Klara kloning

1048 Words
Wajah Sean memucat ketika melihat siapa yang menahannya untuk keluar dan menghadapi zombie tersebut. Ia benar-benar tak percaya dengan mata kepalanya sendiri bahkan beberapa kali ia mengusap matanya karena berpikir bahwa ia salah melihat siapa yang berada di hadapannya saat ini. “Klara? Ra, kamu kan sudah...” ucapan Sean terhenti ketika Klara memberikan kode agar ia menutup mulutnya dan tak berbicara apapun. “Aku tidak meninggal, aku terperangkap di sini bersama Andrew. Apapun yang kamu dengar dari Darren atau pun Alefukka itu ada benarnya, tapi aku tidak meninggal dan cerita ini panjang jadi aku gak bisa cerita semuanya. Aku juga harus cepat-cepat kembali ke mana seharusnya aku tinggal di dunia game ini. Kamu ikuti saja aku,” ucap Klara kemudian keluar dari supermarket itu dengan terburu-buru. Sean yang merasa penasaran pun langsung mengikuti Klara dari kejauhan, Klara sengaja berjalan agak lambat agar Sean bisa tahu ke mana ia pergi. Dengan sangat hati-hati Sean mengikuti langkah Klara ke arah utara dari supermarket tersebut, ia juga tak lupa membawa s*****a disakunya untuk perlindungan. “Kamu ke mana? Kamu mau lari kan? Iya kan? Dasar cewek gak tahu diri aku sudah membawa kamu ke dunia ini yang artinya kamu tidak perlu malu dengan aibmu, tapi sekarang apa kamu malah kayak gini?” tanya Andrew yang tampak kecewa. “Apa sih? Aku ingin jalan-jalan saja ke sini, lagi pula aku juga sudah biasa jalan-jalan sendiri tapi kamu tidak pernah berkomentar?” tanya Klara dengan wajah heran melihat Andrew yang sedikit gugup. Andrew terlihat menghela napasnya pelan kemudian mengelus rambut Klara dengan lembut entah ia hanya takut jika Klara terlihat oleh Sean dan teman-temannya. Klara ada di sini memang sengaja untuk sebuah kunci mati untuk Sean. “Tidak, maafkan aku. Aku hanya merasa khawatir karena di sini banyak sekali zombie, wajarkan aku takut kamu kenapa-kenapa?” tanya Andrew dengan wajah bersalah. Andrew dan Klara pun langsung berjalan menuju sebuah rumah megah yang terdapat di sebelah utara dan dipagari oleh pagar listrik, tempatnya juga terlihat modern. ‘Klara tidak boleh sampai tahu bahwa teman-temannya ada di sini, mumpung ia belum tahu aku harus membuat ia betah di rumah sampai teman-temannya itu memberontak’ batin Andrew sambil sesekali memeluk Klara. Hati Sean benar-benar sakit saat melihat Klara dipeluk-peluk oleh Andrew yang notabenenya adalah orang jahat dan membuat mereka kehilangan hari-hari mereka di kuliah, namun Sean benar-benar menahan rasa sakit itu sambil perlahan melihat sampai mereka masuk ke dalam rumah tersebut. Ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah, Sean meletakkan sebuah kamera yang bisa langsung terhubung ke ponselnya. Itu adalah sebuah CCTV mini yang pernah Sean beli dulu, dengan kamera itu Sean jadi tahu bagaimana kondisi di depan rumah tersebut, ia berlari ke arah supermarket yang bisa dibilang cukup jauh dari sana. “Teman-teman, kalian harus tahu ini!” teriak Sean ketika baru saja memasuki supermarket tersebut. Fendi, Rezki dan Stefan yang sedang berada di meja kasir pun melihat Sean dengan wajah bingung sementara Gilang, Alefukka dan Darren yang berada di lantai 2 mendengar suara ribut Sean dari lantai 1 langsung turun dan menghampiri Sean yang terlihat heboh dan berseri-seri entah kabar baik apa yang ingin Sean katakan, Darren yang sedang bersedih pun langsung mengusap wajahnya agar tak terlihat menangis. “Ada apa sih? Apa ada kabar baik?” tanya Stefan yang merasa bingung dengan Sean yang masuk secara tiba-tiba lalu berteriak seperti itu. “Iya, gue rasa gue sudah menemukan pusat kontrol game ini sekaligus menemukan Klara, dia masih hidup! Sahabat kita masih hidup, Le!” teriak Sean dengan wajah berkaca-kaca. Alefukka dan Darren yang mendengar itu langsung berkaca-kaca sekaligus lemas, entah bagaimana cara mereka mengungkapkan itu semua. Namun, baru saja Alefukka menangis ia langsung mengusap air matanya teringat jika ia melihat proses pemakaman Klara. Alefukka mendekati Sean kemudian menangis dipelukan Sean, ia benar-benar tak kuat menahan tangisnya melihat Sean separah itu. “Maaf kalau gue harus menghancurkan ekspetasi dan kegembiraan lo saat ini, An. Gue adalah satu-satunya sahabat Klara yang ikut ke pemakaman dan melihat dari awal hingga akhir proses pemakaman Klara, Klara fiks sudah meninggal, An. Gue gak paksa lo percaya, tapi gue yang lihat sendiri dari awal sampai akhir, gue yang lihat,” kata Alefukka menangis kejer. Fendi, Rezki dan Stefan melihat drama itu dengan wajah sedih, bagaimana pun mereka masih merasa kasihan dengan tim extramers yang sedang dilanda kegalauan. Sean termenung ketika Alefukka mengatakan bahwa Klara benar-benar sudah tidak ada dan melihat prosesnya dari awal sampai akhir. Rasanya dunia Sean kembali hancur dan tak bisa kembali utuh lagi, namun ia masih merasa heran jika memang bukan Klara siapa yang ia ikuti tadi? “Ok, kalau itu bukan Klara, jadi siapa yang tadi gue ikuti?” tanya Sean dengan napas yang tertahan kemudian melihat ponselnya yang terhubung oleh kamera CCTV yang ia tinggalkan di dekat rumah yang ditinggalkan Klara tadi. Mereka semua berkumpul melihat layar ponsel Sean dan mendapati Andrew yang mencabut wajah Klara dari zombie yang berada di hadapannya dan ia menyuruh sang zombie untuk kembali berkeliaran. “Damn! Berarti tadi ada zombie yang masuk ke sini?” tanya Sean yang langsung merasa ngeri dengan apa yang ia lihat. Bahkan Gilang setelah melihat tayangan itu langsung mencoba mencabut wajah dari masing-masing temannya karena merasa takut bahwa diantara mereka sebenarnya adalah zombie. Sedangkan Alefukka dan Darren langsung bergegas menutup rolling door otomatis itu karena takut ada zombie-zombie lagi yang menyusupi tempat itu. “Berhenti pegang muka gue skinker mahal!” teriak Stefan yang menjauhkan tangan Gilang dari wajahnya dengan kesal, namun peringatan itu tak dihiraukan tangan Gilang terus menghantui wajah glowing Stefan ingin memastikan bahwa Stefan adalah manusia asli. Sean meneguk ludahnya merasa ngeri dengan penyamaran yang dibuat oleh Andrew, rasanya tubuh Sean kembali melemas dan hampir saja jatuh ke lantai. “Astaga gue pengen tidur aja kalau gini, sumpah gue gak paham dia mau bikin kita gila atau gimana sih?” tanya Sean yang mulai bingung dengan maksud penyamaran Andrew. “Apa mungkin dia Cuma iseng??” tanya Fendi yang masih merasa bahwa itu adalah kejanggalan, sementara Alefukka memikirkan semua itu dengan sangat hati-hati, namun ia tak menemukan alasan Andrew melakukan penyamaran tersebut. “Astaga apakah pemikiran-pemikiran ini adalah tugas kita juga? Sumpah sih kalau kayak gini gue mending jadi mahasiswa abadi dari pada harus kayak gini, mikirin yang sebenarnya gak harus kita pikirin,” ujar Gilang yang mulai berkoar-koar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD