bc

Satu Atap

book_age16+
14
FOLLOW
1K
READ
dominant
heir/heiress
drama
bxg
city
highschool
like
intro-logo
Blurb

Mezo Calixton Ryszard pria berwujud manusia tapi bersikap layaknya iblis. Tidak tersentuh dan tidak bisa dikendalikan oleh siapapun, bahkan oleh orang yang di cintai oleh Mezo.

Zea Arshinta Quenby, hidupnya awalnya sangat tenang, tapi ketenangannya sinar saat pria yang diincari oleh banyak wanita itu terus saja mengikuti dan menganggunya, dia adalah Mezo. Bahkan Mezo juga selalu merecoki Bima yang merupakan pacarnya untuk pergi dari kehidupan Zea.

Hidupnya selalu bermasalah setelah menatap mata Mezo untuk pertama kalinya, kalau Zea tahu akhirnya akan seperti ini, Zea tidak akan pernah mengangkat kepalanya sekalipun untuk menatap pria arogan itu.

Keadaan semakain memburuk saat Zea harus menikah dengan Mezo, semua rencana untuk menikan dengan Bima sinar begitu saja akibat pria yang paling Zea benci. Kebencian yang tertanam di hati Zea membuat Zea yakin untuk membuat Mezo menderita.

Kehidupan penikahan yang sudah sangat berantakan membuat Mezo sudah tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangga ini, lalu apa perpisahan bisa menyelesaikan semua permasalahan mereka?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Benci
Zea menatap lurus ke arah Mezo yang perlahan menghilang di penglihatannya. Perasaannya cukup lega sekarang. Ia menghapus air matanya kasar, setelahnya ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkon. Sampai di kamar ia kembali menangis, rasa sesak karena tangisan ini membuatnya sulit untuk bernafas. Wajah pria yang menikahinya itu masih teringat jelas. Zea berjalan menuju meja hias, menatap wajahnya yang sangat berantakan. Membuka pasminanya, lalu membuka laci untuk menaruh pentul. Tapi matanya malah salfok dengan cincin yang berada di dalam laci itu. Cincin penikahan, cincin yang hanya di pakai saat acara penikahan setelahnya Zea langsung membukanya. Berbeda dengan Mezo yang selalu menggunakan cincin penikahan itu. Zea mengambil cincin itu dan membuangnya kesembarangan arah. Zea tersenyum sinis. Lalu kembali menatap wajahnya, apa karena wajah ini Mezo suka padanya? Zea sering mendengar orang yang memujinya dengan kata cantik. Tapi kenapa pria itu tidak pilih wanita lain saja yang sudah jelas-jelas lebih cantik dari pada dirinya. Ia kembali mengarah ke arah pintu. Hanya mengecek apa pria itu kembali ke kamar atau tidak. Zea tidak merasa bersalah sama sekali, ia malah merasa lega. Setidaknya Mezo bisa lebih sadar diri. "Akan ku buat kau muak dengan penikahan ini," lirih Zea dengan suara pelan sambil tertawa jahat. Clek. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunan Zea, ia melirik ke arah pintu. Rupanya pria itu yang kembali. "Masih punya muka lo balik ke sini?" tanya Zea. "Ini rumah gue, nggak usah sok berkuasa," jawab Mezo. Zea hanya tersenyum masam. "Makanya cerain gue biar gue bisa pergi dari rumah lo." Mezo yang geram langsung mengambil vas bungannya dan melempar tepat ke arah cermin yang berada di samping Zea, hingga menimbulkan suara pecahan kaca yang memekakkan telinga dan Zea sampai terjatuh sangking terkejutnya. Mezo tidak dapat menahan amarahnya lagi, perempuan ini sudah merendahkan harga dirinya sebagai pria kehadapan semua pekerja di rumah ini, dan sekarang malah mencari gara-gara lagi. "Jangan bikin gue marah. Lo tau gue bukan orang penyabar kan! Berhenti omong kosong." Meso mengeram marah, menekan sekuat tenaga tangannya agar tidak memukul Zea. Jika saja orang yang dihadapannya ini bukan wanita, sudah Mezo pastikan orang itu akan sekarat. "Apa lo hah! Lo pikir gue takut?" balas Zea dengan nada yang tinggi tapi ada getaran di sana. "Lo tu penjahat!" cerca Zea lagi. "Cuman gara-gara foto penikahan itu lo jadi semurka ini?" Mezo memandang Zea tidak habis pikir. "Kita itu memang berjodoh Ze, lo harusnya sadar!" "Nggak, gue nggak mau berjodoh sama lo! Lo penjahat kelamin!" "Maksud lo?" "Lo pikir gue nggak tau? Kalau lo pernah hamilin anak orang terus lo tinggalin?" ucap Zea, ia mengetahui itu semua dari Bima. Sejak saat itulah Zea menjauh, bahkan untuk menjadi teman saja ia ogah. Zea sangat membenci orang yang tidak bertanggung jawab. Mezo mengeluarkan wajah terpelongonya. Kapan? Ia tidak pernah menghamili wanita lain. "Lo gila ya? Nggak pernah ya!" "Penjahat mana ngaku penjahat.” Mezo menghela napasnya. Pasti ini fitnah dari Bima. Ia melirik ke bawah dan tanpa sangaja melihat kaki Zea yang berdarah. Mezo menarik rambutnya kasar, sungguh kenapa bisa ia melakukan kekerasan lagi. Ia berjalan mendekat ke arah Zea, dengan otomatis perempuan itupun ikut mundur. "Berhenti!" Perintah Mezo, ia tidak ingin beling itu kembali menggores telapak kaki Zea. Mezo langsung mengendong Zea, dapat Mezo rasakan Zea yang memberontak minta diturunkan, tapi percuma karena kekuatan Zea tidak sebanding dengan Mezo. "Kaki lo luka," ucap Mezo setelah mendudukkan wanitanya di atas kasur. Zea melirik kakinya, benar kakinya luka. Zea baru menyadarinya dan sekarang baru rasa sakit itu menyalar. Sekarang Zea hanya diam, memerhatikan Mezo yang membersihkan telapak kakinya, lalu di beri obat luka. Setelahnya Mezo berdiri dari duduknya, mengelus pelan rambut panjang itu. Zea langsung menghempaskan tangan itu dari rambutnya. "Lo harus nurut kalau mau hidup tenang!" tekan Mezo ia herap wanita ini mengerti. "Jangan keluar rumah dulu!" ucap Mezo lembut lalu menunduk hendak mencium bibir ranum itu, tapi Zea malah memalingkan wajanya hingga Mezo hanya dapat mencium pipi itu. Mezo tidak masalah, ia mencium pipi itu sampai tiga kali. Saat hendak memberi ciuman ke empat, Zea mendorong wajahnya dan menampakkan wajah galaknya. "Nggak usah lo cium-cium gue." Mezo hanya terkekeh pelan. Lalu berbalik membersihkan semua kaca itu dengan tangan kosong. Hingga bersih total, lalu membuangnya ke tong sampah. "Gue mau bilang sesuatu," "Apa sih," balas Zea ketus. "Kalau lo mau marah jangan kayak tadi lagi, banyak orang rumah yang liatin." Setelah mengucapkan itu Mezo keluar dari kamar. Saat berjalan keluar ia berpapasan dengan Papanya. "Masih punya malu juga lo!" sindiran dari Zea tidak membuat Mezo perduli. "Hebat banget kamu ya sampai rebut cewek kakak mu," ucap Rendi, Papa Mezo dengan nada menyindir. Sambil meminum kopinya santai. Selesai sudah, Papanya sudah tahu semuanya. Hal ini membuat Papanya pasti semakin curiga bahwa ia yang membawa lari Bima, padahal jujur Mezo memang berniat membunuh pria itu. Tapi rencana itu ia gagalkan karena Mia, mamanya. Bisa sajakan pembunuhannya ketahuan, dan Mezo masuk penjara. Jika begitu siapa yang akan menjaga Mia nantinya? "Saya tau kamu yang melakukan itu, saya akan mencobloskan kamu ke dalam penjara," Mezo tertawa kecil, "Oke," jawab Mezo santai. Mezo merasa seperti anak pungut, rasa percaya Papanya pun tidak ada untuknya. Berbeda saat kecil, Papanya sangat sayang dengannya. *** Mezo tidak kembali masuk ke dalam rumah, ia hanya duduk di taman dengan bir yang berada di tangannya. Kepalanya pening berputar-putar. Makanya Mezo memilih minum bir yang mungkin bisa meredakan sakit ini. "Kenapa sih hidup gue sekacau ini," kesal Mezo saat berbalik pandangannya, hingga ia tidak sengaja melihat ke arah Zea. Ia tersenyum, meski senyumannya tidak di balas. "Nggak! hidup gue nggak kacau, ada dia." Senyuman Mezo langsung lepas saat mengingat wajah Zea. "Tidak apa-apa, gue yakin hidup gue bakalan happy ending," lirihnya pada dirinya sendiri. Mezo kembali melirik ke atas, di mana tadi ada Zea yang berdiri di dekat jendela. Tapi percuma Zea sudah menghilang. Mezo membuang bir itu, ia berjalan ke arah taman, lalu berjalan hingga masuk ke sebuah bangunan yang tampak seperti gudang. Awalnya ini memang gudang, tapi Mezo menyuruh orang agar memperbaiki gudang ini menjadi lebih baik. Hanya di dalam, tidak di luar karena ia tidak ingin orang tau kalau di dalam ada kehidupan. Ia memilih tempat ini karena orang kelas tinggi seperti Papanya mana mau masuk ke dalam gudang seperti ini. Di dalam tidak terlalu banyak barang, hanya ada meja, kasur, TV kecil, lemari dan kulkas. "Kenapa?" tanya Mezo saat Zidan meneleponnya. "Mau ikut ke club nggak?" "Nggak." Tut. Sambungan telepon langsung mati. Mezo kembali meletakkan ponselnya. Ia tidak bisa ke club jika dalam keadaan galau seperti ini, jika datang malah menambah sakit kepala karena suara musik yang terlalu kencang. Ia merebahkan badannya ke atas kasur dan berharap semua yang terjadi hari ini tidak akan terjadi besok. Sebelum tidur, ia kembali melihat foto penikahannya. Foto penikahan yang tidak terlihat bahagia. Zea yang wajahnya seperti senyum yang di buat-buat dan Mezo yang tersenyum kaku karena dia tidak terbiasa berfoto. Tidak tau seperti apa kehidupannya dengan Zea nantinya, tapi Mezo akan berusaha membuat Zea mencintainya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.7K
bc

Marriage Aggreement

read
83.6K
bc

Dilamar Janda

read
322.1K
bc

Sang Pewaris

read
53.4K
bc

Scandal Para Ipar

read
700.1K
bc

JANUARI

read
39.2K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.7M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook