Bab 10

820 Words
Hali akhirnya datang kembali dan menemukan Syifa sudah tertidur dengan nyenyaknya. Wanita itu memeluk erat Rey yang juga tertidur lelap. Dia membuang napas lalu mengambil tempat di samping Rey. Hali juga mematikan lampu agar dirinya bisa tidur dengan damai. Hanya suasana yang sepi menemani Hali sampai suara dering smartphone menginterupsi pendengaran pria itu. "Halo," "Halo, Tuan saya menemukan Nona Marisa sekarang." Buru-buru dia duduk. "Benarkah? Itu bagus kalau begitu ayo kita pergi melihat dia besok. Aku tak sabar bertemu dia." ucap Hali dengan senyuman. "Baik Tuan." "Jangan lupa kita harus membeli hadiah untuk kekasihku." "Baik Tuan." telepon dimatikan. Masih dengan senyuman yang menghiasi bibirnya, Hali tertidur dengan pulas. Dia memikirkan betapa senangnya mereka bertemu setelah lama tak jumpa. ❤❤❤❤ Fajar datang kembali. Baik Hali dan Syifa sama-sama menggumam lemah seraya menggeliat. Keduanya secara otomatis membuka mata dan terkejut saat melihat satu sama lain secara dekat. Syifa dan Hali pun bangun lalu menjauh. "Ke-kenapa kau ada di sampingku? Bukankah Rey yang seharusnya berada ...." "Bunda!" Syifa menoleh dan memeluk Rey yang mendekat. Rupanya anak kecil itu bangun terlebih dahulu kemudian bermain sendiri. "Rey kenapa tak bangunin Bunda," "Bunda masih tidul (tidur) tak boleh diangu (diganggu)." Syifa membuang napas dan membelai pipi Rey penuh kasih sayang. "Rey, jangan seperti itu. Kalau sudah pagi Ibu harus bangun, kan Ayah ada di sini jadi harus sarapan di sini." Rey kemudian mengalihkan perhatiannya pada Hali. "Tidak usah Syifa, aku harus pergi karena ada urusan penting." "Tapi kau belum--" "Ayah!" Rey mendekat ke arah Hali yang langsung memberikan pelukan pada Rey. "Ayah tepati janji bukan?" Rey mengangguk. "Kau senang tidak?" Sekali lagi Rey mengangguk. "Kalau kita punya waktu, pasti kita akan bermain tapi sayang Ayah punya urusan penting. Bagaimana jika setelah urusannya selesai baru kita bermain." Rey lagi-lagi hanya mengangguk patuh. Senyuman kembali merekah dan Hali mencium kedua pipi chubby milik Rey kemudian pergi setelah berpamitan. "Ada apa ya? Dia terlihat senang." gumam Syifa. Sesampainya di rumah, Hali segera mandi dan memakai pakaian yang paling keren untuk bertemu dengan Marisa. Dirinya tak sabar. Begitu memakai parfum, Hali keluar dari kamar menuju ruang keluarga di mana semua anggota keluarga berkumpul. Aroma parfum yang menyengat milik Hali tercium dengan jelas sehingga mereka otomatis menoleh pada lelaki itu. "Hali, kau mau ke mana? Rapi sekali," celutuk Erwin penasaran. "Ada pertemuan dengan seseorang yang sangat penting." "Penting?" "Iya, aku harus pergi kemungkinan besar aku akan pulang lambat jangan menungguku." Hali lantas keluar dari kediaman Singgih lalu masuk ke dalam mobil. "Apa yang akan ditemui Kakak itu Kakak Marisa?" "Hah? Tidak itu tak mungkin. Marisa sudah Ibu yakinkan kalau dia itu sudah pergi dari kota ini. Jika dia datang lagi maka Ibu tak akan tinggal diam." ❤❤❤❤ Hali sampai di restoran tempat kerja Marisa. Penuh percaya diri Hali masuk ke dalam restoran dan memesan di sana. Sosok wanita muda berjalan menghampiri dia sembari membawa buku catatan beserta bolpoin. "Mau pesan Apa Tuan?" "Marisa." Wanita muda yang mulanya tertuju pada catatan beralih pada Hali. Matanya membulat sempurna. "Sedang apa kau di sini?!" Nada yang Marisa pakai tak ramah dan hal itu menimbulkan banyak pertanyaan. "Marisa, kenapa kau sepert itu tak terlihat senang aku ada di sini. Aku ini pacarmu masih pacarmu." "Ikuti aku." Marisa berjalan keluar dari restoran begitu juga dengan Hali. "Marisa ...." "Untuk apa kau datang ke sini? Mencariku?" Hali mengangguk. "Aku selalu mencarimu beberapa tahun dan setiap kali aku menemukan alamatmu kau sudah pergi dari tempat itu. Kau tahu aku sangat merindukanmu." bukannya bahagia malah Marisa tertawa hambar. "Aku pikir kau sudah melupakanku nyatanya tidak. Sudahlah Hali kita lupakan saja semua perasaan kita dan menjalani hidup masing-masing." Hali membeku. Dia tak percaya semua itu keluar dari mulut sang kekasih. "Melupakan perasaan kita? Apa yang kau bicarakan?" "Artinya aku ingin kita putus. Jangan cari aku dan bahagialah bersama dengan anak dan istrimu." Selintas pikiran Hali langsung bereaksi. "Apa maksudmu kau melihatku bersama Rey dan Syifa. Kau sudah salah paham aku dan mereka tak punya hubungan Apa-apa Rey---" "Tanpa mereka berdua juga ada kau tahu hubungan kita tak bisa berjalan lancar. Ibumu akan menetang kita dan aku hanya ingin hidup damai. Pergilah Hali!" Pria itu tampak terpukul. Dia segera menggenggam Lengan Marisa yang ingin pergi meninggalkannya. "Marisa jika kau tak nyaman dengan Ibuku maka baiklah aku akan bersamamu saja. Kita hidup di rumah kecil dan menjalani kehidupan bahagia berdua asal jangan meninggalkanku Marisa, jangan putus dariku!" Marisa menggeleng dengan cepat menahan air matanya untuk jatuh. "Hali, tidak boleh. Aku tak mau! hanya karena aku kau mengorbankan hubungan keluargamu. Coba pikirkan apa yang akan terjadi saat mereka tahu kau berpisah sebab aku. Ibumu tak akan melepaskan kita jadi aku mohon pergilah berbahagialah dengan wanita lain. Aku tak apa-apa." Setelahnya Marisa pergi meninggalkan Hali yang lesu. Dia buru-buru pergi ke loker dan menangis sepuasnya di sana. Mungkin ini adalah jalan terbaik bagi mereka berdua. ❤❤❤❤ See you in the next part!!! Bye!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD