Bagian 15

1054 Words
Louise menyukai Ed dan caranya mengatur strategi dalam permainan catur. Mengalahkan laki-laki itu nyaris tidak mungkin. Di akhir pekan, mereka terbiasa duduk dan menghabiskan waktu untuk bermain catur. Ed akan mengoceh sepanjang hari sementara Louise berbaring di kakinya dan mendengarkan laki-laki itu berbicara. Ada satu bagian dalam diri Louise yang selalu penasaran tentang isi pikiran Ed. Ed bukannya tidak terbuka, laki-laki itu hanya enggan menceritakan masalahnya. Ed mungkin lebih memilih untuk diam ketimbang berbicara tentang apa yang dialaminya. Louise telah terbiasa dengan sikap itu. Sikap Ed kadang-kadang bisa terasa sangat menjengkelkan, bukan hanya karena laki-laki itu selalu berhasil mengalahkannya dalam permainan catur, namun juga karena Ed tidak mengizinkan Louise untuk masuk ke dalam lingkaran pribadinya dan mengetahui apa yang dipikirkannya. Pada musim panas, mereka suka pergi memancing. Ada sebuah danau yang jaraknya tidak cukup jauh dari perumahan penduduk. Mereka akan berkendara dengan van untuk sampai di danau itu. Biasanya, Louise selalu menyiapkan tikar dan sebotol tequila untuk mereka bagi bersama-sama. Louise tidak suka memasak, jadi ia akan memesan barbeku yang bisa mereka bawa. Kegiatan itu dapat memakan waktu beberapa jam. Louise menyukai momen ketika ia duduk di atas tikar dan merasakan sinar hangat matahari yang menyentuh kulitnya, dan memandangi genangan air yang tenang di danau. Rumput-rumpur berbaris memanjang di sekelilingnya, terdapat sebuah pohon besar di tempat ia berada. Ia akan menyandarkan punggungnya pada batang pohon itu dan memejamkan mata. Aroma burrito yang menyenangkan memanjakannya. Ed biasa melapisi tortilla gandum itu dengan saus. Menurutnya, itu versi terbaik untuk menikmati burrito. Mereka tidak banyak berbicara. Louise hanya suka memandangi laki-laki itu di atas dek kapal dan melempar kailnya ke tengah danau. Ed juga memasang penjerat di kapalnya, namun itu tidak cukup membantu. Pagi itu cuacanya cukup bersahabat. Louise akan memanfaatkannya untuk berbaring di atas rumput sembari memejamkan mata. Sementara Ed duduk di sampingnya, menikmati torilla isi ayam dengan lahap. “Kau yakin tidak ingin satu?” tanya Ed dengan mulut yang terisi penuh makanan. “Tidak terima kasih. Aku sudah cukup menikmati dengan mencium aromanya.” Ed terkekeh. Laki-laki selalu mengejutkan Louise dengan tindakannya. “Kau akan menyesal.” “Mungkin. Tapi aku hanya ingin berbaring di sini.” “Apa rencanamu pekan ini?” “Kembali ke sekolah, bekerja. Apa rencanamu?” “Aku mengusulkan liburan.” Louise membuka satu matanya, memandangi Ed dengan kening berkerut. “Apa?” “Sebenarnya kemah. Acara pramuka. Aku menghubungi Tyson, aku bilang bahwa sebaiknya aku ikut berkemah.” Seringai muncul di wajah Louise. Namun itu bukan seringai yang dimaksudkan untuk apapun dan membayangkan Ed pergi berkemah tanpanya sudah cukup menganggu. Louise bisa saja melarangnya pergi, tapi Ed tidak akan menyukai tindakan itu. Jadi, Louise berkata, “kau tidak suka berkemah, kau tidak menyukai kegiatan pramuka. Kau bilang sendiri padaku.” “Well, aku terkejut kau masih mengingatnya. Tapi aku akan tetap berkemah.” “Kapan?” “Lusa.” “Kenapa kau tidak mengatakan rencana itu? Aku bisa mengajukan cuti sejak minggu lalu. Minggu ini sangat sibuk.” “Maaf sayang, tapi kemah ini kegiatan khusus dan aku tidak yakin dapat membujuk Tyson untuk mengajakmu ikut serta. Lagipula ini hanya kegiatan anak-anak, kau tidak perlu ikut.” Perkataan itu membuat Louise geram. Ia menopang tubuhnya dengan kedua siku dan menatap Ed dengan kesal. “Oke, sementara kau bersenang-senang, aku mengerjakan pekerjaanku..” “Jangan terlalu membesar-besarkan masalahnya..” “Tidak, itu sangat jelas. Aku mengerjakan pekerjaan sialan itu, kau berguling-guling di atas lumpur..” Tawa Ed menggelegar. Laki-laki itu menelan makanannya dengan cepat. “Tidak seperti itu. Aku tidak akan berguling-guling di atas lumpur.” “Tolong Ed, jangan memutar kata-kataku!” “Dan jangan mencoba berpikir buruk! Dengar, aku hanya akan pergi sehari setelah itu aku kembali. Lagipula itu seharusnya bagus untukmu. Kau bisa melakukan apa yang kau sukai seperti, menyetel musik norak itu atau.. menonton seharian. Kau bisa mengosongkan seisi kulkas kita atau mengotori seprai.” “Aku akan mengencingi bantalmu, dan tidak – musikku tidak norak. Kau membuatnya terdengar sangat buruk Ed.” “Maaf sayang, tapi sebaiknya kita tidak berdebat disini.” Louise ingat ia mengoceh sepanjang perjalanan. Namun itu tidak menghentikan Ed untuk mengurung niatnya. Hari-hari yang dihabiskannya dengan menyantap kentang dan cola di rumah telah berakhir. Louise tertidur cukup lama hingga suatu saat ketika ia terbangun di pagi hari dan duduk sembari meneguk anggurnya hingga langit gelap, Louise menyadari bahwa Ed tidak pernah kembali. Semua berawal dari kemah sialan itu. Kalau saja Louise bisa mencegahnya – atau setidaknya ia memaksa Tyson untuk membiarkannya ikut, Louise mungkin dapat mencegah pertemuan Ed dengan Lidia. Bocah kepala besar itu pasti menggoda Ed sementara Louise hanya berdiri di dapurnya, berkutat dengan potongan kentang dan acar sembari mendengarkan musik favoritnya dan terus berharap hujan badai akan turun sehingga mengacaukan acara kemah itu. Louise tidak pernah merasa lebih baik ketika menertawakan Ed. Bagian terbaik dari semua itu, Louise dapat menghabiskan satu lemari penuh gin tanpa memikirkan Ed, dan ketika semuanya benar-benar terjadi Louise menjadi kacau. Setidaknya ia mendapatkan hiburan baru dengan percakapan bersama Rita Foster. Siapa sangka hal itu mampu mengalihkan pikirannya barang sejenak dari kekacauan yang dibuat Ed? Meskipun ia merasa geli karena menciptakan kesan yang buruk di hadapan Rita, Louise merasakan kekosongan yang sama di mata Rita. Menatap wanita itu dari dekat nyatanya hanya menguatkan gagasan Louise tentang apa yang mungkin dirasakan wanita itu. Rita Foster kesepian di dalam istana yang dibangun Jim untuknya. Itu tidak dapat dipungkiri. Louise menambah catatan kecilnya agar ia tidak lupa untuk memasukkan kata itu di dalam jurnalnya. Louise merasa geli dengan dirinya. Ia menegaskan pada Ed bahwa dirinya tidak menyukai fiksi. Namun, ada banyak hal di kepalanya, gagasan yang hanya didasari oleh spekulasi kosong bahwa Rita tidak bahagia dengan pernikahannya dan Louise memiliki dorongan besar untuk menulis hal itu dalam jurnalnya. Ia telah mendapat prolog yang bagus:   Ada beberapa hal aneh tentang sebuah potret kehidupan yang kau kagumi: terkadang mereka berperilaku berbeda, dan itu berada di luar rencanamu. Aku sudah cukup melihat untuk menyimpulkan kebenaran ini: wanita itu tidak bahagia. Entah dengan dirinya, atau pernikahannya, tapi siapapun dapat melihat itu dalam kedua matanya. Dia membutuhkan bantuan, namun siapa yang akan membantu seseorang yang duduk di singgasana mewahnya? Orang-orang hanya akan berpikir dia telah memiliki segalanya, orang-orang hanya akan berpaling untuk mengetahui bahwa dia sepenuhnya baik-baik saja, kecuali - bagi mereka yang benar-benar melihat ke dalam tatapan kosongnya. - PUNISHMENT
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD