Bagian 10

1279 Words
Rita memeriksa ponselnya, ada dua pesan masuk dari David. Ia membacanya dengan cepat kemudian menghapusnya selagi ingat. Ia menghabiskan tiga puluh menit berdiri di bawah pancuran, memejamkan mata dan mengingat-ingat perjalanan mereka. David membawanya ke sebuah tempat, jauh dari keributan yang memekakan. Tempat dimana mereka dapat menikmati keindahan seni dan artefak secara gratis. Mereka telah menelunsuri museum, menyaksikan sejumlah artefak yang menyimpan kisah misterius seorang balerina, dan mendengar kisah-kisah itu dengan seksama. Ada sesuatu dari perjalanan itu yang memberinya sebuah kesan. Mereka kemudian duduk di bangku restoran dan mengobrol selama hampir satu jam sebelum Rita teringat tentang Jim dan panggilan teleponnya. Mereka hanya menyusuri jalanan panjang di sudut kota, berusaha menghindari keramaian sebelum David mengundangnya ke apartemen sepuluh lantai yang ditempati laki-laki itu. David menempati apartemen di lantai tiga tepat di kamar nomor dua puluh satu. Suite yang ditempatinya tidak cukup besar, namun cukup hangat untuk ditempati seseorang. Dinding-dindingnya dilapisi walpaper, sejumlah barang memenuhi sudut-sudut ruangan dan lantai kayunya memerangkap udara dingin di dalam sana. David mengoleksi sejumlah musik klasik yang berhasil menarik perhatian Rita. Mereka duduk mendengarkan musik itu dan mengobrol. Untuk satu alasan, Rita merasa nyaman. Tempat itu tidak lebih besar dan tidak menawarkan lebih banyak kenyamanan seperti yang ditawarkan Jim di dalam rumahnya. Namun, Rita terbiasa tinggal di dalam apartemen sempit bersama ibunya ketika ia masih remaja. Mereka makan dan hidup dengan layak. Sejauh yang Rita tahu, ia merindukan kehidupan itu: dimana kebebasan mutlak itu menjadi miliknya. Ia ingin berkuasa atas hidupnya seperti nasihat yang dibacanya dalam buku tua. Puncak kebahagiaan seseorang dapat terjadi ketika seseorang berkuasa atas dirinya, emosinya, keinginannya. Rita pernah merasakan sensasi itu berpusar di dalam dirinya. Sumber kekuatan terbesarnya adalah kebebasannya. Melihat kembali dari pengalamannya, ia pandai memanipulasi emosinya. Sebuah perangkap adalah keahliannya. Rita sanggup berada di tengah keramaian tanpa merasakan emosi apapun. Ketenangannya adalah cara yang elegan untuk menarik perhatian, memerangkap siapapun yang sedang mengamatinya. Atau sebaliknya, ia bisa menjadi begitu menonjol di tengah khalayak. Jauh di luar pemahaman seseorang, tubuh mungilnya adalah pusat perhatian. Ia mampu bergerak dengan anggunnya di atas lantai, berjingkat tanpa bersuara seperti seekor tikus panggung. Awalnya orang di sekitarnya berpikir bahwa Rita pengidap bipolar, persis yang dialami kakak perempuannya. Kebisuannya adalah sumber pertanyaan terbesar. Namun seiring berjalannya waktu, anggapan itu hilang begitu saja. Kemampuannya untuk memikat seseorang tidak dapat diragukan, bahkan Harold mengakui hal itu. Laki-laki itu berani menyingkirkan puluhan balerina demi menarik Rita ke atas panggungnya. Sekejap Rita merasakan pori-porinya terbuka. Pancuran air dingin itu merayap ke sekujur tubuhnya, menyisakan uap yang mengepul dari bibirnya. Ia telah mengenakan jubah mandinya hingga suara gemuruh mesin mobil dari halaman depan terdengar. Dari tempatnya berdiri, Rita menyaksikan Jim turun dari dalam sedannya. Jendela hitam di ruangan itu memantulkan bayangannya sendiri. Rita memandangi wajahnya di atas sana: pucat dan lesu. Itulah yang dibutuhkannya untuk meluluhkan Jim. Jika dipikir-pikir lagi, ia punya sejuta cara untuk memamipulasi suaminya. Tiba-tiba rahangnya menarik, memperlihatkan sederet gigi putih yang rata dan seringai lebar yang aneh. Ketika Rita sedang mengangumi tampilannya di belakang kaca jendela, suara pintu yang digeser terbuka menjadi satu-satunya penanda bahwa ilusi itu baru saja berakhir. Jim terbuka pada beberapa pendapat yang tidak terlalu menentang keyakinannya. Richard Foster, ayah Jim, memiliki cara yang lebih primitif untuk menyaring semua yang tidak disetujuinya. Sedangkan Helen, kakak Jim lebih santai, namun sikap Helen terkadang menyebalkan dan Rita punya firasat kalau Helen bermaksud menyingkirkannya dari keluarga mereka. Bagaimanapun, suaminya bukan versi terburuk dalam keluarga itu. Jim selalu mendengarnya ketika Rita berbicara. Untuk beberapa alasan tertentu, laki-laki itu akan menyetujuinya. Jadi, Rita bermaksud untuk mengambil kesempatan itu dimanapun ia berada. Rita telah mengumpulkan keberaniannya untuk bicara. Ia mengandalkan kemampuannya untuk menghadapi Jim. Secara perlahan namun pasti, ia akan membuat Jim tunduk. Rita belum memiliki rencana tentang hubungan pernikahan mereka, ia tidak memiliki rencana tentang David, Rita hanya menikmati momen yang didapatkannya saat ini. Tanpa bermaksud melukai Jim atau mengacaukan hubungan pernikahan mereka, Rita benar-benar berharap situasi akan berubah. Rita merindukan Jim yang dulu: cara laki-laki itu menyakinkannya, menggodanya dengan anggun. Kepuasan bersama adalah inti dari hubungan mereka. Namun, Rita tidak merasakan hal yang sama setelah bertahun-tahun. Ia hidup dan menjalani semuanya sendirian. Jim mungkin berpikir bahwa kehadirannya sudah cukup, namun Rita merasa situasi itu mencekiknya, Jim menempatkannya pada posisi serba salah. Mengkhianati Jim bukanlah idenya, namun berada dalam situasi ini juga bukan keinginannya. Jim tidak mengatakan sepatah katapun malam ini. Laki-laki itu hanya menyambar pintu dan bergerak masuk. Ia menggantung pakaiannya dengan cepat di tiang besi kemudian memberitahu Rita kalau ia tidak akan turun untuk makan malam. Namun, ketika Rita sedang berdiri di ruang pakaian, laki-laki itu bergerak mendekatinya. Ia baru saja mandi dan bercukur. Aroma sabun yang menguar di atas kulitnya menyenangkan. Jim melengkari lengannya ke seputar pinggul Rita, menarik Rita mendekat dan menciumnya. Dulu, kedekatan Jim mampu membuatnya hilang kendali. Rita tidak yakin apa yang dirasakannya sekarang. Ia tidak mampu mencegah dirinya memikirkan David. Bahkan ketika Jim menariknya ke atas ranjang dan mereka bercinta semalaman, Rita merasakan sesuatu menggelitik perutnya. Perasaan bersalah dan keinginan muncul dan pergi secara bergiliran. Mereka mengakar dan tumbuh di dalam dirinya. Suatu kesadaran yang menamparnya malam itu adalah fakta bahwa Rita tidak lagi menguasai dirinya. Jim memastikan Rita berpikir bahwa laki-laki itu memberikan Rita segala yang dibutuhkannya, kemudian secara perlahan, laki-laki itu akan merebut kebebasannya sehingga Rita tidak pernah lagi berkuasa atas dirinya. Malam itu, ada banyak hal yang dipikirkannya. Hingga pukul dua, Rita masih terjaga dari tidurnya. Ia menyaksikan lampu di ujung taman. Dahan-dahan pohon yang bergerak lembut di sana, pintu-pintu juga jendela rumah di seberang taman yang tertutup rapat. Jalanan tampak kosong, tiang-tiang berbaris seperti prajurit dan sebuah pagar berkawat dengan tinggi hampir mencapai dua meter di pasang di sudut jalan. Sebuah papan jalan menunjuk ke arah kawasan yang menandai area perbukitan. Mobil-mobil van terlihat berlalu lalang di ujung sana, para pemburu sedang merencanakan piknik di tengah hutan. Rita mengenakan piyama-nya dengan cepat, turun dari atas ranjang dan bergerak ke arah balkon. Angin dingin malam menampar wajahnya. Ia menyaksikan sejumlah kumbang melompat-lompat di atas semak-semak tinggi. Rumput yang berbaris di bawah sana membentuk petak-petak kecil. Para serangga sibuk berkeliaran. Kemudian kilatan cahaya api kecil di ujung jalan menggodanya. Cahaya itu menari-nari seperti sekumpulan kumbang di atas semak, hanya saja lebih indah. Rita sedang menikmati pemandangan itu ketika suara langkah yang lembut mendekatinya. Jim berdiri di belakangnya, menatap persis ke tempat yang sama seperti Rita. “Apa yang kau lakukan disini?” bisik laki-laki itu di telinganya. “Tiba-tiba saja aku merindukan rumah lamaku. Aku merindukan saudariku, aku merindukan Julie, sudah lama aku tidak bicara dengannya.” Hubungan Jim dan Julie tidak berjalan dengan baik, namun jika menyangkut Rita, laki-laki itu bisa melakukan apa saja, termasuk mengabaikan ketidaksukaannya pada orangtua Rita. “Aku berada disini dan kau memikirkan orang lain? Kau benar-benar memalukan.” Rita mendengus dan berbalik ke arah Jim. Wajahnya mengadah dan ia berjinjit untuk memeluk laki-laki itu. Lengan Jim merangkulnya erat, panas tubuh Jim mengantarkan suatu perasaan asing dan Rita berbisik ke telinga Jim. “Kumohon izinkan aku keluar. Aku ingin memulai sebuah rutinitas yang baru.” “Kenapa? Kau bosan?” “Tidak, Jim. Bagaimana bisa aku bosan? Aku hanya ingin menemui ibuku.” “Ibumu yang angkuh? Tidak.” “Apa yang salah denganmu? Julie ibuku.” Rahang Jim mengeras. Sesuatu dalam dirinya menunjukkan emosi yang begitu kentara hingga Rita dapat merasakan dirinya nyaris gentar. “Kau tidak boleh berbicara dengannya lagi. Dia sudah cukup membuat banyak masalah, dia tidak menunjukkan sikap bijaksana sebagai ibumu.” “Jim.. kumohon..” “Kita tidak akan berdebat disini, dan aku sudah mengatakannya. Tidak. Kau mengerti?” Tapi Jim tidak menunggu jawaban Rita, sebagai gantinya laki-laki itu berbalik pergi meninggalkan Rita berdiri di atas balkon. - PUNISHMENT
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD