Sepanjang perjalanan aku terus merenungi ucapanku pada Bia kemarin. Aku benar-benar menyesal membuatnya menangis sampai seperti itu. Mungkin Bia memang bukan siapa-siapa, tapi aku yang memutuskan untuk membawanya masuk ke dalam kehidupanku karena sejujurnya sejak awal Bia hanya ingin bersembunyi di kamarku saja. “Hari ini anda ada janji dengan tuan besar, tuan muda.” Ucap Robi membuyarkan semua pikiranku. Aku mendesah mengingat hari ini aku harus bertemu kakekku yang menyebalkan itu. “Apakah kali ini bisa di cancel.” Aku berusaha menghindarinya sekalipun aku tahu Robi tidak akan pernah memihakku. “Maaf Tuan Muda, tapi anda tahu sendiri kalau Tuan Besar tidak suka anda berusaha kabur seperti ini.” Jawaban Robi yang seperti biasa membuatku kesal. “Saya bayar kamu lima kali lipat dari ya