Pengorbanan Vanesha.

829 Words
Beberapa detik sebelumnya, mata jeli Vanesha melihat tanda titik merah kecil pada jendela kaca di depan Raffa dan Ronald. Tanpa berpikir panjang, gadis manis itu segera berlari dan menabrakkan tubuhnya pada Raffa yang ia dorong jatuh ke lantai untuk ia himpit, lalu menarik lengan pria tampan itu ke samping, berlindung. Belum lepas keterkejutan Raffa, Frans juga melompat maju dengan menodongkan pistol ke arahnya dengan kaki terbuka lebar. “Terkutuk kau, Raffasya!” maki Frans dengan mata nyalang terbuka lebar sangat emosi memandang Raffa yang perlahan bangkit dari atas lantai. Pun juga Vanesha sudah beringsut turun dari atas tubuh Raffa, bergeser ke samping tetapi tidak jauh dari pria yang terlihat jauh lebih tampan dipandangi jarak dekat seperti ini. “Bisa-bisanya kau berpesta setelah apa yang kau lakukan pada istriku!” Raffa bangkit berdiri, dengan sengaja menyodorkan keningnya untuk di todong oleh pistol di tangan Frans. Raffa tidak takut sama sekali. Tatapan matanya tajam dan lurus ke dalam netra Frans yang lengan pria itu terlihat sedikit bergetar memegang pistolnya, bulir keringat pun mengalir di cambangnya. Terlihat pria itu dalam kegugupan dan emosi menjadi satu kesatuan. Di ruangan bawah, hiruk pikuk anak buah Raffa yang sedang di ganggu dan pesta dibuat kacau oleh orang-orang suruhan Raffa. Suara wanita paling mendominasi dengan teriakan ketakutan. “Sejak kapan urusanku berpesta terkait ke istrimu?” dengkus Raffa dingin dan bergema di pelataran lantai tiga tersebut. Suara musik sudah berhenti sejak orang suruhan Frans mengacau. Tidak seperti biasanya, suasana di tempat hiburan mewah itu semakin mencekam dan tegang tanpa ada suara musik yang terdengar. Beberapa tamu yang datang sudah berlarian keluar dari sana untuk menyelamatkan diri masing-masing. Tinggalah mereka pada pria bertubuh atletis berpakaian serba hitam-hitam. Anak buah Raffa dan Frans sudah saling mengacungkan senjata, siap untuk menembak. Hanya butuh aba-aba dari pemimpin mereka masing-masing. Bahkan Elmyra turut mengacungkan pistol ke belakang kepala Frans. Sedangkan Dewa berdiri di samping Elmyra untuk melindunginya dari orang-orangnya Frans yang mengarahkan senjata apinya ke wanita muda berwajah dingin namun sangat sedap di pandang tersebut. “Karena kau datang dan mengancam istriku, dia syok dan pingsan. Kandungan Kirana yang lemah tiba-tiba saja pendarahan. Bayiku terpaksa dilahirkan secara prematur dan tidak selamat!” terang Frans dalam satu tarikan nafasnya. Raffa tergelak tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya dengan sebelah tangan. Lalu menelisik sekelilingnya, dimana semua orang-orangnya Frans telah terkepung di bidik senjata api oleh anak buahnya. “Jadi itu salahku?!” tanya Raffa sangat dingin dan terdengar kejam, bersamaan dengan tatapan matanya yang semakin keras memandang Frans. “Itu semua tidak akan terjadi jika kau tidak menggangguk bisnisku, Frans Shaka!” Raffa berbalik dengan santainya, tanpa mempedulikan jika Frans masih membidiknya dengan ujung pistol yang siap tembak. Raffa meraih dua gelas baru dan mengisinya sendiri dengan minuman bergelembung, kemudian memberikannya satu ke depan Frans. Frans meraih gelas yang di sodorkan Raffa padanya dan secepat kilat ia menyiramkan isi gelas tersebut ke wajah Raffa yang segera di tarik oleh Vanesha dari samping kanan. Elmyra juga melayangkan tendangan untuk menjegal sebelah kaki Frans hingga pria bertubuh tinggi besar dan sedang emosi tersebut tertekuk seperti hendak bersujud pada Raffa. “Oh, Frans! Kau tidak perlu bersujud padaku!” Raffa kembali tergelak, namun suara tawanya membuat merinding orang-orang yang mendengarnya. Tawa yang mengandung ancaman dan siap membunuh kapan saja. Hanya Raffa yang bisa seperti itu. Tertawa bagaikan sambutan untuk malaikat kematian pencabut nyawa. “Kau berubah gila seperti ini karena gagal melakukan transaksi ilegal menggunakan barang-barang milikku?” Raffa menyeringai sinis dengan tatapan semakin berkilat kejam. Auranya jelas mendominasi suasana seakan membalik keadaan kini Frans yang mulai takut. Raffa menyadari mata Frans memerah dan agak sedikit bengkak. Apa dia baru saja selesai menangis? Si Licik ini? “Aku sudah mengembalikan barangmu, tapi tindakanmu pada Kirana tak bisa ku maafkan! Kau iblis!” maki Frans seraya bangkit berdiri, mengibaskan jubahnya seolah baru saja terkena debu dari lantai. “Kau baru tau jika aku adalah iblis?” Raffa mengangkat dagunya menatap lurus ke dalam mata Frans yang napasnya terlihat turun naik sangat emosi. “Kau lah yang telah menyebabkanku menjadi iblis, Frans Shaka!” lanjut Raffa dengan tatapan sangat nyalang mendominasi pada Frans. Ronald yang berada tidak jauh dari belakang Frans, tersenyum samar melihat bagaimana sikap tegas, dingin juga mendominasi dari seorang Raffasya, rekan bisnis yang juga sangat ia segani. “Bawa dia keluar beserta semua lalat yang datang bersamanya!” titah Raffa menoleh pada Dewa dan Elmyra yang serempak mengangguk patuh dan mulai bergerak menjalankan perintah boss mereka. Tepat saat lengan Frans di tarik oleh Dewa dari belakang, pria yang telah menurunkan lengannya dari mengacungkan pistol itu, tiba-tiba menembak ke arah jantung Raffa. DORRR!!! Bersamaan dengan itu, Bugh!!! Kaki panjang Vanesha melayang cepat menghantam sisi samping tubuh Frans, kemudian melompat dan mendorong Raffa hingga mereka kembali terjatuh dengan posisi Vanesha menumpuk tubuh Raffa. “Kau?!” seru Raffa terkejut merasakan cairah kental hangat mengalir keluar dari lengan Vanesha yang berada di atas tubuhnya. “Tahan dia, Dewa!” titah Raffa dengan suara baritonnya yang terdengar sangat berat juga dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD