Zasya sedang duduk di ruang televisi sambil memakan cemilannya, tak lama ketukan pintu terdengar
"Iyaaa sebentar" teriak Zasya.
Zasya berjalan cepat menuju pintu rumah dinas Papahnya ini
"Eeh om" sapa Zasya sopan ketika melihat seseorang lelaki datang kerumah papahnya dengan seorang wanita. Dilihat dari pakaiannya sih mereka mau Ngajukan Nikah. Kenapa Zasya berfikir seperti itu, karena si Om memakai baju dorengnya dan si kakak cantik ini memakai baju PSK-nya yang masih polos belum ada lencananya
Sidiq Murrahman. Eja Zasya dalam hati "Bapaknya ada Dek?"
Zasya mengangguk, lalu mempersilahkan Om itu duduk dan memanggil Papah Mamahnya yang ada di dapur "Saya permisi Om Tante, mau manggil Mamah sama Papah"
☆☆☆
"Kudu banget yah Kak kaya gini?"
"Husssst! Bisak gak sih Bang, sesekali dukung Kakak? Kakak cuma mau liat orang ngajukan nikah kaya gimana"
Musa memutarkan bola matanya kesal, apa apaan sih kakaknya ini. Tiba tiba meminta dirinya untuk menemani Zasya mengintip orang ngajukan nikah
"Kaak---"
Zasya langsung menyumpal mulut adiknya dengan apel merah di tangannya "Bicik Lu Bang ah elah, sekali ini aja lagian diem temenin gue"
Musa mengangguk - angguk, diakan cuma ingin meminta apel Kakaknya satu kali gigit saja, tapi malah dikasih semuanya. Ya sudahlah yah rezeki anak bapak Dzaki
Zasya menepuk jidatnya "Apel merah gueeee" geramnya dengan bisikan
Musa memajukan mukanya dari si belakang Zasya menjadi di samping kanan Zasya "Kenapa Kak"
Zasya menghembuskan nafas kasar "Diem!"
Baiklah baiklah, Musa akan diam kakak Zasya tercantik se dunia Aranbelle.
☆☆☆
"Gue nikah sama tentara aja kali ya Bang"
Musa tersedak buah pisang yang sedang ia makan "Apa Kak?"
Zasya memutarkan bola matanya kesal "Tidak ada pengulangan!" Ketus Zasya
Musa tertawa, lalu meminum air mineral yang ada di meja rias kamar sang Kakak "Nikah gih sana, tapi---"
"Tapi apaa!!!"
Musa terkekeh geli "Siapa coba tentara yang mau sama Lo kalo Lo galak Kak" tawa Musa pecah
"MUSAAAAAAA KELUAR DARI KAMAR GUE SEKARAAAANG!!!!!!!"
☆☆☆
"Halo Bang? Dimana lo"
Musa memutar bola matanya kesal, tadi kakaknya sendiri bukan yang mengirim pesan untuk menjemput dirinya dan menunggu di depan warung Es Teh Tarik? Ini mengapa dia sendiri yang menanyakan posisi Musa di mana dalam telepon.
"Gak kebalik Kak? Gue yang harusnya nanya dimana. Gue sama Om Haris di depan warung es Teh Tarik. Buruaaaaan gue mau futsaaaal"
Terdengar suara kikikan geli dari ujung telepom Musa
"Ampun deh, degem galak bed deh awhh"
Musa tebak itu suara teman kakaknya yang banci itu. No, sebenarnya sih teman Kakaknya itu cakep. Banget malah, Musa saja sampai iri. Tapiiiiii sayang, cucok
"Kak, 6 menit gak nyampe nyampe gue sama Om Haris jalan duluan, lo balik aja sana sama Gibran"
"Hilbran b**o Hilbran!"
Musa memutarkan bola matanya kesal "Satuuu"
"IYA IYA BAWEL JALAN NIH GUE LAGI DIJALAN"
☆☆☆
"Punyak adik ko sebelas dua belas sama Papah. Sama sama disiplin banget. Sengiiiit."
Musa diam, tidak mau menanggapi ocehan sang Kakak yang menurutnya tidak perlu. Sedangkan Pratu Haris sudah tertawa melihat pertengkaram dua kakak beradik ini
"Yooh kan anaknya Zasya, ya mirip laah" timpal Haris
"Masih mending gue sebelas dua belas sama papah. Lah elu? Mirip doang sama papah. Tapi sifat? Mirip siapa lo?" Musa tiba tiba bersuara
Zasya tiba tiba mengkibaskan rambutnya "Mirip mamah lah" bangganya
"Mamah bawelnya faedah, lah elu? Bawelnya biar di nikahin tentara"
Zasya melotot "BONGSAAAAI MUSAAAAAA"
Haris tertawa, Musa tertawa dan Zasya menekuk mulutnya kesal. Ya, Zasya kesal.
☆☆☆
Zasya memutuskan untuk ikut Mamahnya kumpul persit. Yaaa daripada bosan dirumah bukan. Musa pergi futsal, tidak mungkin Zasya ikut, bisa di godain sama temen temen Musa lagi Zasya. Pernah Zasya nekat ikut Musa futsal, alhasil dirinya di godain oleh temen temen Musa dan berakhir dengan Musa memarahi mereka semua. Adiknya itu benar benar the best deeeh!!!
"Aya mau duduk di depan sama Mamah?" Tanya Syakila
Zasya mengangguk "Emang Aya mau duduk dimana lagi coba? Emang Aya persit apa duduk se bebasnya" keki Zasya
Syakila terkekeh "Iya Kakak iya, yaudah duduk, Mamah ambil brownisse coklat kesukaan kamu dulu"
Zasya tersenyum lebar dan mengangguk. Kebiasaannya dari kecil ketika kumpul persit yaa ini, brownisse atau bolu coklat andalannya akan menemani dirinya.
"Maaf Adek, ini barisan istri perwira, silahkan pindah ke belakang"
Zasya menoleh, meliahat om om yang menegur dirinya. Zasya menyerit, memangnya dia tidak keliatan anak dari seorang perwira yah.
"Dia anak saya Om"
Zasya tersenyum, aaaah my wonder women
"Ohh, maaf ibu. Saya tidak tahu" raut wajah tentara itu sedikit tidak enak. Sebenernya Zasya sedikit keki sih, tapi melihat Mamahnya saja tersenyum kepada om itu, Zasya jadi ikut tersenyum.
"Iya Om gapapa" bukan Syakila yang berbicara itu, tapi Zasya
☆☆☆
Zasya berjalan cepat, dia kebelet pipiiis.
"Kenapa dari tempat duduk Mamah ke toilet jauh banget siiih" keluh Zasya
Zasya sudah tidak tahan, tiba tiba saja Zasya kebelet pipis. Mata Zasya merem-melek menahan pipis.
Dikit lagi, dikiiiiit lagi Zasya akan masuk kedalam toilet itu, namun om om berbaju loreng berjalam cepat dan sudah berdiri didepan pintu toilet
"OMMM PLEASE AYA DULU PLEASE" teriak Zasya. Ya tuhaaan, Zasya sudah tidak kuat seriuuus deeeh
Tentara itu menoleh, lalu menyerit bingung, belum sempat protesannya keluar, Zasya sudah masuk terlebih dahulu kedalam bilik toilet. Sepertinya dia tau siapa perempuan itu. Yaa. Itu anak dari perwira yang ia tegur tadi
☆☆☆
Zasya keluar dari kamar mandi dengan lega, akhirnyaaa. Senyum Zasya yang tadi mengembanh sekarang hilang. Bagaimana tidak hilang jika melihat ada tentara bermuka datar di depan kamar mandi dengan tangan dilipat pluuuuuuus ber diri sombong.
'Songong banget sih ber dirinya' batin Zasya
"Letnan Satu Arjuanda Pangestu" tentara itu mengulurkan tangannya kepada Zasya
Zasya terdiam kaku 'ini maksudnya ngajak kenalan gitu?'