Bab 18. Kencan?

1243 Words
Happy Reading. Bianca kesal karena lagi-lagi Reza mengabaikan pesannya. Reza hanya membalas pesan itu dengan beberapa kata yang tidak membuatnya tenang. Reza : Bi, tolong jangan mengirim pesan atau bahkan telepon, kamu sudah tahu kan kalau kita saat ini harus putus untuk sementara waktu? Bianca berusaha membalasnya dengan panjang lebar tetapi tiba-tiba nomor Reza tidak bisa dihubungi. "Sial, dia mematikan data internetnya!" Sungguh, Bianca merasa kalut, dia takut jika Reza akan benar-benar jatuh cinta pada Claudia karena menurut Bianca, Claudia adalah wanita yang hampir mendekati sempurna. "Huh, aku harus percaya pada Reza. Ya, dia sudah berjanji akan menceraikan Claudia setelah mendapatkan warisan itu. Dan setelahnya aku akan dinikahi oleh Reza," gumam Bianca tersenyum lebar, dia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri. *** Beberapa hari kemudian. “Mas, kamu jadi kan mau menemani aku pergi ke mall hari ini?’’ Claudia berjalan mendekati Reza yang masih terlihat santai bermain ponsel di kursi sofa ruang tamu, ketika melihat kedatangan Claudia, Reza pun kemudian langsung menaruh benda persegi itu di atas meja dan mengalihkan tatapannya menuju ke arah sang istri. ‘’Tentu saja, Clau! Sebentar, aku siap-siap dulu ya.’’ Claudia menanggukkan kepalanya ketika mendengar perkataan Reza, semenjak dirinya meminta berpisah dan Reza menolaknya, pria itu memang sudah banyak berubah dan menjadi lebih perhatian kepadanya. Seperti sekarang, ketika weekend yang biasanya Reza gunakan untuk pergi bersama Bianca atau pergi bersama teman-temannya, kali ini pria itu mengunakan waktunya untuk menemani dirinya pergi berbelanja kebutuhan rumah tangga. Reza benar-benar menunjukkan kepada Claudia bahwa dirinya sudah menjauhi Bianca dan tidak lagi memiliki hubungan dengan perempuan itu dan membuatnya bisa memberikan seluruh perhatiannya kepada Claudia. Reza benar-benar menunjukkan seluruh perhatiannya kepada Claudia dan membuat perempuan itu percaya dengan kesungguhan Reza terhadap dirinya dan kesungguhannya untuk mempertahankan rumah tangga mereka. "Seandainya saja sejak dulu kamu mau menerimaku dan memperlakukan aku seperti ini, Mas! Tentu saja aku akan sangat bahagia karena mendapatkan kamu sebagai suamiku," gumam Claudia dalam hatinya setelah kepergian Reza ke dalam kamar mereka. Lima belas menit kemudian, Reza kembali keluar dari kamar dengan setelan yang jauh lebih rapi daripada sebelumnya. Celana panjang dan kaos over size berwarna hitam tampak melekat di badannya, sementara telapak kakinya dihiasi dengan sepatu yang memiliki warna senada dengan pakaiannya. "Aku baru sadar ternyata Mas Reza setampan itu," batin Claudia saat melihat perubahan Reza yang biasanya hanya dia lihat menggunakan setelan casual, namun ternyata pria itu akan jauh lebih tampan ketika menggunakan setelan santai seperti sekarang. Akh, pantas saja Bianca tergila-gila kepadanya! ‘’Aku sudah siap, ayo kita pergi sekarang!’’ Tanpa aba-aba, Reza menggenggam telapak tangan Claudia dan kemudian membawa perempuan itu keluar dari rumah. ‘’Eh?’’ Namun Reza mengabaikan keterkejutan yang diberikan oleh Claudia, pria itu hanya tersenyum manis di depan Claudia hingga membuat perempuan itu semakin terpesona dengan suaminya itu. ‘’Silahkan masuk, Istriku!’’ ucap Reza setelah membukakan pintu mobil untuk Claudia, tanpa tahu kalau perbuatannya itu membuat Claudia merasa pipinya semakin memanas. "Kenapa Reza berubah begitu besar, dia terlihat seperti seorang suami yang menyayangi istrinya saja!" Tidak menunggu lama, mobil yang dikendarai oleh Reza itu pun kemudian melaju di jalan raya dan berbaur bersama dengan kendaraan yang lainnya. Melaju dengan kecepatan standart menuju ke salah satu mall yang cukup besar di Jakarta, sama seperti tujuan awal mereka datan ke tempat itu. Mereka berdua langsung menuju ke tempat yang begitu luas yang di dalamnya menjual berbagai kebutuhan untuk rumah tangga, dimulai dari alat-alat rumah tangga sampai ke bahan makanan mentah pun ada di dalamnya. Claudia segera memilih-milih apa saja yang dibutuhkan dan menaruhnya di dalam troli yang dibawa oleh Reza di belakangnya, setelah semua yang diperlukan sudah selesai di dapatkan, mereka kemudian segera membawa troli yang berisi barang belanjaan mereka ke kasir untuk kemudian membayar semuanya. ‘’Biar aku saja yang membayar, kamu tungu saja di depan sana. Nanti kalau sudah selesai aku akan membawanya ke sana,’’ ucap Reza yang lagi-lagi membuat Claudia terkejut, pasalnya antrian untuk membayar itu lumayan panjang, lalu Reza justru menyuruh dirinya menunggu di depan dan duduk dengan santai di kursi yang disediakan? ‘’Apa kamu yakin, Mas? Antriannya lumayan panjang lho,’’ jawab Claudia sambil menunjuk deretan orang-orang yang berbaris dengan rapi di depan mereka. ‘’Tentu saja aku serius, Clau! Kamu duduklah di depan sana, biar aku yang akan mengantri di sini dan membayar belanjaan kita, aku bisa melakukannya kok!’’ Mendengar Reza yang terus menerus memaksanya seperti itu, Claudia pun pada akhirnya mau untuk pergi menunggu di depan dan duduk dengan nyaman di atas kursi, sebab kakinya pun sudah mulai terasa pegal karena dibawa berjalan keliling supermarket itu untuk mencari semua yang mereka butuhkan. ‘Seharusnya aku tidak menggunakan high heels seperti ini,’ keluh Claudia dalam hatinya. Kebetulan dia memang menggunakan heels setinggi lima centimeter saat ini, tidak disangka kalau belanja kebutuhan rumah tangga ternyata akan membutuhkan waktu cukup lama seperti sekarang. Selesai membayar belanjaan itu, Reza kemudian segera pergi menemui Claudia yang masih menunggunya di depan supermarket. Rasa lapar yang mulai dirasakan oleh keduanya membuat Reza dan Claudia memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di salah satu restoran yang ada di dalam supermarket tersebut dan pilihan mereka jatuh pada restoran yang menjual aneka menu tradisional dan masakan khas Indonesia. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Reza segera memesan dua buah nasi pecel dengan minuman es teh manis untuk mengganjal perut mereka siang itu. ‘’Eh, Clau! Bumbu pecel ini lumayan pedas ya,’’ ucap Reza sesaat setelah suapan pertama masuk ke dalam mulutnya. ‘’Ah, tidak juga. Menurutku malah tidak terlalu pedas,’’ jawab Claudia sambil terus menyendokan makanan di depannya ke dalam mulut. ‘’Masa si? Ini cukup pedas dan terasa panas di tenggorokan lho, sama seperti kamu yang selalu berhasil membuat panas diriku setiap malam.’’ Degh! ‘’Apa maksudmu bicara seperti itu kepadaku, Mas?!’’ Claudia memicingkan kedua matanya menatap Reza yang saat ini juga sedang menatapnya, merasa curiga dengan perkataannya yang tiba-tiba itu. Walaupun sebenarnya dia juga merasa senang dengan gombalan receh yang dikatakan oleh suaminya itu. ‘’Tidak ada, aku hanya ingin saja bicara seperti itu!’’ jawab Reza menatap ke arah lain. Entah kenapa dirinya jadi seperti orang tukang gombal saja. Sedangkan Claudia, entah kenapa rasanya pipinya pun memanas. Tetapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Selesai menghabiskan makan siang, mereka pun kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang berbeda di hati masing-masing. *** Malam hari datang dengan begitu cepat, kali ini perempuan itu berinisiatif untuk membuat cemilan untuk menemani malam mereka karena memang biasanya mereka akan berbincang terlebih dahulu sebelum tertidur. Hubungan keduanya benar-benar membaik selama beberapa minggu terakhir. ‘’Claudia, apa ada yang bisa aku bantu?’’ Tiba-tiba saja Reza datang ketika Claudia sedang memasukan pisang yang sudah dipotong dan sudah di balut dengan tepung cair itu ke dalam wajan, hanya saja pria itu datang dan tiba-tiba saja memeluk tubuhnya dari belakang hingga membuatnya terkejut, beruntung dia tidak menjatuhkan potongan pisang itu ke atas minyak begitu saja sehingga minyak panas itu tidak mengenai tubuhnya. ‘’Mas! Kamu mengagetkan aku,’’ ucap Claudia dengan mata melotot menatap Reza. ‘’Hehe, tidak apa. Kan aku mengganggu istriku sendiri,’ ucap Reza sambil mencolek dahu Claudia, tangannya benar-benar tidak bisa diam dan terus mengganggu Claudia yang sedang memasukkan potongan pisang itu ke atas wajan. Kesal karena Reza yang terus menerus mengganggunya, Claudia pun pada akhirnya membalikkan tubuhnya dengan mata melotot menatap wajah Reza, berpura-pura bahwa dirinya sedang marah kepada pria itu dan memarahinya, sampai kemudian dia mencium aroma tak sedap dari belakang tubuhnya dan terkejut melihat pisang goreng di atas wajan itu sudah berubah dan berwarna hitam. ‘’Mas! Lihat kan, pisangnya jadi gosong.’’ Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD