Prolog
Di tengah gelapnya malam, seorang wanita mulai beraksi di sebuah gedung tinggi menjulang langit
Dengan menggunakan masker dan topi untuk menutupi kepalanya. Serta menggunakan sebuah alat komunikasi canggih buatannya sendiri. Kini saatnya telah tiba wanita itu berjalan ,meringankan langkah kakinya, menatap ke kanan dan ke kiri was-was.
Wanita cantik terkenal tomboy itu dikenal dengan namanya Caca. Dia agen intelijen yang terkenal sangat cerdik dan juga licik. Dia juga sangat cantik dengan rambut panjang berombak sepunggung, dengan wajah putih dan bibir tipis membuat setiap laki-laki yang melihatnya b*******h.
Caca sudah merencanakan dari awal untuk bisa masuk ke dalam kantor itu. Dia diam-diam sudah mencari informasi lebih dulu agar rencananya berjalan mulus nantinya.
Saat berhasil masuk ke dalam ruang penyimpanan berlian ruby Caca terdiam seketika. Rasa curiganya mulai muncul. Ia mengernyitkan matanya menatap ke kanan, dan ke kiri tak ada sedikitpun penerangan sama sekali. Semuanya sangat gelap namun Caca mencoba tetap tenang dan dengan segera meraih sebuah alat penerang yang dibawa di kantong celana nya. Meskipun sangat kecil namun berguna lah.
Dengan wajah was-was, dia mulai mengambil kotak kaca yang berisikan berlian di dalamnya, hanya itu satunya bukti yang harus dia dapatkan sekarang.
Jemari-jemarinya sangat lihai membuka setiap lapisan kotak kaca yang berada dalam dekapannya sekarang.
Caca meringis penuh kemenangan, hari ini dia merasa sangat bahagia, begitu mudahnya bisa mendapatkan barang yang didapatkannya.
“Sepertinya, boss akan suka kali ini dengan kerjaku,” ucap Caca, menarik ujung bibirnya, membentuk sebuah senyuman tipis.
“Ehem...”
Suara deheman berat itu, ketika membuat Caca terdiam, bulu kuduknya mulai merinding. Tubuhnya mulai gemetar ketakutan. ada Sebuah tangan mendarat di pundaknya membuat ia mengernyitkan dahinya terkejut. Namun ia mencoba tetap tenang, menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan.
Oh.. Tuhan... Semoga saja cinta ini cepat pergi.. Aku harap aku bisa menyelesaikan tugas ini dengan sempurna. Gumam Caca, memejamkan matanya memohon.
“Apa yang kamu lakukan di sini,” suara serak, berat khas seorang laki-laki membuat dia membuka matanya lebar, dia yang semula ketakutan. Memegang lengan kekar laki-laki di belakangnya. Dia menariknya tangannya dengan tenaga penuh, membuat laki-laki itu terbentur di ujung meja depanya.
“Siapa kamu?” tanya Caca.
Laki-laki itu tertawa menggema seluruh ruangan, membuat Caca mengerutkan keningnya bingung.
“Kenapa kamu tertawa?” tanyanya.
Laki-laki itu menarik tangan Caca, membalikkan tubuhnya membentur ujung meja, tubuhnya seakan menyandar di atas meja. “Lepaskan aku,” ucap Caca mencoba melawan. Namun kekuatan laki-laki itu seakan lebih besar darinya membuat dia tidak bisa berkutik.
“Beraninya kau mencuri berlian ku,” ucap laki-laki itu.
“Jadi kamu tuan Fernan?” tanya Caca melebarkan matanya.
Fernan meringis, “Iya, memangnya kenapa.”
Cara mengeluarkan segala kekuatan tubuhnya, menendang perut Nando, membuat laki-laki itu terpental ke belakang..
“Ternyata kamu lumayan juga,”
Caca hanya meringis tanpa rasa takut. Dia mencoba melawan Nando, amun setiap gerakannya mampu ditepis olehnya, Hingga Nando bisa membuat tubuhnya tidak bisa berkutik dengan tangan memegang erat tanganku ke belakang, dia mengecupi leher Caca.
“Kurang ajar,” umpat Caca.
Tanpa banyak tanya, Caca mencoba menendang dari belakang, tapi tubuhnya terpenting hampir saja terjatuh. Dengan sigap tangan Nando memegang pinggang Caca, dengan tubuh hampir saja jatuh.
“Lepaskan aku,” ucap Caca, dan langsung dilepaskan oleh Nando, begitu saja. Tanpa sadar Caca memegang dasi panjang Nando, membuat tubuh mereka terjatuh bersamaan ke lantai putih yang terlihat gelap. Bibir Nando mendarat tepat di bibir kecil Caca.
“Tuan, Anda tidak apa-apa?” para pengawal masuk ke dalam, saat mendengar sebuah teriakan kecil tadi.
Caca mendorong tubuh Nando, dan berlari pergi meninggalkan Nando, melalui jendela kaca di lantai 10 itu.
“Tuan, dia kabur?”
“Biarkan saja, dia tidak berhasil membawa apa yang dia inginkan.” Ucap Nando, menarik sudut bibirnya, sembari menunjukkan berlian ruby di tangan.
“Aku mau kamu cari tahu siapa dia, asal-usulnya. Aku beri waktu kamu tiga hari,” ucap Nando, dengan otak melayang membayangkan kejadian tadi yang membuat dirinya seakan mulai melayang penuh angan.
“Iya, tuan!!”
"Segera lakukan. Jangan sampai dia lolos begitu saja. Aku tidak akan pernah membiarkan dia pergi. Meskipun sampai ke ujung dunia sekalipun." Nando menajamkan kedua matanya. Mata yang terlihat tajam seperi mata elang. Wajah yang elegan, dan terlihat sangat dingin.
Sebelum Nandi tambah marah. Dua ajudannya segera pergi. Mencari keberadaan wanita itu. wanita yang entah datangnya dari mana. Mempu membaut Nando tertarik padanya. Meskipun hanya sekali memandang kedua matanya. Dia seolah tabu jika wanita itu sangatlah cantik.