“Ayu… kamu masih bahagia?” Tak bersuara. Ayu memilih diam. membiarkan kalimat itu melebur bersama ramainya suasana. Sebenarnya definisi bahagia itu seperti apa? Setelah Ibu meninggal. Ayu tak menemukan tempat bahagia di mana pun ia berada. Senyum? Tertawa? Ya, Ayu melakukannya. Tapi… semua tak sama. Separuh dirinya hilang. Tujuannya telah pergi ke sisi Tuhan. Cita-citanya menguap perlahan. Memang untuk apa sifat ambisius Ayu terbentuk jika bukan untuk membahagiakan Ibunya? Membawanya dari tempat buruk itu ke tempat yang lebih layak. Membiarkan Ibunya untuk sekedar bersantai sejenak dari rutinitas yang terasa mencekik setiap hari. Hanya demi sekantong beras. Hanya demi upah yang tak seberapa. Ah, jika diingat rasanya sesak. Ayu tidak sempat. Ayu terlambat membahagiakan Ibunya. “Ay
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books