Truth or dare? (1)

1046 Words
Hari yang begitu sibuk dan penuh rencana sudah tiba. Tubuh mereka sedikit kaku karena harus tidur seharian tanpa jeda. Sepertinya benar kalau apapun yang berlebihan tak pernah baik, termasuk tidur yang dipaksa berlebihan. “Astaga lain kali gue harus kasih Andrew kalau latihan mati itu enak sekali, benar-benar nolep sejati yang memberikan misi seperti ini,” keluh Gilang yang sudah merasa bahwa tulang-tulangnya remuk karena terlalu banyak tertidur. “Sepertinya lo cocok kalau ada misi tukang ngeluh dan kayaknya lo akan jadi nomor 1 yang keluar dari dunia game ngeluh,” ucap Stefan sambil memijat lengannya yang terasa sakit karena terlalu banyak tidur. “Doakan saja kalau misi ke 9 adalah misi mengeluh nasional,” jawab Gilang kemudian berdiri merenggangkan ototnya yang sudah kaku. Mereka pun tertawa karena ucapan Stefan dan Gilang yang terbilang menjadi hiburan bagi mereka. Stefan dan Gilang sedikit mempunyai sebuah kecocokan yaitu sama-sama berpotensi menjadi penghianat dan suka sekali mengeluh. Jika di tim extramers mereka mempunyai Gilang si pengeluh, nah di tim gladiator ada Stefan yang benar-benar sama persis dengan Gilang. “Kalian kayak kembaran tau gak? Serius deh lucu juga kalian itu kayak ngaca gak sih kalau kalian mirip bukan dari segi fisik tapi dari segi sifat,” kata Darren sambil menopang dagunya memperhatikan mereka berdua yang sepertinya akan asik jika mereka disatukan setiap hari. Stefan dan Gilang saling pandang kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain karena gugup. Mereka pun tertawa bersama kemudian segera bersiap-siap untuk misi kali ini. “Ada yang bisa nebak kali ini misi kita apa?” tanya Sean sambil sesekali mengelap rambutnya yang basah. Sudah berapa hari sejak hari di mana mereka masuk ke dunia game ia belum mandi sama sekali karena terlalu sibuk mengurusi misi game tersebut. “Gue gak tahu sih, tapi berdoa aja semoga gak ada misi untuk lawan sahabat sendiri, karena mungkin kalau aja ada itu misi mungkin Gilang yang jadi sasaran gue kata Stefan dengan nada sinis. Gilang langsung menatap Stefan dengan tatapan terkejut “Heh memangnya siapa yang anggap lo sahabat hah? Gila aja gue anggap lo sahabat idih geer banget,” kata Gilang dengan nada nyolot. Sedangkan Sean dan yang lainnya hanya bisa menggeleng pelan tak bisa melihat Stefan dan Gilang akur barang sehari saja. “Udah-udah lo orang cepetan deh siap-siap. Dikit lagi kayaknya bakal ada pengumuman,” kata Sean sambil melemparkan handuknya pada Gilang agar Gilang segera mandi dengan berbekal handuk yang sama dengannya. Kalau saja ini tidak kepepet mungkin Gilang tak akan memakai handuk yang sama dengan orang lain karena Gilang adalah tipe yang bersih dan jijikan. “Apa? Lo gak mau mandi hanya karena handuknya bekas orang lain? Please deh jangan manja boy!” sindir Stefan yang sepertinya tahu seperti apa tipe pemuda seperti Gilang itu. “Astaga, setidaknya lo bisa kan ngebiarin gue mandi dulu pakai handuk yang baru? Baru setelah itu kalian yang pake,” ucap Gilang sambil menatap handuk itu dengan ekspresi jijik. “Terus menurut lo apa kita gak geli kalau handuk itu bekas lo hah? Udahlah jangan ngadi-ngadi,” kata Darren yang tiba-tiba saja menyeletuk. Gilang menghela napasnya pasrah, untuk kali ini sepertinya ia harus mengalah karena tubuhnya sudah benar-benar gatal dan ia harus mandi. Gilang pun tak menjawab, ia hanya langsung menuju kamar mandi untuk segera membasuh tubuhnya. Sean tertawa kecil kemudian kembali bersiap-siap. “Selamat datang di game survival. Halo para pemain hebat, selamat pagi dan selamat mendengarkan peraturan untuk misi ke 9. Cukup mudah untuk kalian yang suka sekali bermain paintball. Kali ini kami akan membagikan sebuah kartu untuk masing-masing anggota. Semoga harimu menyenangkan” Gilang yang baru saja keramas dan berada di dalam kamar mandi tanpa busana seketika merasa s**l karena pengumuman tersebut tepat saat ia sedang mandi. “Hhuft kalau ketemu Andrew, bener-bener gak gue ampunin tuh orang,” kata Gilang yang cepat-cepat membasuh tubuh dan kepalanya yang penuh busa. Yang biasanya durasi mandi Gilang adalah satu jam sekaligus ritual lelaki, maka sekarang dipangkas menjadi sepuluh menit tanpa ritual lelaki. “Astaga, gue harus menuntaskan ritual gue, awas aja yaa si Andrew anak nolep!” desis Gilang yang cepat-cepat keluar dari kamar mandi dan sudah bersiap-siap dengan pakaian paintballnya. Ketika mereka semua sudah berkumpul akhirnya ada sebuah kartu yang jatuh dari atas untuk mereka, masing-masing memegang satu buah kartu yang berisi sebuah nama. “Apaan nih?” tanya Gilang yang terlihat membolak-balikkan kartu tersebut. Bukan hanya Gilang yang merasa bingung dengan permainan tersebut, namun semuanya juga merasa aneh. “Selamat datang di game survival. Halo para pemain hebat, jika kalian sudah menerima masing-masing kartu berikut cara untuk bermain dalam misi kali ini. Nama di dalam kartu kalian adalah lawan kalian, maka kalian berhak menanyakan truth or dare sambil menodongkan sebuah s*****a yang berisi cat tersebut. Jika lawan memilih truth alias kebenaran, namun jika diberikan pertanyaan tak menjawab dengan dengan benar maka secara otomatis tembakan itu akan menyemprotkan peluru cat tersebut ke arah lawan begitu pun dengan lawan yang memilih dare jika tak menjalankan maka tembakan karet akan mengenai tubuhnya. Sekian semoga harimu menyenangkan” Setelah mendengar itu semua mereka langsung duduk rapi sambil saling pandang satu sama lain seperti memberikan sebuah kode. Dalam game ini mereka bebas untuk menanyakan apa saja yang selama ini menjadi pertanyaan tersembunyi mereka. “Astaga, ternyata ini yang dimaksud sulit. Terlihat mudah memang, namun sangat sulit jika kita harus menanyakan hal-hal terpendam yang selama ini kita sembunyikan. Semoga dari kita tak ada yang berbohong karena ini adalah menyangkut nyawa kita maka tolong kerja samanya untuk selalu menjawab dengan benar," kata Sean melihat seluruh teman-temannya itu dengan serius. Mereka mengangguk, ini adalah salah satu bagian tersulit karena mereka harus mengatakan yang sejujurnya. Entah bagaimana persahabatan mereka ketika semua sudah terbongkar karena game ini “Kalau gue sih gak sembunyiin apa-apa, mungkin ini akan mudah buat gue,” kata Gilang dengan sombongnya. Semua menatap Gilang sinis, rasanya benar-benar ingin mengenyahkan mulut Gilang yang suka menyerocos itu. “Awas aja lo ya kalau gue tanya ternyata lo nutupin, bukan Cuma cat yang semprot lo tapi bogeman gue akan jadi satu sama minyak biar lo tahu rasa,” kata Darren yang tersulut lagi emosinya. “Guys kita semua pasti punya uneg-uneg sendiri, entah itu orang yang agresif atau pun pasif, jadi jangan terlalu bangga dulu. Untuk Gilang mohon kerja samanya ya,” kata Sean memperingati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD