Syaqila berjalan beriringan dengan Syahir di koridor menuju tempat parkir. Gadis berkerudung hitam itu pun sedari tadi merunduk pada ranselnya sembari membongkar isi tasnya mencari sesuatu. Pemuda jangkung di sebelahnya jadi mengkerutkan kening ikut melirik kecil.
"Kenapa? Ada yang ketinggalan?" Tanya Syahir pelan buat gadis berkulit putih bersih itu mengangguk lemah. "Buku tugas bahasa inggris aku ketinggalan kayaknya di kelas,"
"Yaudah, gue ambilin." Ujar kembarannya sudah hendak melangkah pergi, namun Syaqila terlihat menahan lengannya membuat pemuda berhidung lancip itu menghentikan langkahnya.
"Enggaklah, gue ambil sendiri. Lo tunggu di sini aja,"
"Hm. Okelah,"
Syaqila tersenyum samar lalu berlari kecil sembari menarik resleting ranselnya. Gadis itu pun menaiki tangga dan berbelok ke koridor kelas sepuluh dan melesat menuju kelasnya.
Sampai di depan pintu kelas. Syaqila menarik nafas dengan menghembuskannya pelan sembari menetralkan nafasnya yang masih ngos-ngosan. Tangannya pun terulur membuka pintu.
"Eh?"
Syaqila membeku dengan mulut menganga kecil dan mata yang seakan menghindari sesuatu di hadapannya kini. Dua pemuda tengah terbaring di lantai dengan posisi intim seperti orang yang sedang berpelukan.
"........ ma.... maaf, ganggu." Gagap gadis itu sontak menarik diri dan langsung kabur begitu saja dengan malunya.
Sepanjang koridor gadis itu tidak henti-hentinya mengucap dalam hati dengan cemasnya. "Gue dosa gak yah ngebiarin mereka begituan di sekolah? Di dalam kelas dan di depan mata gue sendiri?" racau gadis itu sudah bergumam sendiri.
"Tapi kenapa harus di depan mata gue sih? Allahu akbar.... " tuturnya sudah menggigit bibir kasar dan melangkah mendekat pada Syahir yang sudah berdiri di ujung koridor.
"Udah dapat bukunya?"
"Oh? Ah? Hm," balasnya dengan tersenyum samar lalu melangkah pelan mengekori kakaknya yang berjalan memimpin.
Di dalam kelas X-4.
Dua pemuda itu masih dalam posisinya dengan tubuh membeku seakan hilang nyawa.
"Sampai kapan lo nindih gue anjiir?" Kesal pemuda itu sudah mendorong kasar tubuh cowok yang sudah tertawa miris lalu mendelik jijik begitu saja.
Keduanya saling pandang lalu kemudian kompak membuang muka dengan mengumpat samar.
"Kalau dia mikir macam macam gimana? Bisa rusak nama baik gue sebagai atlit terkenal," omelnya sudah menatap tajam cowok berlesung pipit itu, "apasih elah? Lagian elo juga ngapain diam aja pas dia masuk? Gak gerak sama sekali malah menikmati." Balas pemuda itu tak mau kalah.
"Menikmati apanya anj---"
"Udahlah, lagian dia adiknya teman gue. Entar kalau ketemu gue jelasin. Makanya kalau gue minta hape tadi langsung dikasih aja kenapa sih? Biar gak rebutan terus kejadian drama kayak tadi. Geli bangat anjirrr."
"Gue yang jijik sat?!"
"Besok ada berita, Kean si atlit taekwondo m***m sama Arjuna si pangeran di dalam kelas, HAHAHA."
"Sinting?!"
****
Pemuda bermata tajam itu masih berdiri memandang tanpa minat kearah dua cowok yang kini menghadangnya di jalanan.
"Elo bisa ikut kita sebentar?"
Syahid mengerjap samar dengan melirik kecil mobil sedan hitam yang terparkir di depannya. Tampak ada seorang gadis di sana yang sedang duduk manis menonton ia dan dua seniornya itu.
"Kalau gue nolak, gimana?" Ujarnya dingin dengan memandang lurus keduanya malas.
Kedua pemuda itu sekilas saling pandang, lalu menolehkan kepala pada gadis yang terlihat melongos kasar dengan tidak sabarnya menunggu di dalam mobil.
Pintu mobil terbuka kasar membuat kedua cowok berseragam putih hitam itu terdiam dengan menelan saliva kasar. Seorang gadis cantik keluar dari sana dengan menyunggingkan senyum kearah Syahid yang hanya menatapnya datar, lalu membuang muka tidak peduli.
"Maafin teman-teman gue, yah? Mereka emang gak bisa berperilaku sopan sama orang baru, heheh." Ujar gadis itu dengan tersenyum cantik, tangannya terulur menyentuh kedua lengan dua pemuda itu. Matanya masih mendongak menatap Syahid yang hanya menatapnya datar dengan ekor mata tajamnya.
"Elo masih ingat gue, kan?" Tanyanya lagi mengulang ucapannya seperti di koridor sekolah tadi, "gue Yuna, yanh tadi nyapa lo di sekolah. Masih ingat dong pasti," tambahnya masih ramah dengan bibirnya yang tertarik sempurna.
Syahid berdecak lirih. Pemuda jangkung itu menaikan satu alis dengan malasnya lalu menatap Yuna lurus.
"Mau lo apa?"
Yuna tertawa renyah mendengar itu. Lalu melangkah mendekat pada Syahid yang hanya menaikan satu alis menatapnya. Gadis yang tingginya hanya sedada Syahid itu terlihat menjulurkan tangan menyentuh lengan kanan pemuda itu dengan mata berbinar. Seakan lengan Syahid adalah makanan yang menggiurkan.
"Empuk ternyata. Gak salah pilih gue," gumamnya membuat Syahid menepis pelan tangan mungil gadis itu dari lengannya.
"Gue kesini mau nawarin elo sesuatu, minggu depan gue ada pemotretan di sekolah dan gue lagi cari partner cowok." Jelasnya masih menatap pemuda jangkung di hadapannya itu berbinar, "dan gue milih lo. Elo setuju, kan?" Tambahnya dengan masih mempertahankan senyuman lebarnya.
Syahid berdecak lirih lalu membalikan badannya berjalan pelan menuju motor miliknya. Pemuda itu menjulurkan tangan meraih helm hitamnya dan memakainya cepat. Yuna yang melihat itu jadi menggigit bibir berusaha meredam emosi. Lalu melangkah maju dan berdiri di samping motor Syahid yang sudah menyala.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, mau kan jadi partner gue?"
Syahid membuka kaca helm, lalu menolehkan kepala kearah Yuna yang masih menunggunya. "Partner atau cuma jadi badut, lo?"
Yuna terdiam dengan mengerjap samar. Keningnya mengkerut berusaha mencerna omongan ambigu Syahid yang sudah berlalu pergi dengan motornya. Gadis itu mengepalkan tangannya erat dengan tatapan tajamnya. Nafasnya menggebu sudah terpancing dan kesal dengan apa yang cowok tadi lontarkan padanya. Selama ini tidak ada yang tahu tentang Yuna yang tergila-gila dengan merombak dan mengiris lengan para 'badutnya'. Dan istilah badut itu hanya ia dan orang-orang tertentu yang tahu. Tapi, kenapa Syahid mengatakan sebutan badut dengan ambigunya.
"Dia gak mungkin tahu kan tentang rahasia kita? Elo semua gak bocorin, kan?!"
Kedua pemuda di belakangnya terlonjak kaget dengan menarik diri. Berusaha memberanikan diri dan menggelengkan kepalanya yakin.
"Gak ada yang bocorin. Mungkin dia cuma asal nyebutin badut, tanpa tahu arti sebenarnya," ujar Ando menjelaskan, "lagian dia murid baru, gak mungkin tahu soal ini. Alumni saja tidak ada yang tahu, kan? Apalagi cowok tadi." Tambah pemuda itu meyakinkan, membuat Yuna terdiam lalu menolehkan kepala memandang keduanya dengan tersenyum miring.
"Kalau dia sampai tahu sesuatu tentang ini. Elo berdua yang bakalan jadi badut gue selamanya," ancamnya lalu melangkah pergi dan masuk ke dalam mobil miliknya. Meninggalkan Ando dan Sean yang sekilas saling pandang lalu menghela panjang dengan gusarnya.
****
Siang itu hujan deras.
Seluruh siswa sedari tadi mendadak ngumpul di koridor atau pun tiduran di kelas. Mereka jadi menunda acara pulang sekolah karena hujan yang semakin turun dengan lebatnya disertai angin kencang yang menusuk tulang. Banyak dari mereka yang memilih selonjoran di lantai kelas dan mengumpul disana. Dan beberapa lainnya harus menyeretkan kakinya ke ruang ekstrakurikuler masing-masing.
Seperti pemuda jangkung itu yang sudah melangkah pelan ke koridor menuju ruangan loker dan sekaligus tempat berganti pakaian. Tangannya terulur membuka pintu loker miliknya lalu meraih dobok miliknya dan dengan sigapnya membuka seragam sekolahnya. Kembaran Syahid dan Syaqila itu pun terlihat menutup pintu loker dan berbalik. Sekilas ia mengedarkan pandangannya melihat beberapa anak lain sudah sibuk mengganti seragamnya seperti dirinya.
Pintu ruangan kembali terbuka membuat semua anggota taekwondo sekolah itu menoleh kompak.
"Semuanya cepat ke tempat latihan, waktu kalian cuma lima menit. Terlambat kalian dihukum," ucap seniornya dengan tampak datar lalu menutup pintu keras membuat beberapa anggota terlonjak kaget.
Syahir menghela panjang lalu berjalan lebih dulu meninggalkan beberapa temannya yang masih mengganti seragam dengan santainya. Tanpa menghiraukan omongan senior yang mewanti-wantinya untuk cepat.
Pemuda jangkung itu melangkah keluar berjalan ke koridor sembari berbelok dan membuka pintu ruangan. Syahir mendelik kecil saat seseorang sudah menyelenong masuk lebih dulu tanpa menghiraukan ia yang membuka pintu. Pemuda itu hanya menggelengkan kepala heran tanpa menanggapi banyak.
Di dalam ruangan sudah ada senior yang berdiri dengan memeluk tangan di depan d**a memandang pintu lurus. Syahir mengerjap samar dengan melirik ketua ekskul taekwondo yang dikenal sangat disiplin akan waktu dan peraturan yang pemuda itu buat sendiri. Matanya tajam dengan memandang tidak berkedip pintu masuk yang terlihat beberapa juniornya sudah masuk dengan menyempatkan tersenyum ramah kearahnya.
"Tutup pintunya sekarang!"
Syahir mengkerutkan kening mendengar ucapan sekaligus perintah sang senior yang bernama Vino itu.
"Time is over. Setelah ini, yang masuk ke ruangan ini akan dapat hukuman," tambahnya lagi dengan tersenyum miring lalu melangkah tenang dengan menaikan satu alis. "See, ternyata banyak yang telat dihari pertama." Tambahnya dengan tersenyum miring lalu meregangkan badan sudah tidak sabar memberi beberapa juniornya pelajaran.
"Yang terlambat berdiri di depan!!!" Titah Vino dengan tegasnya membuat beberapa juniornya menarik diri takut. Dan dengan mencicit kecil berjalan di depan menjadi tontonan teman-temannya yang lain.
Syahir sendiri hanya menghela pelan dengan mengulum bibir.
"Elo bakalan lihat teknik kyukpa sekarang, yang seharusnya kita gunakan objek atau benda mati. Sekarang manusia objeknya," bisik seseorang pada Syahir membuat pemuda itu melirik kecil kearah cowok yang nampak tidak asing itu. "Si iblis Vino bakalan berulah lagi. Serem sih tapi seru," tambah pemuda itu lagi dengan antusiasnya. Syahir hanya diam tidak menanggapi omongan cowok bergigi kelinci itu.
"Elo yang pojok, maju duluan!"
"Eh? Saya kak?"
"Hm. Sini!" Ujar Vino sudah siap mengambil ancang-ancang, cowok bertubuh kurus itu berjalan pelan dan berdiri berhadapan dengan senironya itu.
"Kalian semua perhatikan yah. Ini adalah salah satu contoh kyukpa yang akan kalian pelajari nanti, lihat dan perhatikan baik baik." Jelas Vino langsung bergerak dengan kilatnya menendang, menyabet dan juga memukul tulang kering sang junior membuat cowok malang itu berteriak kesakitan. Semua mata melongo menatap itu sekaligus takut melihat tulang cowok tadi patah begitu saja.
"See? Benar kan yang gue bilang," bisik pemuda di sebelah Syahir lagi dengan mengulum bibir menahan tawa. Syahir mengerjap samar masih shock melihat k*******n di depan matanya itu.
Cowok tadi masih teriak kesakitan dengan memegang kakinya yang sudah tidak bisa ia gerakan. Terlihat dua orang menarik pemuda malang itu keluar dari arena latihan membawanya entah kemana.
Vino tersenyum miring dengan menunjuk lagi juniornya untuk berdiri di depan menerima hukumannya.
"Sa..... saya minta maaf, kak. Sa.... saya janji gak ak.... an telat lagi." Gagapnya sudah keringat dingin. Beberapa anggota lain hanya diam menyaksikan tanpa berniat menghentikan ulah Vino yang diluar batas.
Syahir hendak melangkah, namun lengannya di tahan seseorang membuat pemuda jangkung itu melirik kecil kearah cowok tampan itu.
"Gue saranin, elo diam aja. Daripada elo sendiri yang kena getahnya," ujarnya mengingatkan, Syahir mengkerutkan kening baru mengenal siapa sebenarnya pemuda yang terlihat familiar sedari tadi itu.
"Elo udah jadi atlit dan sering ikut turnamenkan? Seharusnya elo tahu kalau ini menyalahi aturan. Emang elo kira teman teman lo yang berdiri di depan itu benda mati?!"
Pemuda yang tidak lain adalah Kean itu terdiam dan perlahan menarik tangannya dari lengan Syahir. Anak kembar Azzam itu mengeraskan rahang lalu berjalan tenang membuat seluruh anggota ekskul dan para senior melirik kearahnya.
"Apa ini gak keterlaluan?" Ujarnya dengan memandang tanpa takut kearah Vino yang sudah menatapnya nyalang.
"Keterlaluan?" Ujar Vino mengulangi dengan tertawa pelan, "mereka terlambat, dan gue hukum. Wajar, kan?" Tambah cowok yang menindik telinga kirinya itu. Syahir membasahi bibir dengan sekilas memejamkan matanya erat berusaha meredam emosinya. "Hukuman? Dengan mematahkan kaki junior? Gue rasa lo keterlaluan." Protes Syahir membuat suasana mencekam.
Kean melongos di tempatnya. Pemuda yang memiliki t**i lalat diantara kedua alisnya itu hanya menggekengkan kepala heran melihat keberanian Syahir yang nekatnya melawan Vino.
"Terus elo mau apa sekarang?!"
"Hentikan perbuatan lo, dan beri mereka hukuman yang sewajarnya." Vino tergelak mendengar itu dengan bertepuk tangan heboh, Kean hanya mendelik ngeri melihat itu. Sedangkan Syahir hanya menatapnya tenang berusaha tidak melayangkan tinjunya sekarang.
"Oke. Gue setuju,"
Kean menganga kecil mendengar penuturan dari mulut Vino. Anak-anak lainpun saling pandang dengan kening mengkerut heran. Semudah itu Syahir bisa meyakinkan dan melawan Vino yang dikenal keras kepala itu.
Syahir tersenyum samar lalu hendak berbalik.
"Tapi elo duel sama gue, sekarang!"
".............. huh?"
"Duel, gue sama lo di lapangan sekolah, SE KA RANG!"