Sahabat yang berkhianat

1035 Words
Sean dan yang lainnya langsung saling melihat satu sama lain. Jantung mereka berdegup kencang karena mungkin saja ini adalah permainan mental lagi untuk memecah tim mereka agar mereka tak lagi saling bekerja sama. “Hmm ini deskripsi yang buruk untuk masing-masing dari kita, untuk kalian jangan terpancing oleh game ini ya. Anggaplah ini sebagai main-mainan biasa,” kata Fendi yang sudah tahu pasti diantara mereka akan ada yang emosi karena melihat kartu yang mendeskripsikan mereka dengan sangat buruk. Terlihat Sean yang melihat Darren dengan tatapan tajam, rupanya setelah permainan truth or dare kemarin ini adalah sambungannya. “Untuk nomor 1 siapa yang mendapatkan nomor 1 langsung aja baca,” kata Fendi dengan senyuman tipis berusaha untuk mencairkan suasana. Sean pun langsung menarik napas dalam-dalam kemudian membacakan deskripsi yang berada di kartu tersebut. “Dia adalah seorang penghianat, suka sekali memanfaatkan orang lain untuk popularitasnya dan clue terakhir dia pernah menghamili seorang gadis saat masih SMA. Siapakah dia?” Sean menggeretakan giginya kuat-kuat, ia benar-benar kesal dengan pembahasan tersebut, entah mengapa Andrew pintar sekali untuk membuat dirinya naik pitam. Luka dihatinya terasa seperti luka yang diberikan jeruk nipis, perih sekali dan ia sangat payah karena tak bisa menahan rasa sakit tersebut. “DARREN! Dia adalah Darren si gak punya malu dan tidak bertanggung jawab atas perbuatannya dan bisa-bisanya dia baik-baik saja setelah melakukan ini semua,” kata Sean sambil meremas kertas tersebut. Alefukka yang melihat kemurkaan Sean langsung menepuk-nepuk punggungnya agar tak emosi dengan permainan tersebut. “Jangan emosi, lo tau kan kalau ini memang kenyataan dan ini sudah berlalu. Kita gak boleh termakan emosi karena game gak guna ini, jadi tenangin diri lo anggap kalau ini adalah masalah di dunia nyata bukan dunia game jangan bertengkar di sini,” kata Alefukka yang sudah tahu betapa marahnya Sean pada Darren. “Tebakan benar! Congratulation Sean” Sean bernapas lega ketika mendengar pengumuman yang menyatakan bahwa dirinya benar, sedangkan Darren tidak bereaksi apapun karena ia tahu bahwa itu adalah kesalahannya dan dosa yang tak pernah bisa terhapuskan oleh waktu. “Yuk, untuk yang dapet nomor 2 langsung aja yuk biar cepet,” kata Fendi yang berusaha menyudahi perang dingin itu. Kali ini Alefukka yang membacakan deskripsi buruk tentang sahabat-sahabatnya. “Dia adalah seorang yang egois, emosional dan suka sekali tak mendengarkan nasihat orang lain, sedikit keras kepala. Siapakah dia?” Alefukka melihat ke arah teman-temannya itu kemudian melihat Gilang dengan wajah sedikit ragu karena bagaimana pun juga mereka tak begitu akrab dan sifat Gilang sedikit mirip dengan Darren apalagi Stefan. “Hmm, ini adalah Gilang.” Alefukka mengucapkan itu dengan ekspresi takut-takut, ia takut sekali kalau sampai salah menebak bisa-bisa ia tak bisa mengikuti misi kedua. “Tebakan benar! Congratulation Alefukka!” Entah bagaimana pengumuman itu seolah pengumuman yang sangat melegakan ditelinga Alefukka karena sedari tadi ia benar-benar mengira bahwa deskripsi itu adalah Stefan yang mempunyai sifat yang hampir mirip dengan Gilang. Begitu seterusnya sampai misi itu selesai mereka pun bisa bernapas lega ketika semua sudah tertebak dengan benar. Saat selesai misi tersebut Sean adalah orang nomor satu yang bubar dari lingkaran itu. Rasa sakitnya semakin menjadi ketika ia terus-terusan melihat Darren ia jadi melihat bagaimana rasa sakit Klara dulu. Alefukka melihat Sean yang menjauhi mereka dengan wajah sedih, ia tahu bagaimana perasaan Sean begitu pun perasaannya yang sama hancurnya dengan Sean hanya saja dirinya tak ingin meributkan hal ini apalagi sedang dalam keadaan di dunia game. Mereka tak punya waktu untuk merasakan sakit, waktu terus berjalan. Alefukka menghampiri Sean dengan wajah sedih, ia menemani Sean yang berada di balkon lantai dua supermarket tersebut. “Gue tahu gak mudah buat lo ngelepasin Klara begitu aja, An. Tapi, kalau Klara lihat lo hancur hanya karena dirinya pasti dia juga gak akan senang, percaya deh. Kita harus ikhlasin Klara ya, gue tahu bahwa Klara tersiksa karena Darren, tapi itu semua...” ucapan Alefukka terpotong karena Sean yang mencegah untuk melanjutkan kata-katanya. “Sudah cukup, gue gak mau denger apa-apa lagi soal Klara. Lo tahu kan gue selama ini suka banget sama Klara? Gue bener-bener gak paham harus gimana setelah Darren ngaku kalau dia yang menghamili Klara. Gue bahkan gak bisa anggep dia sahabat lagi karena terlalu sakit ketika kita menganggap seseorang adalah sahabat, tapi dia menusuk lo dari belakang,” kata Sean sambil sesekali memejamkan matanya menenangkan hatinya yang terus bergemuruh. Alefukka mengangguk membenarkan ucapan Sean, bagaimana pun juga mereka berdua lebih dahulu mengenal Klara dari pada Darren. Klara itu sudah seperti seorang saudara bagi mereka berdua sampai suatu saat di sekolah menengah pertama Sean memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya pada Klara karena ia menganggap bahwa masa SMP adalah masa yang pas untuk ia mengungkapkan ini semua. Kedua orang tua Klara dan Sean juga sudah saling mengenal satu sama lain sehingga mudah untuk mereka menjalin kisah cinta yang bisa terbilang terlalu dini itu. Namun, siapa sangka bahwa Klara menolaknya? Itu karena ia sudah tahu bahwa ia hamil dengan Darren dan ia tak berani untuk mengungkapkan ini semua pada kedua sahabatnya sehingga ia berbohong bahwa ia sakit parah. Alefukka menunduk ketika mengingat semua tentang Klara, ia adalah satu-satunya sahabat yang tahu kondisi terakhir Klara yang tak baik-baik saja. “Rasa sakit itu masih ada, Klara pasti sakit karena diakhir hayatnya tidak ada satu pun orang yang tau kondisi yang sebenarnya bahkan waktu itu yang gue tahu Klara sakit kanker hanya itu,” ucap Alefukka kemudian menangis di hadapan Sean membuat Sean melirik ke arah Alefukka dan ikut menangis. “Klara itu gadis baik-baik, Darren sudah memanfaatkannya demi mencari kepuasan belaka. Gue gak tahu bagaimana perasaan gue ke depannya melihat Darren sebagai sahabat atau sebagai pembunuh?” tanya Sean yang sudah menangis tersedu-sedu. Alefukka menepuk punggung Sean pelan untuk menenangkannya. Bukan hanya Sean yang hancur setelah mendengar pengakuan dari Darren, tetapi dirinya juga ia benar-benar merasa hancur dan tidak tahu cara memaafkan seketika. “Gue gak mau kita jadi pendendam, An. Lagi pula Klara juga gak pernah ajarin kita jadi pendendam, walaupun Darren salah dia adalah sahabat kita setidaknya waktu itu ia ingin bertanggung jawab bukan kabur begitu saja, mungkin itu saja yang bisa kita ingat dari Darren setidaknya ia berniat untuk tanggung jawab dengan apa yang ia perbuat,” ucap Alefukka yang berusaha untuk tidak berpikiran negatif pada Darren apalagi dendam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD