang kain tersebut kemudian menatap Andrew dengan ekspresi datar. “Semua lagi pada pergi dan di sini Cuma kita berdua, kalau lo mau ngaku apa yang ingin lo akuin sedari awal, lo bisa bilang sama gue sekarang. Gue sama Sean adalah satu-satunya orang yang bisa lo curhatin karena kita tidak akan terpancing emosi,” kata Alefukka dengan santai. Sambil merawat Sean dengan telaten, Alefukka tampak bersedia menunggu apa yang ingin Andrew ungkapkan. Namun, lumayan lama menunggu Andrew membuka mulutnya untuk mengatakan hal penting. “Sebenarnya, benar kata Darren dan Gilang. Kita bukan Cuma kita di dunia game ini, ada lagi orang lain yaitu tim gue namanya gladiator. Fendi yang menamai tim kita gladiator katanya biar kelihatan ganas dan keren, but menurut gue itu biasa aja,” kata Andrew yang akhirnya mengakui bahwa di dalam dunia game itu bukan hanya mereka manusia satu-satunya. Alefukka mengangguk, ia paham bahwa Darren dan Gilang tak akan berbohong soal ini dan sekarang ia tahu dari mulut Andrew sendiri ia semakin yakin bahwa mereka semua memang ingin mengacaukan extramers. “Terus?” Andrew menghela napasnya sebelum ia benar-benar bercerita lagi, sudah sekian lama ia selalu tertekan dan tak tahu harus curhat ke mana. Sekarang kesempatan curhat dengan Alefukka tak akan ia sia-siakan lagi. “Terus seperti yang lo lihat, gue adalah kambing hitamnya si Fendi. Fendi adalah ketua gladiator dan gue adalah anak tiri di dalam tim tersebut. Seperti yang lo tahu juga gue di sini karena di suruh Fendi,” kata Andrew dengan penuh kemenangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD