Seharian berada di tempat yang penuh dengan wahana permainan memang sangatlah melelahkan, walaupun begitu rasa lelah mereka tetap terbayar kontan dengan kesenangan dan tawa yang mereka peroleh melalui berbagai permainan yang telah mereka coba itu.
Shania masih mengingat jelas bagaimana Fika, sahabatnya muntah lantaran tidak mampu menaiki roller coaster. Padahal sebenarnya gadis itu menolak untuk ikut main, tapi ketika mendengar Andi yang berkata bahwa dirinya itu lemah membuat nyali Fika seketika berapi-api sampai membuat ia lupa bahwa fisiknya itu tidak mampu.
Yang dialami oleh Fika berbeda sekali dengan Andi yang masih kecil, anak itu cuma kelihatan enteng enteng saja, tidak ada masalah yang berasal dari anak itu. Alfin sendiri juga sama, malahan kata laki-laki itu ia ketagihan ingin naik lagi. Kalau tidak harus mengurusi Fika yang terus mual-mual, mungkin saja Shania mau mencoba wahana itu untuk yang kedua kalinya.
Saat mereka memasuki rumah hantu, untuk mengikuti request-an Fika sendiri. Kala itulah rasa mual Fika langsung tergantikan dengan tawa yang cukup menggelegar lantaran melihat Shania yang berkali-kali menjerit ketakutan.
Namun, bukan itu yang menjadi hal utamanya. Kejadian yang paling menyorot di dalam rumah hantu itu adalah ketika Shania yang benar-benar merasa ketakutan dan terkejut menjadi tidak sengaja memeluk Alfin di sampingnya yang ia kira adalah Fika. Di ruangan itu memang minim penerangan, tapi mereka masih bisa melihat aksi Shania terhadap laki-laki itu secara jelas. Malahan saat itu terjadi Fika cepat bertindak dengan menutup mata Andi karena takutnya mata anak itu akan ternodai oleh hal itu. Dan jangan lupakan tentang Alfin yang tersenyum menyeringai saat mendapatkan pelukan tersebut.
Jika diberi dua pilihan, bertemu makhluk gaib atau penjahat bersenjata, Shania pastinya lebih memilih untuk bertemu dengan makhluk gaib tersebut dibandingkan dengan orang yang bisa saja mencabut nyawanya di detik itu juga. Namun, meskipun begitu bukan berarti Shania adalah seorang yang pemberani untuk bertatapan langsung dengan hantu yang kebanyakan memiliki wajah yang menyeramkan. Tentu saja Shania akan menjerit atau bisa saja lari terbirit-b***t.
Setelah kejadian itu, suasana memang sempat canggung. Padahal Shania sudah meminta maaf, tapi gadis itu tetap tidak tahu harus berkata apa setelah permintaan maaf itu lantaran ia merasa cukup malu. Untung saja ada Fika yang selalu bisa memunculkan lelucon untuk membuat semua orang tertawa. Gadis itu dengan cepat mengatur suasana agar tidak terasa aneh lagi. Sehingga Shania dan Alfin tetap bisa berbicara seperti biasa, layaknya tidak pernah terjadi apa pun di antara mereka berdua.
Setelah pemainan rumah hantu itu berakhir, mereka tidak lagi melanjutkannya dengan permainan permainan yang lain lantaran Andi meminta untuk pulang. Sebelum menaiki mobil Andi menatap sinis kepada Alfin yang masih saja tidak ingin jauh-jauh dari kakaknya, Shania. Dia merasa cemburu melihat sikap dan kedekatan kakaknya itu kepada pria yang menurutnya aneh karena keseringan tertawa padahal tidak ada yang melempar lelucon, tapi ketika ada yang melempar lelucon pria Itulah yang tertawa paling menggelegar.
Keberuntungan memang berada di pihak Alfin, seperti Dewi Fortuna yang sedang ikut serta memberkatinya hari ini. Cowok itupun telah berhasil mendapatkan nomor handphone milik Shania yang telah ia incar dari pertemuan pertama mereka dulu. Cowok itu memang sempat berpesan kepada Shania untuk langsung mengirimi dirinya pesan setelah mereka bertiga tiba di rumah masing-masing.
"Alfin kayaknya oke juga tuh," celetuk Fika tiba-tiba yang langsung saja memecahkan keheningan di dalam mobil yang dikemudikan oleh Fika pada saat Andi sudah terlelap tertidur di bangku belakang.
"Sama Lo maksudnya?" jawab Shania.
"Ya gak lahh ... Sama Lo. Gua liat kayaknya Alfin tertarik dengan Lo, Shan. Dan gua liat liat, tampang dan gayanya juga tipe Lo banget. Teladan, 'kan?" balas Fika tanpa mengalihkan titik fokusnya dari jalanan.
"Mulai deh ngaconya," ucap Shania yang seperti tidak tertarik dengan pembicaraan yang mengangkat topik tentang dirinya dan Alfin.
"Dihhh ... Gua serius juga," ujarnya sedikit tidak suka dengan tanggapan Shania barusan yang selalu menganggap ucapannya cuma main-main doang.
Namun itu bukan berarti Fika akan menyerah untuk menggoda Shania, gadis itu kini menarik senyumnya memikirkan kata-kata yang akan ia keluarkan.
"Tapi, Shan. Apa Lo gak tertarik sedikitpun sama Alfin. Secarakan kalian berdua baru ketemu cuma beberapa kali, tapi gua liat kalian berdua udah dekat banget. Jadi gua rasa gak mungkin Lo gak tertarik sama Alfin. Hmmm ... Atau jangan-jangan sebenarnya hati Lo itu masih ada di tempat yang sama. Lo belum move on ya sama mantan Lo, si Den—"
"Fik, sumpah. Kalau Lo masih gak mau diam gua bakalan gak mau lagi ngomong sama Lo," ujar Shania dengan begitu sengit.
Walau mulutnya langsung mengatup kala mendengar nada kekesalan dari sahabatnya itu, bukan berarti Fika takut. Gadis itu malah menggantinya dengan mengeluarkan sedikit suara kekehan karena sudah berhasil membuat emosi si gadis yang terkenal kalem menjadi naik.
"Maaf ...," ujar Fika kemudian. Namun, Shania terlihat diam, tidak menggubris Fika lagi.
Shania itu adalah seorang primadona di kampusnya, yang artinya ia banyak diincar dan dikagumi oleh kalangan pria-pria di sana. Bahkan tidak jarang juga ada gadis lain yang ikut mengangumi Shania lantaran menganggap hidup Shania sangat beruntung.
Namun, itu semua bukan berarti Shania bisa terhindar dari yang namanya luka hati lantaran gagal dalam masalah percintaan. Meskipun Shania itu cantik dan baik hati, masih ada saja laki-laki b******k yang dengan tega mengkhianati gadis itu.
Shania pertama kali pacaran pada saat ia baru menginjaki bangku kuliah, karena semasa sekolah menengah gadis itu dilarang tegas oleh ayahnya untuk berpacaran. Ia pertama kali berpacaran dengan kakak seniornya yang memang sudah lama menyukai Shania. Masa-masa berpacaran mereka memang sangat menyenangkan bagi Shania karena pacarnya yang bernama Dendy itu menjaga Shania dengan sangat baik dan hal itu membuat Shania percaya kalau Dendy sangat mencintainya.
Hal itu berlanjut sampai ketika Shania tanpa sengaja memergoki Dendy yang ketahuan berselingkuh dengan gadis lain. Tentu saja Shania sangat marah saat itu dan langsung memutuskan Dendy di tempat. Dendy memang sempat ingin menjelaskan bahwa Shania hanya salah paham saja, tetapi mata lebih jujur dibandingkan mulut. Jadi ia tidak punya alasan lain lagi untuk bisa memberikan keperawanannya kepada pria tersebut.
Fika yang seharusnya menenangkan sahabatnya yang baru saja putus, malah terus mengejek gadis itu lantaran semasa Shania masih bersama dengan pacarnya gadis itu kerap kali sengaja memamerkan kemesraan mereka di depan Fika yang merupakan jomblo abadi. Sehingga hal itu membuat Shania menyadari apakah semua ini karma karena apa yang telah ia lakukan kepada Fika.
Sampai saat ini Dendy memang selalu mencoba untuk mendekati Shania kembali dan selalu mengatakan bahwa dirinya masih mencintai gadis itu. Apa yang sebenarnya laki-laki itu kejar, entah cinta Shania atau hanya kepopuleran gadis itu saja.
Tapi tenang saja, sudah sejak lama Shania tidak lagi memiliki perasaan kepada Dendy dan sudah sejak lama juga gadis itu move on dari masa lalunya itu. Shania tahu, tidak semua cinta pertama itu berakhir dengan happy ending. Jadi dirinya tidak terlalu menyayangkan tentang berakhirnya hubungannya dengan Dendy, anggap saja hubungannya dengan laki-laki itu sebagai pembelajaran pertama Shania untuk mengenal yang namanya cinta.