SEMBILAN

1309 Words
Zasya melemparkan tubuhnya ke kasur. Lelah. Kata itu menghinggapi dirinya sekarang. Lelah fisik iya lelah batin pun iya. Bagaimana tidak lelah batin jika sepanjang perjanan dari Bekasi menuju Cijantung ia harus duduk bersebelahan bersama om judes itu daaan habis di judesi selama berjam jam. Zasya mengambil ponsel di slingbag nya, lalu membuka fitur whatsapp Sinasib Digantung Sin, salam dari om harus *haris Zasya menyimpan ponselnya di sisi kanannya, posisi Zasya masih sama. Yaitu telentang di atas kasur kesayangannya ini. Tak lama suara notif khas fitur chatting an itu berbunyi dari ponsel Zasya +62878780*** Selamat Malam gadis bawel Zasya mengerjapkan mata, siapa ini? Tidak ada foto profil di kontaknya. Tapi cimit. Zasya sepertinya tahu siapa yang memanggilnya dengan sebutan ini. Save nomor saya. Lettu Arjuanda. Zasya membelakan mata sempurna. Bisa bisanya om judes itu menyuruhnya menyimpan namanya di ponsel Zasya dengan iming iming pangkat. Dikira Zasya teman tentaranya kali yah. Tapi tunggu. Dapat dari mana om judes ini nomornya? "CIE KAMANJA LAGI CHAT SAMA CALON SUAMI CIE" Zasya bangkit dari tidurnya, lalu mengambil sisir biru kesayangannya di atas meja rias dan berjalan membuka pintu kamar. "BERISIK" "Auuuuh Kak Ayaaaa" Zasya tertawa puas, lalu kembali masuk kedalam kamar dan duduk di meja rias kamarnya. Tunggu. "MUSAAA SISIR BIRU GUEEEE" ☆☆☆ "Zasya" Zasya membalikan tubuhnya, mencari dimana asal suara yang memanggil namanya. Tak lama, Hilbran datang sedikit berlari menghampiri Zasya. Zasya tersenyum "Iya ka Hilbran?"            Hilbran tersenyum "Bulan ini gue daftar Akmil, doain yah?" Zasya membinarkan matanya, lalu mengangguk semangat "Yowaaah jelas dong Kak, semngaat! Semoga keterima jadi taruna yah Kak Ilbran" Hilbran tersenyum hangat, Zasya yang melihat pun merasa sedikit kikuk. Hilbran di sekolah lebih di kenal sebagai sosok yang kaku dam dingin tiba tiba tersenyum sehangat ini. Zasya kan jadi keringet dingin. "Makasi Zasya" tangan Hilbran mengacak pelan puncak kepala Zasya membuat Zasya menekukan mukanua kesal "Kakak tau gak, Aya cape nyisirnya ya ampuuuun" Hilbran tertawa, membuat semua murid SMA ELZARA yanh melihat menyerit bingung. Sejak kapan iceboy SMA Elzara bisa tertawa bebas? "Gue masuk akmil biar jadi suami lo, Dzasya Nur M yang entah M nya apa gue gatau" Zasya terdiam kaku. Ini apa apaan sih. Kenapa semua cowok yang Zasya cap judes berbicara masalah suami saja? Heran Zasya. ☆☆☆ Bu Risa sedang menjelaskan materi didepan, materi tentang persamaan logaritma. Zasya memperhatikannua dengan serius. Semester satu kemarin Zasya berhasil kembali menyabet juara 1 di kelas. Walaupun sering berpindahan dari sekolah ke sekolah lain bahkan dari kota ke kota lain, Zasya selalu bisa mengimbangi pergaulan dan nilainya. "Woy Aya" Zasya memutarkan bola matanya kesal, temannya ini selalu saja berbisik bisik jika berbicara, padahal guru di depan sudah tidak menjelaskan dan memberi mereka tugas "Apa sih Sina" "Shuuuut!" Sina menaruh jari telunjuknya di depan bibir Zasya "Gue mau nanya hal privasi dodol makanya bisik bisik" Zasya memutarkan bola matanya malas "Om haris?" Kali ini Sina langsung menjejeli mulut Zasya menggunakan roti bakar slai strawberry  yang Sina bawa dari rumah "Ember dasar!" Zasya terkikik geli "Jadi nanya gak?" Ya Allah ya Nabi salam alaika, kalau bukan karena penasaran sina gak mau deh lanjut ngobrol sama sahabat kelebihan asem jawa macem Zasya "Woy jadi gak nanya masalah om Haris?" Kali ini Sina tidak lagi menjejeli Zasya menggunakan rotinya lagi. Sina langsung menjejeli Zasya menggunakan tipe-x kertas milik Zasya sendiri "Wowou johot lo somo gowo" Jahat sedikit sama temen kaya Zasya tidak apa apa bukan? ☆☆☆ Musapi Gelondongan Kamanjah manjah gue gak bisa jemput lo yaks lo nanti di jemput sama adik letting Papah. Gue mau ada turnament futsal. Betewe doain gue menang yah. Jangan macem macem doain guenya. Udalah gue mau lomba. Selamat pulang kakak manjah Zasya menghela nafas pelan. Jadi adik ko kurang asemnya kebangetan sih. Zasya duduk di halte depan sekolahnya. Menunggu jemputan yang di maksud sang adik yang entah siapa siapanya Om Judes Sma elzara dimana yah? Masa sma hitz gatauuu, depan cafe solalai Ohh oke makasih Zasya kembali menghembuskan nafas pelan. Sekolah sudah sepi. Dan Zasya tinggal berdua, dengan ibu ibu yang sepertinya sedang menunggu abang ojek onlen. Zasya memperhatikan mobil grand livina white yang berhenti di depannya. Lalu mobil itu menurunkan kacanya "Zasya. Ayo pulang. Danki suruh saya jemput kamu" Zasya membelakan matanya. Yaampuuuun Papaaaah. Tidak puas apa kemarin dari sore sampau pukul 11 malam sudah membuat Zasya dan om judes ini ada di satu mobil yang sama. Dan kini mereka harus berada di satu mobil yang sama dan hanya berdua pula. Ya tuhaan, andai Zasya boleh memilih. Zasya memilih pulang sambing guling guling deh. *** "Tumben kamu diam saja" Zasya memutarkan bola matanya, bosan karena sudah mendengar kata kata itu berulang kali dari orang yang sama "Kamu tidak mau menyetel lagu korea kesukaan kamu?" "Suka suka dong Om" Arjuanda terkekeh dalam hati. Jadi ini rasanya menggoda seorang gadis muda "Ya sudah, mau makan dulu?" Aduuuh Mamah. Zasya mau nolak rasanya. Tapi ini masalah makan. Kegiatan kesukaan Zasya. Jika di tolak sama saja menolak rejeki. Kalo di terima? Tengsin duuuh. "Jadi gimana? Mau makan dulu tidak?" Zasya memejamkan matanya 'Aduuh nolak apa nerima nih' "Jawab pertanyaan kaya gitu aja kaya jawab pernyataan cinta saja" Zasya mendelik tajam "Asal ya Om ngomongnya" Arjuanda tersenyum tipis "Jadi gimana? Mau atau tidak?" "Yaaaa karena kata Papah dan Mamah ada rejeki itu gak boleh di tolak karena nanti jatohnya mubazir dan tidak mensyukuri nikmat dari Tuhan yang maha kuasa---" "Intinya apaaa" geram Arjuanda Zasya tersenyum lebar "Heheheh. Intinya jawabannya--" "Tuh kan kamu bertele tele lagi" Zasya mendengus kasar "Gimana mau cepet selesai ini pembicaraan--" "Intinya apa saya lapar" "IYA OM IYA HAYU MAKAAN" Teriak Zasya kesal Arjuanda mengangguk, lalu membelokan arah menuju rumah makan keluarga dan tertawa geli dalam hati. 'Jadi ini rasanya godain anak remaja' ☆☆☆ Arjuanda tertawa puas melihat keluguan dari anak Danki di depannya ini. Kepolosan dan sikap blak blakan membuat Zasya terlihat menggemaskan. Pantas saja banyak laporan di provos bahwa teman Zasya yang kebanyakan datang adalah lelaki. Bagaimana tidak, Zasya terlihat manis dengan rambut legam se punggung dan kulit putih ke merah merahan dan bola mata coklat yang membuat siapa saja melihatnya akan terpukau. "Om, makasih ya udah ajak makan. Nanti Om yang bayar kan?" Arjuanda tertawa dalam hati "Iya saya" Zasya memekik senang "Yes! Uang jajan aman!" 'Tapi uang saya yang gak aman' batin Arjuanda ☆☆☆ Selepas dari rumah makan, Zasya memutuskan untuk mengajak Arjuanda untuk menonton film di bioskop. Film horor yang tengah hitz di sekolahnya. "Mau film apa" "Ketika iblis menjemput" Arjuanda mengangguk "Horor?" Kali ini Zasya yang mengangguk "Jangan modus yaa Om" "Siapa juga yang mau modusin gadis baru pucuk kaya kamu" Zasya melotot kesal "Awas aja sampe terpesona sama Aya" ucapnya yang di sambut Arjuanda terkekeh "Kalo sampai saya terpesona, kamu saya nikahin lulus SMA" Zasya kembali melotot "NO OM NO. AYA MAU JADI PERAWAT DULU HUAAAAAAAAH" Teriak Zasya kalut "Baru diajak nikah bukan di ajak kawin" Teriakan Zasya terhenti, lalu mendelik tajam ke arah Arjuanda "Nikah sama Kawin sama aja om!" 'Benar benar polos ini anak' ☆☆☆ Zasya dan Arjuanda sedang mengantri, membeli tiket film bioskop. Zasya sudah sudah memegang 2 kantung popcorn. Bukan untuk Zasya dan Arjuanda, tetapi hanya untuk Zasya. Hanya Zasya. "Om, Aya susah nih megang dua duanya" "Ya udah sini, saya bawain satu" "Gak gamau, nanti om makan" Arjuanda mengehela nafas lelah. Sudah berulang kali Zasya mengeluh dan sudah berulang kali pula Arjuanda menawarkan bantuan namun, jawabannya tetap sama. Dasar remaja. Tak lama, handphone Arjuanda bergetar. Arjuanda mengeluarkan ponselnya dari dalam kantung baju dorengnya. Badannya menegak saat melihat username panggilan "Selamat sore. Komando." Zasya mengalihkan pandangannya ke arah Arjuanda "Siap. Siap. Siap. Izin petunjuk komandan" Zasya bersiap diri. Feelingnya tidak enak. Tak lama, Arjuanda menutup teleponnya. Lalu menatap Zasya tidak enak "Ada jamdan yah Om" Arjuanda mengangguk "Yaudah yuk pulang, gak papa ko om wajar. Kan om tentara" Arjuanda tersenyum, jarang bukan ada wanita seperti ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD