Selepas kepergian Yusuf, semua mahasiswa memelas dengan tugas yang diberikan oleh Yusuf.
"Halah, katanya asik. Mana? Hari pertama udah dikasih tugas aja! Bukan asik namanya tapi menakutkan, keknya lo salah informasi deh Mar. Itu dosen killer!" umpat Queeny.
"Hm … mana gue tahu, katanya sih begitu! Tapi nggak papalah dosennya ganteng ini!" kekeh Marlina.
"Oh iya, tadi lo bilang pak Yusuf yang nganterin lo ke kosan? Kamu nggak salah orang kan?" lanjut Marlina.
"Iya, tapi semalam itu orang baik banget tahu, Mar. Beda banget sama semalam penuh dengan perhatian! Tadi tuh gue kek ketemu dosen killer yang kaya di drakor gitu lah!" cerocos Queeny.
"Drakor?" tanya Marlina.
"Wah … wah … lo nggak tahu drakor? Lo nggak pernah nonton drama korea?" Queeny terkejut.
"Nggak! Gue paling males nonton nggak jelas gitu! Apalagi korea, gue tuh suka ketuker antara cewek sama cowok saking cowok di korea itu cantik mengalahkan cewek sono!" sahut Marlina.
"Wah … hidup lo nggak asik banget, Mar!" celetuk Queeny membuat Marlina menjadi kesal hingga Marlina memberikan satu jitakan di dahi Queeny.
Lalu, datang dosen kedua yang merupakan seorang wanita. Semua mahasiswa kembali fokus dan kelas menjadi hening hanya terdengar penjelasan materi dari dosen.
Materi kedua telah usai, Marlina dan Queeny keluar dari kelas karena mata kuliah di hari ini sudah beres.
Marlina dan Queeny sedang asik berbincang, hingga langkah mereka terhenti di Furqon yang sudah menunggu Queeny pulang
"Queen, gue tunggu di parkiran ya!" kata Marlina yang dijawab anggukan oleh Queeny.
"Ngapain lagi sih?" seru Queeny pada Furqon.
"Queen, aku minta maaf, aku ngaku aku salah sudah ninggalin kamu terlalu lama! Sebagai permintaan maaf aku mau ngajakin kamu nonton film, gimana?" ucap Furqon.
Queeny pun tersenyum ketika mendengar Furqon akan mengajaknya menonton film.
"Bioskop?" Queeny memastikan.
"Iya, ada film baru action dari Marvelin kesukaan kamu. Judulnya Doctor Fighter," kata Furqon.
Queeny tersenyum tipis, ia malu jika harus langsung mengatakan iya. Karena Queeny sangat rapuh dan akan segera luluh jika diberikan sebuah kesenangannya.
"Aduh, aku udah janji pulang bareng Marlina," jawab Queeny sebagai sebuah alasan.
"Ya ayo, kita ke parkiran, nanti aku yang bilang sama dia deh," ajak Furqon dengan memegang tangan Queeny dengan lembut.
Queeny terlihat berbinar matanya, ia akan mendapatkan kesenangan dan hiburan. Apalagi Queeny sangat menyukai berbagai film, menonton di bioskop mana bisa Queeny tolak.
Di tempat parkir terlihat Marlina sedang berdiri di depan mobilnya.
'Wah … kayaknya Queeny nggak beres deh!' gumam Marlina ketika melihat kedatangan Furqon dan Queeny.
"Jadi gini Marlina, aku mau ngajakin Queeny pergi, maaf banget ya kalian jadinya nggak pulang bareng," jelas Furqon dengan muka lemas.
"Oh … nggak papa, santai aja kali! Oke, aku pulang duluan ya, Queen!" Marlina membuka pintu mobil miliknya.
Queeny mendekati Marlina dan berbisik, "Maafin gue ya, Mar. Gue nggak bisa nolak!"
"Hmm … ya ya ya, awas pulangnya jangan kemalaman ya, ingat kamu ada tugas dari dosen tampan tapi killer!" tegas Marlina hingga bergegas menutup pintu dan berlalu meninggalkan Queeny dan juga Furqon.
"Ayo, kita berangkat!" kata Furqon menarik tangan Queeny.
Furqon membukakan pintu untuk Queeny, Queeny dengan segera melangkahkan dan masuk ke dalam mobil.
Furqon yang sudah berada di dalam mobil siap menyetir dan mobilnya melaju ke mall terdekat.
Mereka sudah sampai di mall, Queeny dan Furqon berjalan beriringan menuju tempat bioskop. Hati Queeny senang, setelah sekian lama ia sudah tidak menonton di bioskop, rasanya ia terbebas dari bayang-bayang pesantrennya dulu.
Selesai memesan tiket, Queeny menunggu Furqon yang sedang membeli popcorn dan juga minuman.
"Ayo, masuk!" Furqon dengan tersenyum mengajak Queeny memasuki ruangan.
Selama dua jam setengah mereka menyaksikan film tersebut, Queeny dan Furqon sangat menikmati film action.
Selesai nonton film, mereka memasuki Timezone, Queeny bermain semua permainan di sana. Seperti anak kecil saja.
Gembira dan riang.
"Queeny, aku mau mengajakmu ke suatu tempat!" ucap Furqon selesai bermain.
"Kemana?" tanya Queeny.
"Nanti juga kamu tahu!"
Furqon dan Queeny berada di dalam mobil, mereka melaju menuju kota tua. Queeny turun dari mobil, matanya berbinar, hari ini benar-benar banyak kejutan bagi Queeny dan ia merasakan bahagia.
Queeny dan Furqon keliling kota tua dengan mengendarai sepeda ontel, lalu mereka makan kerak telor seraya mendengar nyanyian dari pengamen.
"Furqon, makasih banyak udah bikin aku bahagia hari ini," kata Queeny.
"Jadi kamu udah maafin aku?" tanya Furqon dengan tersenyum lebar.
"Hmm …."
"Ayolah, kalo kamu kurang puas ayo aku ajak kamu keliling kota Jakarta sampe kamu puas! Dan kamu bisa maafin aku, Queeny!"
"Iya … iya aku maafin kamu, jangan kaya gitu lagi, aku nggak suka!"
"Oke, sekarang kamu buka dulu blokir chat aku! Sini hape kamu!" tangan Furqon meminta ponsel pada Queeny.
Queeny merogoh ponsel dari tasnya dan ia segera menyentuh layar dan menuju nomor ponsel Furqon.
"Noh, udah aku buka!" Queeny memperlihatkan ponselnya kepada Furqon.
"Nah gitu dong, Sayang!" Furqon mengelus puncak kepala Queeny.
"Ayo, kita pulang!" ajak Queeny.
"Beneran kamu mau pulang sekarang?" tanya Furqon.
"Iyalah, udah malem nih." Queeny menengadahkan kepala melihat langit yang sudah gelap.
Mereka berangkat dari langit cerah hingga gelap gulita.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, Furqon mengantarkan Queeny ke kosan.
***
Sementara Marlina yang berada di kosan berjalan ke arah kamar Queeny, kamarnya masih gelap.
'Apa Queeny belum pulang? Wah kebangetan deh si Queen kalo main! Jangan-jangan dia lupa sama tugasnya!' gumam Marlina seraya melihat jam dari ponselnya.
'Mana udah jam 22.00 WIB!'
Marlina pun kembali ke kamarnya dan ia beristirahat tidur.
Queeny sudah sampai di kamar kosnya, ia mengganti baju dan segera membersihkan badannya. Ia solat isya, kemudian segera tidur.
Keesokan harinya Queeny bangun kesiangan, sampai ia terbirit-b***t menuju kamar mandi karena solat surah sudah hampir fajar.
Selesai solat subuh dengan tergesa, Queeny melanjutkan tidurnya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Queeny!"
Queeny terperanjat dari tidurnya dan membuka pintu kamarnya. Ia melihat Marlina dan Marlina memasuki kamarnya tanpa Queeny suruh.
Queeny masih menguap, "Kok lo udah rapi amat, Mar!"
"Sudah gue duga, pasti lo lupa kalo jam 10 pengumpulan tugas Pak Yusuf!" cecar Marlina.
"Astaga! Ya Allah! Gue lupa! Aduh gimana nih, Marlina!" Queeny gugup hingga detak jantung berdebar kencang sakit terkejutnya.
"Loe pasti belum ngerjain tugas ya?" selidik Marlina. "Wah … parah, lo!" sambung Marlina.
"Lo, jangan ngomong aja, Marlina. Bantuin gue berpikir lah!"
"Udah, sekarang lo mandi dulu sana, telat jadi masalah lagi!" saran Marlina.
"Terus tugas gue begimana?" tanya Queeny frustasi.
"Nanti gue cari di internet!"
Queeny berjalan dengan setengah berlari menuju kamar mandi, mandi dengan super kilat. Kemudian memakai baju dan segera menuju kampus dengan Marlina.
Mereka menyempatkan diri untuk print tugas dan setelah itu menuju ruangan Yusuf. Di depan ruangan Yusuf semua mahasiswa berkumpul, seorang cowok ketua kelas mengumpulkan tugasnya menjadi satu. Sebelum Queeny mengumpulkan tugas ia sempat menyembunyikan tugasnya.
"Kenapa, lo?" tanya Marlina melihat ke arah Queeny yang enggak mengumpulkan tugas.
"Mar, gue nggak yakin ngumpulin ini tugas!" Queeny mengeluh.
"Daripada lo nggak ngerjain tugas! Mana sini tugasnya gue yang ngumpulin!" tawar Marlina.
Dengan pasrah Queeny pun memberikan tugasnya pada Marlina. Dan dia kumpulkan dengan mahasiswa lain. Lalu tugasnya diberikan kepada Yusuf di dalam ruangannya.
"Ini pak tugasnya."
"Oke, tapi tunggu jangan bubar semua ya. Tunggu di depan ruangan!" titah Yusuf.
"Baik, pak!"
Yusuf memeriksa semua tugas mahasiswa, ia begitu teliti lembar demi lembar. Hingga matanya tertuju pada lembar tugas milik Queeny.
Yusuf menghela napas dan ia bangkit dari duduknya menuju keluar ruangan.
"Queeny, yang namanya Queeny mana?" terika Yusuf dengan mimik wajah serius.
Queeny yang mendengar namanya disebut menjadi tegang.
"Sekali lagi yang namanya Queeny mana?"
***