Kotak Permainan

1029 Words
“Gue masih penasaran dengan isi kotak itu,” ucap Gilang yang melihat ransel milik Sean nyang berisi kotak permainan tersebut. Di dalam perjalanan Gilang masih sibuk-sibuknya memikirkan kotak yang mereka temui saat berada di danau. Darren melirik sambil menyandarkan punggungnya di dalam truk, bukan hanya Gilang namun ketiga pemuda itu juga sebenarnya penasaran dengan kotak yang ditemui. Hanya saja mereka tidak memiliki cukup keberanian untuk membuka kotak tersebut karena tulisan yang berada di kertas yang berada di luar kotak tersebut. “Mau buka aja? Kita masih punya waktu 4 jam lagi untuk mengakhiri misi ke 4 ini,” ucap Sean yang penasaran juga dengan isi kotak tersebut. Darren, Alefukka dan Gilang saling pandang, ucapan Sean bagaikan penawaran emas untuk mereka. Mereka bertiga akhirnya setuju untuk membuka kotak tersebut, mencoba peruntungan game yang lebih baik sepertinya tidak ada salahnya juga dari pada berdiam diri di dalam game buatan Andrew yang terlihat monoton. Sean menghentikan laju truknya kemudian berpindah ke belakang untuk ikut membukanya sama-sama bersama ketiga temannya itu. “Nah, kalian udah siap?” tanya Sean melihat ketiga temannya itu dengan wajah yang tegang. Mereka mengangguk seolah siap dengan yang akan mereka hadapi nanti setelah membuka kotak tersebut. “Semoga ini adalah hari peruntungan kita, semoga permainan yang berada di dalam kotak ini membawa keuntungan bukan kerugian,” kata Alefukka yang berharap bahwa kotak tersebut tidak membawa petaka yang lebih buruk dari pada petaka zombie ini. Mereka pun akhirnya membuka kotak itu dengan perasaan was-was. Tidak butuh waktu yang lama setelah mereka membuka kotak tersebut, cahaya begitu terang membuat mata mereka tak bisa melihat apapun hanya ada suara teriakan dari keempat pemuda itu yang terdengar. Dilain sisi Fendi, Stefan dan Andrew terkejut karena ada cahaya terang yang tiba-tiba saja muncul di sekitar mereka. “s**l! Mereka pasti menemukan kotak itu!” seru Andrew yang tahu kotak itu akan membuat keadaan semakin kacau dan tentu saja 365 misi yang extramers dan gladiator lakukan akan kereset ulang otomatis kesempatannya untuk keluar ke dunia nyata akan semakin lama. “Stef, Fen lo di mana?” tanya Andrew yang matanya belum bisa melihat karena cahaya yang terlalu terang membuatnya harus menutup mata hingga cahaya terang yang menyilaukan matanya itu hilang. Tidak ada jawaban satu pun membuat Andrew semakin panik, mereka harus terus bersama karena game itu adalah game perkelompok maka jika ia kehilangan kelompok ia tidak akan bisa menjalankan misi tersebut. Ketika cahaya itu sudah hilang Andrew membuka matanya perlahan melihat keadaan sekitar yang sangat berubah drastis. Sekarang dirinya berada di sebuah area yang benar-benar seperti dunia nyata, bahkan jika orang tidak tahu maka akan mengira bahwa dirinya sedang berada di suatu tempat di bumi alias dunia manusia bukanlah dunia game yang seperti selama ini Andrew tempati.  “Ini? Ini kan dunia nyata?” gumam Andrew sambil berusaha berdiri dari posisi duduknya, ia meniti dengan jeli setiap sudut area tersebut, namun tak ia temui sebuah perbedaan dari area tersebut dengan dunia nyata, hanya saja area itu terasa lebih sepi dan tak terlihat orang sama sekali. Begitu pun dengan tim extramers yang mengira bahwa mereka sudah pulang ke dunia nyata dalam sekejap karena membuka kotak tersebut, namun rasanya aneh juga karena area kampus mereka yang tak pernah sepi tiba-tiba saja terasa sangat hening bahkan tak ada satu pun kendaraan yang berada di jalan raya depan kampus mereka. “Kalian gapapa kan?” tanya Sean memastikan bahwa ketiga kawannya itu dalam keadaan baik setelah melihat cahaya yang bersinar begitu terang dari dalam kotak. Mereka bertiga mengangguk seraya berdiri dari posisi duduknya. Mereka layaknya orang yang baru saja jatuh dari dalam pesawat alien kebingungan melihat kampus dan area yang mereka kenal sangat sepi dan tak seorang pun berada di area itu. “Ini beneran kan kampus kita? Serius ini sepi banget, gue jadi ngerasa aneh dan lagi gak ada orang sama sekali,” ujar Gilang yang merasa aneh karena mereka tak bisa menemukan satu pun orang selain tim mereka. Tak ada yang menjawab, mereka merasa was-was dengan apa yang sedang terjadi. Yang pasti mereka tahu bahwa mereka masih di dalam dunia game bukan di area kampus mereka di dunia nyata. “Yang pasti kita masih di dunia nyara guys jangan geer dulu,” kata Darren yang sudah memastikan bahwa mereka memang bukan di kampus asli mereka. Namun, setidaknya kepalsuaan ini bisa membuat mereka nyaman dan merasa bahwa mereka sudah pulang ke dunia nyata. Mereka pun memutuskan untuk melihat-lihat area kampus untuk sekadar melepaskan rindu. Namun, wajah Sean memucat ketika melihat melihat ruangan kelasnya yang dipenuh darah dan ada beberapa orang yang mereka kenal sedang memakan bagian tubuh manusia lainnya. Sean berjalan mundur memberi kode pada ketiga temannya untuk tidak memasuki ruangan tersebut dan berlari ke tempat lain. Pelan namun pasti Sean dan ketiga temannya langsung mencari tempat persembunyian yang aman untuk mereka berdiskusi memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mereka memasuki area lab di mana tak ada seorang pun yang membuat mereka curiga. “Jangan bilang kita keluar dari permainan zombie malah masuk ke permainan kanibal? Please bilang sama gue kalau ini mimpi,” kata Darren yang merasa frustasi, Alefukka dan Sean hanya bisa mencoba menerima nasib s**l mereka yang benar-benar sangat tidak menguntungkan. “Selamat datang di game survival. Halo para pemain hebat, terima kasih karena telah memilih kanibal adventure sebagai salah satu permainan yang akan menjadi petualanganmu selanjutnya. Seperti biasa di game ini kalian juga mempunyai tantangan, yaitu temui orang disekitarmu yang menjadi kanibal dan hantu. Demikian pengumuman ini, semoga harimu menyenangkan”  Setelah pengumuman itu selesai, area kampus menjadi sangat banyak orang seperti biasanya. Hiruk pikuk membuat tim extramers merasa bahwa mereka sedang berada di dunia nyata. Permainan ini memang tidak semenyeramkan permainan zombie yang tak ada satu pun orang disekeliling mereka, namun tetap saja mereka harus menjadi detektif kesasar untuk menyelidiki semua yang berada di area kampus tersebut. “Mustahil, kita jadi harus berperan sebagai detektif? Azzz ini gegara lo yang mau kotak itu dibuka!” seru Darren sambil melihat Gilang yang seakan tak tahu apa-apa. Gilang melihat Darren dengan tatapan kesal, bagaimana tidak? Padahal bukan hanya dirinya yang setuju kotak itu dibuka, namun semuanya setuju bahwa mereka mencoba peruntungan di game yang lebih jelas, tapi sekarang Darren malah menyalahinya seorang diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD