Dirampok

1363 Words
"Tas apaan pak?" jawab pramuniaga toko dengan menatap heran ke arah Heri. "Tas Saya, Tas yang dijadikan bantal tidur kamu ambil kan?" "Maaf Pak, saya tidak melihat tas Bapak. sejak Saya datang dari tadi, Bapak terlihat terlelap dalam tidur tanpa berarahkan apapun." "Ah masa....! jangan bohong kamu....., pasti kamu sudah ambil tas saya dan ambil uangnya kan?" Jawab Heri yang tetap Kukuh menuduh wanita yang membangunkannya mencuri tas miliknya. "Beneran Pak, saya tidak tahu...!" jawab wanita itu sambil mundur beberapa langkah, karena Heri bangkit dari tempat duduknya. "Halah jangan pura-pura, mentang-mentang saya orang miskin, kamu berbuat Seenaknya saja dengan mengambil tas saya. kalau kamu mau uang, kamu ngomong! pasti saya akan berikan." "Maksudnya bagaimana sih Pak, saya tidak mengerti," tanya perempuan itu tetap Kukuh menyanggah tuduhan Heri. "Kemarin, sebelum saya tidur, saya menggunakan tas saya sebagai bantal. tapi Ketika saya bangun tas itu hilang dan kamu lah orang yang pantas dicurigai, karena kamu orang yang berada di sini!" jawab Heri memberikan alasan. "Nggak Pak....! saya nggak ngambil, Lagian Bapak tadi tidur, tidak menggunakan alas apapun." "Halah...., jangan bohong cepat kembalikan uang saya!" ujar Heri sambil terus mendekat ke arah perempuan itu. "Tunggu, tunggu....! ada apa ini?" tanya salah seorang karyawan lainnya yang mendekat. "Ini Mas Anto, Bapak ini menuduh saya mengambil tasnya. padahal sudah kita ketahui tadi ketika datang, dia tidur tidak menggunakan alas apa-apa." jawab wanita itu memberikan penjelasan. "Halah....! di mana ada maling yang mau ngaku, kalau ada maling ngaku, penjara bisa penuh....!" jawab Heri yang tetap menuduh karyawan toko yang mengambil tasnya. "Sebentar, sebentar Pak...! Jangan asal menuduh karena memang benar saya dan Rini, tadi ketika datang, kita melihat Bapak tidak menggunakan tas." "Jangan bersekongkol kalian! kalau butuh duit dan kalau tidak rela saya menginap di sini kalian bicara baik-baik, jangan main ambil aja....!" "Benar Pak..! saya dan teman saya tidak mengambil tas bapak?" Jawab Anto seperti yang diutarakan oleh temannya yang bernama Rani. "Dasar kalian anak muda tidak berpendidikan dan tidak beretika, Sampai berani mengerjai orang tua yang sangat kesusahan seperti saya." "Ya ampun Pak...! kok Bapak menuduh kami seperti itu. memang benar kami tidak mengetahui apa-apa tentang tas Bapak, kalau bapak tetap Kukuh menuduh kami sebagai pencuri dan kami tidak punya etika. Ayo kita buktikan karena kebetulan ruko ini dipasangi CCTV," jawab Anto yang terlihat mengeratkan gigi, mungkin dia tidak terima dituduh sebagai anak muda yang kurang ajar. "Biasa kalau maling suka banyak alasan untuk menyembunyikan kejahatannya." "Sudah jangan banyak ngomong, ayo kita lihat saja cctv-nya.....!" ajak Anto sambil menarik tangan Heri masuk ke dalam ruko. Setelah dia duduk di meja kasir, dia pun mulai mengutak-atik keyboard komputer untuk mengulang kembali tayangan CCTV yang direkam tadi malam. benar saja kira-kira pukul 01.00 dini hari Heri yang sedang tertidur lelap didatangi oleh dua pemuda yang terlihat memegang botol, kemudian dua pemuda itu mendekat ke arah Heri, lalu dengan perlahan mengambil tas yang digunakan sebagai bantal. Heri yang masih terbuai dalam impian indahnya, dia tidak sadar kalau barangnya sudah ada yang mencuri. melihat kenyataan yang sangat pahit, tak terasa butiran bening pun bercucuran membasahi pipi, karena uang yang berada di tas Heri tidak kurang dari 80.000, sedangkan yang di sakunya itu hanya uang lembaran 2000-an, sisa pembayaran pembelian tongkat dan hasil mengemis sore kemarin di perumahan. "Tuh kan Pak! bukan kami yang mengambil tas bapak, melainkan kedua pemuda itu. Makanya jangan asal nuduh kalau tidak punya bukti." ujar Anto sambil menunjukkan dan memutar kembali rekaman CCTV. Mendapat kenyataan yang sangat memilukan Heri tidak menjawab pernyataan dari Anto. dengan segera dia pun keluar dari toko untuk segera pergi meninggalkan tempat itu, beruntung tongkat yang dia punya tidak diambil oleh kedua Begundal yang mencuri tasnya, sehingga Heri masih bisa berusaha dan masih memiliki harapan. "Bapak..., tunggu Pak, tunggu....!" teriak Rani yang mengejarnya di belakang. Dengan mata berkaca-kaca, Heri pun membalikkan tubuh menatap ke arah dua karyawan yang menghampirinya, seolah cahaya kehidupan di mata itu sudah sirna. "Mohon maaf Pak, Kalau boleh tahu isi di dalam tas bapak itu ada apa aja?" tanya Anto setelah berdiri di hadapan Heri. "Uang saya, uang tabungan saya untuk pulang ke Donorojo disimpan di tas itu, kalau sudah seperti ini Bapak tidak akan bisa kembali ke kampung halaman." Jawab Heri mengungkapkan kesedihannya. "Terus apa lagi yang hilang?" "Nggak ada, paling cuma baju butut." "Oh begitu, Terus sekarang Bapak mau ke mana?" tanya Rani yang mungkin merasa iba melihat kondisi Heri yang sangat menyedihkan. "Nggak tahu, saya juga bingung! paling saya akan menjauh dari tempat kalian bekerja, karena kalian tidak akan mengizinkan kalau saya tetap tinggal di tempat itu. ya sudah terima kasih atas tumpahan menginapnya, maaf Kalau merepotkan kalian...!" ujar Heri yang membalikkan kembali tubuhnya untuk melanjutkan perjalanan. "Tunggu Pak, Tunggu....! ini ada sedikit uang, tidak banyak. karena saya juga belum gajian tapi lumayan buat nambah-nambah membeli makanan," ujar Rani sambil memberikan uang sebesar Rp5.000. Awalnya Heri menolak, karena dia sudah merasa bosan dikasihani orang lain ditambah merasa kecewa dengan kedua pemuda yang sudah tega mencuri uangnya, namun ketika Rani terus memaksa akhirnya dia pun menerima uang itu dan dia berjanji suatu saat akan mengembalikannya. Setelah memasukkan uang ke dalam saku celananya, Heri pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan tongkat sebagai tumpuan. yang berbeda hari itu dia tidak menggendong tas seperti yang biasa dia lakukan sebelumnya. Setelah berada jauh dari tempat menginapnya, Heri pun berhenti ketika bertemu dengan penjual nasi uduk keliling. dia pun membeli satu bungkus uduk dengan gorengan, sehingga uang pemberian dari Rani hanya cukup untuk membeli sarapan. Setelah mendapat makanan Heri pun duduk di trotoar sambil membuka nasi uduk yang baru di beli, kemudian dia mulai menyendok nasi kuning itu untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. tapi perbawaan hati yang sedang hancur duduk yang biasanya terasa sangat nikmat, kala itu terasa sangat hambar karena Heri makan sambil bercucuran air mata. "Memang tidak kepalang kalau orang sudah susah, akan terus dijatuhkan sampai titik terendah. kurang ajar, Kalau aku bertemu dengan kedua pemuda itu, maka tidak akan aku kasih ampun, akan ku lenyapkan mereka sampai merasa menyesal sudah menyengsarakanku." ujar dari sambil menggigit sendoknya untuk melepaskan amarah yang memenuhi d**a. Suasana kala itu sudah terasa panas, ditambah polusi udara dari kendaraan yang terus berlalu Lalang, membuat tubuh Heri terasa gerah dan terasa sangat lengket, karena sudah dua hari tidak mandi dan tidur di tempat yang tidak layak. Usai menghabiskan makanannya, Heri pun memasukkan kembali sampahnya ke dalam plastik untuk dibuang ke tong sampah. "Ke mana sekarang Aku mencari uang, ke Perumahan takut dikejar oleh anjing, ke lampu merah takut ditangkap Satpol PP?" Tanya Heri yang duduk kembali di tembok pagar yang berada di samping trotoar. Merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan, akhirnya dia pun merogoh saku bajunya lalu dikeluarkanlah uang 2000-an dan pecahan uang recehan hasil mengemis sore kemarin. setelah berada di luar Heri menghitung semuanya yang ternyata hanya tinggal Rp30.000 karena uang tabungannya sudah Raib diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. "Makan Rp10.000, rok0k Rp20.000. uangku bisa habis kalau seperti ini, bisa-bisa aku mati kelaparan. memang kurang ajar kedua maling sialan itu, bisa-bisanya dia mencuri dari orang susah sepertiku," gumam Heri sambil memasukkan kembali uangnya ke dalam saku celana. Heri terus tetap terdiam di trotoar, karena bingung harus melakukan apa. sehingga ketika adzan Dhuhur berkumandang dari arah Masjid, dia baru beranjak dari tempat duduknya. harusnya dia tetap bekerja meski keadaan hatinya sedang sulit, tapi dia malah Memilih tetap berdiam dengan lamunannya, sehingga kehidupan yang sudah susah semakin susah. Heri mulai berjalan menyusuri trotoar, hingga akhirnya dia pun tiba di salah satu pusat pembelanjaan. dia melihat di teras Mall banyak kakek-kakek dan nenek-nenek yang mungkin bernasib sama duduk di teras Mall itu. Merasa mendapat ide, Heri pun memutuskan untuk mengikuti hal yang sama. dia duduk di pintu masuk mall dengan menadahkan tangan ketika ada orang yang lewat. Benar saja baru 10 menit Heri duduk, terlihat ada orang yang mengeluarkan uang sebesar Rp2.000, kemudian diberikan kepada Heri. membuat dia mengurung senyum kembali karena sudah mendapat jalan usaha baru, namun senyum itu tidak terlalu lama berada di bibirnya, karena orang yang duduk di teras ujung perlahan menghampiri. "Eh bangs4t, ngapain kamu mengemis di sini. apa Kamu nggak lihat di sini sudah banyak orang yang mengemis?" ujar kakek-kakek itu dengan suara berbisik, namun Heri bisa mendengar dengan jelas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD