Meet Al's Brothers

1655 Words
“Mommy....” Aktivitas makan malam yang dilakukan keluarga Tritas berhenti sejenak. Mereka semua memilih diam untuk mendengarkan apa yang anggota keluarga termuda mereka ingin sampaikan. “Teman sekolahku...... Mereka ingin berkunjung ke rumah. Aku telah berjanji pada mereka untuk sesekali mengundang mereka ke rumah, apa aku bisa membawa mereka kesini?” tanya Al penuh harap. Al sudah beberapa bulan ini selalu bermain bersama teman-temannya Steve di sekolah, dan dia sudah melihat sendiri betapa baiknya mereka. Mereka mungkin terlalu sombong dan menyebalkan diluar. Tapi di depan Al, mereka selalu bersikap baik dan penuh dengan tawa. Al pikir, mereka sudah siap Al perkenalkan pada keluarganya. Agar keluarganya sendiri tahu, Al tidak akan menyembunyikan apapun lagi dari mereka. Lussac adalah orang yang pertama kali mengerutkan kening menatap Al untuk penjelasan. Dia harus tahu siapa yang kali ini menjadi teman adiknya. Al juga memperhatikan raut muka keluarganya yang meminta penjelasan lebih, jadi dengan gugup Al kembali menjelaskan agar keluarganya mau mengerti kali ini. “Itu..... Mereka temanku dan juga Steve. Merekalah yang selalu menemaniku semenjak….. Semenjak Fian pergi.” Al menurunkan suaranya di akhir kalimat. Wajahnya kembali sedih mengingat teman pertamanya itu. Lagi-lagi keluarganya merasa bersalah melihat tingkah Al, sehingga dengan cepat Gena bangun dari kursinya dan mengelus rambut anaknya itu dengan pelan. “Tentu saja boleh Sayang..... Ajaklah mereka besok sehingga Mommy bisa menyiapkan kue yang enak untuk mereka. Lagipula Mommy sepertinya sudah lama sekali tidak melihat Steve. Steve kan anak baik, Mommy yakin teman-temannya juga bukan orang yang jahat. Bukankah begitu, Sayang?” Ketiga penghuni yang lain ingin protes, sebelum Gena memelototi mereka seolah mengatakan ‘protes maka aku akan marah’. Ryan juga pasrah, ada baiknya Al memang segera dekat dengan Steve, walaupun jauh di dalam hatinya ia masih belum rela anaknya tumbuh sejauh itu. “A,ah ya…… Mereka pasti anak yang baik. Kau boleh membawa mereka kesini Al, tenang saja,” ujar Ryan setelah Gena memelototinya tajam. Lylo juga segera menendang kaki Lussac saat anak tertua keluarga Tritas itu hampir saja protes didepan Al. Lylo memberi kode untuk Lussac agar melihat Gena, yang tengah menatap mereka tajam walau bibirnya menyunggingkan senyum. “Yah….. Jika Al meminta, mana mungkin kakakmu ini menolak,” ujar Lussac sedikit gugup. Berbeda dengan wajah gloomy milik kakak dan daddynya, Al malah tersenyum dan memeluk tubuh mommynya erat. Dia memang yang terbaik di antara keluarganya yang lain. Sehingga jika Al menginginkan sesuatu yang tidak mungkin diberikan Daddy atau kakanya, maka dia akan memintanya kepada Omega manis itu. Mommynya, satu-satunya keluarga yang begitu mengerti Al. Di tengah bunga-bunga yang terdapat disekitar Al dan Gena, pelayan-pelayan yang ada disana mendesis ngeri. Kedua Omega itu, entah sadar maupun tidak telah menghancurkan harga diri sekaligus tiga Alpha elit hanya dengan tingkah mereka. ***** Hari ini, tepat saat jam pulang sekolah dua mobil limousine terparkir indah di halaman sekolah untuk menjemput Al beserta teman-temannya. Mereka tidak keberatan mendapat tumpangan, apalagi saat tahu bahwa Al memang benar-benar seorang omega dari keluarga elit. Mereka banyak bercengkarama sampai mobil berhenti tepat didepan rumah keluarga Tritas. Seseorang membukakan pintu untuk mereka, sementara yang lain dengan sigap segera mengambil tas masing-masing anak untuk mereka benahi. Bagi mereka anak orang dari kalangan atas, melihat rumah besar Al masihlah sesuatu yang mampu membuat mereka takjub. Keluarga Tritas memang terkenal di Negara ini, karena memiliki begitu banyak koneksi kuat dari berbagai bidang. Jadi walaupun mereka tulus berteman dengan Al karena anak itu menyenangkan, orang tua mereka masih tetap mendukung keras agar mereka tetap akan berteman dengan dengan anak manis itu. “Hey Al,” panggil Carlos. “Kulihat sepertinya di rumahmu ini hanya ada pekerja Beta dan Alpha ya? Aku tidak melihat satupun Omega sedari tadi,” tanya Carlos penasaran. Wajar saja dia penasaran, Omega walaupun memiliki fisik yang lebih lemah dari Alpha memiliki kelebihan jika itu menyangkut pekerjaan rumah. Banyak dari omega biasa memilih bekerja di rumah para elit sebagai koki, pekerja kebun atau maid. Sehingga melihat rumah sebesar ini tiak memiliki pekerja Omega sama sekali, itu jelas aneh bagi mereka. “Daddy bilang mempekerjakan Omega bersama para Alpha itu tidak baik, jadi para Omega yang mendaftar bekerja di sini Daddy buatkan paviliun khusus di sebelah barat rumah. Tugas mereka akan dikirim oleh para Beta yang bertugas setiap beberapa hari sekali. Ah, kecuali Pere mungkin. Ayahnya kepala pelayan di sini. Jadi walaupun Pere seorang Omega sepertiku, dia bebas masuk ke rumah utama kapan pun dia mau,” jelas Al panjang. Yang lainnya mengganguk paham mendengar penjelasan Al, banyak mereka tahu bahwa keluarga Tritas terkenal dengan kesopanan dan harga dirinya yang tinggi dan patut dibanggakan. Pere, pelayan pribadi Al segera datang saat tahu tuannya telah kembali. Wajahnya yang putih tersenyum hormat kepada mereka semua. Tangannya segera melepas jaket Al dari tubuh Omega itu, sebelum sedikit membungkuk saat Bard keluar beserta jejeran pelayan lainnya. “Selamat datang teman-teman Tuan Alkana. Nyonya besar telah memberitahu saya bahwa kalian akan berkunjung hari ini. Sayang sekali jika mereka tidak bisa menyambut Anda secara langsung. Tuan besar dan yang lain akan datang sejam lagi, saya akan beritahu lagi jika mereka telah datang. Sambil menunggu, silahkan masuk ke ruang game yang telah saya siapkan. Disana jug ada beberapa camilan manis untuk dimakan sabil menunggu makan siang." Al merenggut tidak suka. Padahal, Al sudah sangat tidak sabar mengenalkan sang Mommy pada teman-temannya. Mereka pasti terpana melihat Gena. “Pelayanmu..... Wajahnya manis juga,” ujar Carlos tiba-tiba. Matanya tidak lepas sedari tadi dari sosok Pere yang mengekor di belakang Al. Al tersenyum. Sebelum balas membisik pula. “Jangan macam-macam. Paman Bard adalah ayahnya. Kamu bisa dibunuh jika berani mendekati Pere." “Memangnya dia siapa? Aku kan Alpha yang hebat,” protes Carlos tidak terima. Ia tidak sadar, bahwa Bard juga sedari tadi mendengar ucapannya. “Dan Saya hanya Alpha yang setia pada keluarga Tritas, Tuan." Carlos melonggo, langkahnya terhenti walaupun itu berarti dia ditinggalkan karena Bard tetap berjalan membimbing teman Al yang lain. “Kepala pelayan seorang Alpha? Keluarga macam apa ini?” gumam Carlos tidak terima. ***** “Al.” Al menoleh, menatap teman-temannya yang nampak canggung. “Aku tahu keluargamu mungkin tidak mempercayai kami. Namun..... Tidak kah berlebihan mempekerjakan bodygyard sebanyak ini hanya untuk memelototi kita di ruangan ini?" protes Carlos sedikit berbisik. Ia tidak mau, para bodyguard kalangan Alpha kuat seperti mereka terus memelototinya layaknya seorang terdakwa. Al juga baru sadar, jadi sebelum temannya semakin tidak betah ia berniat mengusir para bodyguard itu sebelum Bard datang membuka pintu ruang game. “Tuan Alkana, Tuan Besar dan yang lain telah kembali dari perjalanan mereka. Silahkan temui mereka di ruang keluarga, Tuan,” ujar Bard memberi tahu. Al mengangguk kecil sebagai balasan. Sebenarnya sedikit gugup harus mengenalkan temannya kali ini. Dia takut, jika temannya kali ini juga akan dibenci keluarganya. Apalagi saat melihat bahwa mereka adalah sekumpulan Alpha. Tapi, semuanya sudah bilang bahwa mereka memercayai teman-teman Steve. Jadi kali ini tidak akan ada hal buruk yang mungkin terjadi bukan? Pintu ruang keluarga terbuka, menampakan empat eksistensi yang masih lengkap dengan pakaian formal mereka. Gena adalah yang pertama bangun dari duduknya, tersenyum manis sebelum memeluk Al hangat. “Maaf Mommy harus pergi ke kantor daddymu dulu tadi karena hal mendesak. Temanmu tidak menunggu lama kan?” Al menggeleng, diam saja saat Gena mencium pipinya di depan semua orang. “Dan Steve, senang melihatmu sudah besar dan sehat. Sampaikan salamku pada Ibumu ‘kay?" Kini pelukan itu beralih pada Steve, yang dengan senang hati menerima pelukan itu. Gena, di tangan Steve juga terlihat begitu mungil, walaupun tidak semungil Al saat berdampingan dengan Steve. Gena berlanjut memeluk semua teman Al yang bertingkah canggung, apalagi saat melihat adanya aura tidak enak dari ketiga orang lainnya di belakang mereka. Sadar akan situasi, Gena segera menarik Ryan untuk bangkit dan berpamit pergi ke kamar setelah berpesan pada Bard agar membawa kue buatannya ke ruang game lagi. Gena juga berpesan agar Lu dan Lylo segera pergi setelah mereka berdua berkenalan dengan teman-teman Al. Setelah orang tua Al pergi, Lussac bangkit dari duduknya lalu membenarkan jas mahalnya dan tersenyum dingin pada teman-teman Al. Tatapannya hanya melembut saat dia akhirnya melihat wajah Al yang gugup, sehingga tanpa sadar Lussac hanya bisa menghela nafas berat. “Kamu tidak membiarkan mereka masuk ke kamarmu kan Al?” tanya Lusaac. Al segera menggeleng. Tentu saja ia ingat perkataan kakaknya sejak kecil untuk tidak membiarkan siapapun memasuki kamarnya, kecuali keluarga terdekatnya tentu saja. Dia tidak akan mengecewakan siapa pun lagi, jadi setuju saja saat Bard sebelumnya mengantar mereka langsung ke ruang game. Lussac tersenyum puas, sedikit membelai rambut adiknya pelan sekali sebelum kembali memandang dingin teman-teman Al yang tidak berkedip sedikit pun melihat adegan brothership itu. “Jangan ganggu Al sedikitpun atau kalian akan berhadapan denganku dan seluruh keluarga ini.” Lussac memandang taajm semua orang yang menyebabkan, walaupun mereka sesama Alpha tampak sedikit terancam melihatnya. Walaupun, ada satu Alpha yang tidak sedikitpun terpengaruh dengan aura itu. Steve, yang berdiri paling depan tersenyum sambil mengangguk santai. Lylo akhirnya ikut bangkit dari duduknya, tersenyum kecil sebelum menarik lengan Lussac. “Kami akan permisi untuk sekarang. Al, jangan mencoba untuk mengusir bodyguard yang kami berikan untukmu atau kau akan membuat kakak marah,” peringat Lylo dengan sopan. Tangannya mengusap gemas rambut Al yang wajahnya terliha terkejut karena tiak menyangka akan tertangkap basah hampir mengusir para pengawal tersebut. Lylo memang baik, namun tetap akan menyeramkan jika sudah marah apalagi jika mempunyai Lussac dan keluarganya yang lain sebagai pendukungnya. Mereka berdua pergi, membuat beberapa anak tanpa sadar menghela nafas lega dan mulai duduk dengan santai. “Keluargamu menyeramkan. Ternyata rumor yang beredar tentang keluarga Tritas memang benar. Mereka hanya baik pada seseorang yang dekat dengan mereka dan senang bertingkah overprotektif padamu, satu-satunya anak Omega dalam keluarga ini,” celetuk Carlos sambil mengunyah kue yang dibuat Gena dengan santai. “Ngomong-ngomong kuenya enak sekali,” komentar Carlos lagi. Al tersenyum geli, duduk bersama mereka dan mulai mengobrol lagi. Di dalam hatinya dia lega, ternyata keluarganya tidak menolak teman barunya sekarang. To be continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD