Sakit hati

1279 Words
Ike membawa Dara menuju kamar mereka dan ia menatap putri kecilnya yang masih terisak. "Hiks...hiks...Mama sakit," tangis Dara. "Nggak sayang, Mama nggak apa-apa," ucap Ike. Ia menghapus air mata putrinya itu dengan jemarinya. "Udah jangan nangis ya sayang!" Pinta Ike dan ia masih saja menujukkan senyumannya agar putrinya itu terlihat sedikit lebih tenang. "Mama ikut Dara sekolah aja, biar Nenek nggak pukul Mama lagi!" Pinta Dara. "Mama nggak apa-apa sayang, Mama kan kuat, lihat dedek diperut Mama aja sanggup Mama bawa kemana-mana," ucap Ike mengelus perut besarnya membuat Dara menganggukkan kepalanya. Kapan kita bisa keluar dari rumah ini nak, Mama mau membujuk Papa agar kita tinggal terpisah dari nenek dan Kakek saja. Nenekmu tidak berubah, dia tetap membenci Mama walaupun Mama berusaha menjadi menantu yang baik untuknya. Keluarga Mama memang bukan keluarga yang kaya raya dan Mama hanya Ibu rumah tangga nak dan Nenekmu ingin Papamu memiliki istri seorang yang berasal dari kalangan atas seperti Papamu nak. Batin Ike. Ike kembali menghapus air mata Dara yang lagi-lagi menetes. Putrinya ini terlihat ketakutan selama ini, apalagi keluarga suaminya ini tidak pernah bersikap baik padanya. Ike terpuaskan menatap wajah putrinya itu dengan tersenyum palsu agar putrinya ini tidak lagi menangis. "Mama nggak apa-apa sayang, kamu jangan nangis lagi ya!" Pinta Ike. "Mama antar Dara ke Sekolah ya sekalian Mama mau ke Kantor Papa!"ucap Ike. Dara memganggukkan kepalanya membuat Ike segera memeluk Dara dengan erat. Ike ingin bertemu Andi dan ia ingin membawakan sarapan untuk Andi. Biasanya Andi akan pergi jam sepuluh pagi dan ia ingin Andi memakan sarapan buatannya hari ini. Andi memang selalu mengatakan kepadanya agar tidak membawakannya sarapan ke Apartemennya, tapi hari ini Ike ingin berbicara mengenai masalah ini dan ia ingin Andi mengabulkan keinginannya, agar mereka bisa tinggal terpisah dari orang tua Andi. Sebenarnya dulu Ike pernah ingin mengajukan keinginan itu, tapi Andi selalu bilang jika Dara masih kecil, Heri Subiantoro Papanya Andi pasti tidak mengizinkan mereka tinggal terpisah karena Heri yang sangat menyayangi Dara dan ingin bertemu Dara setiap hari. Tapi kali ini Ike tidak bisa lagi menahan sakit hatinya, apalagi ketika nanti anak keduanya lahir ia ingin menikmati menjadi seorang ibu dengan merawat putra mereka dengan tenang. Menjalankan perannya sebagai seorang istri dan ibu tanpa harus dicerca, dimaki dan dihina ibu mertuanya. Setelah mengantarkan Dara ke sekolah, Ike menuju Apartemen Andi yang tidak jauh dari Kantor tempat Andi bekerja. Ia menggunakan taksi dan berhenti tepat didepan gedung apartemen Andi . Ike membawa paperbag berisi makanan yang ia buat dan menjinjingnya lalu ia melangkahkan kakinya masuk kedalam lobi apartemen. Ia membayangkan jika saat ini Andi pasti akan terkejut dengan kedatangannya dan Andi akan memeluknya dengan erat karena merindukannya. Ya...setiap hari jika Andi pulang dari kantor dan bertemu dengannya, Andi pasti akan mengatakan padanya jika Andi merindukannya. Hal romantis dan hangat yang selalu Ike dapatkan jika bersama Andi. Ike memasuki lift dan ia menuju lantai dimana Apartemen Andi berada. Dulu ia sering datang ke apartemen ini dan ia tak perlu menanyakan pasword kunci apartemen karena paswordnya adalah tanggal pernikahan mereka. Pintu lift terbuka dan Ike mempercepat langkahnya menuju unit apartemen Andi. Ia berhenti tepat didepan pintu apartemen dan ia menekan pasword kunci apartemen. Pintu apartemen terbuka, Ike segera masuk kedalam apartemen dan ia menuju dapur lalu terkejut ketika melihat Andi yang sedang memeluk perempuan cantik yang hanya memakai kemeja Andi yang memperlihatkan paha putih mulusnya sedangkan Dimas, ia hanya memakai handuk di pinggangnya. "Mas..." lirih Ike membuat Andi menatap Ike dengan tatapan terkejut. Tadi Andi sama sekali tidak mendengar bunyi pintu terbuka, karena ia sedang asyik mencubit perempuan cantik yang saat ini dipeluknya. Andi membalik tubuhnya dan ia segera melepaskan tangannya dari tubuh wanita itu. Air mata Ike menetes dan ia merasa sangat kesakitan saat ini. Sakit hati melihat Andi yang telah berani mempermainkan pernikahan mereka yang selama ini sangat Ike banggakan. Kesetiaan? Kata itu adalah pertahanan yang kuat untuk hatinya, agar menjadi kekuatannya untuk menghadapi semua permasalahan di rumah tangganya. Sikap ibu mertuanya yang tidak menyukainya masih bisa ia tolerir sejak dulu dan ia berusaha untuk bersabar, tapi ketika perselingkuhan yang dilakukan suaminya terjadi saat ini tepat didepan matanya, Ike tak mampu untuk bertahan apalagi bersabar. "Ike..." ucap Andi dan ia melangkahkan kakinya mengambil pakaiannnya yang berada dikursi dan segera memakainya dengan cepat. Ia mendekati Ike yang saat ini mematung dengan wajah pucatnya menatap adegan perselingkuhan diantara suaminya dan perempuan cantik ini. Air mata Ike terus saja menetes tanpa isakan, tergorokannya tercekat dan ia tak mampu lagi untuk menahan rasa sakit hati dan kecewanya hingga tanpa Andi duga. Ike mendekati Andi dengan cepat dan ia menampar Andi dengan keras. "Kau jahat Mas...perbuatanmu ini sangat menghancurkan aku, aku membencimu Mas..." teriak Ike. Andi mengeraskan rahangnya dan baru kali ini istrinya berteriak kencang seperti ini. "Dengar penjelasanku!" Ucap Andi menarik tangan Ike membuat Ike menatap Andi dengan nanar. Ike menatap perempuan cantik selingkuhan suaminya ini dengan tatapan tajam. Dimas melangkahkan kakinya mendekati Ike dengan cepat, lalu memeluk Ike, namun mata Ike menatap wanita jahat yang saat ini tersenyum senang melihatnya yang terlihat begitu menyedihkan. Atika perempuan yang pernah dijodohkan kepada suaminya dan dia merupakan anak dari sahabat mertuanya. Atika melangkahkan kakinya dengan santai seolah apa yang terjadi saat ini adalah keinginannya dan ia menghentikan langkah kakinya didepan pintu kamar Apartemen Andi. "Harusnya kamu sadar diri siapa posisimu, kau hanya pelarian sementara karena Mas Dimas adalah milikku," ucap Atika menatap Ike dengan sinis. "Aku istrinya dan kau beraninya mengatakan Mas Andi milikmu? Kau penghancur rumah tanggaku tidaklah kau sadar siapa laki-laki yang kau peluk dan yang kau cumbu. Laki-laki b******k ini suamiku..." teriak Ike menatap Atika dengan tajam. "Kau yang bodoh memaksakan diri menikahi Dimas dan bukannya kau sudah tahu kalau Mama Melati tidak menyukaimu," ucap Atika sinis. "Cukup Nela!" Teriak Dimas dan ia merasa pusing dengan pertengkaran antara Ike dan Nela. "Kalian bisa damai dan menerima keputusan Mas!" Ucap Andi tegas. "Maksud Mas apa?" Tanya Ike menatap Andi dengan tatapan nanar. "Arukq bersedia menjadi istri kedua," ucap Andi membuat pertahan Ike hancur dan ia menatap Andi dengan dingin. "Aku menolak dan aku minta sekarang juga ceraikan aku Mas!" Teriak Ike. Baru kali ini ia berteriak kencang dan meminta Andi menceraikannya. Perselingkuhan ini saja telah membuatnya kecewa dan hancur apalagi jika ia harus hidup dimadu. "Aku tidak akan menceraikanmu Ike, kau sedang mengandung dan jangan banyak pikiran!" Ucap Andi dengan lembut seolah membujuk Ike agar mengikuti keinginannya dan menerima keputusannya ini. "Mas Andi ingat perut aku juga akan segera membesar seperti dia Mas," ucap Atika membuat darah Ike semakin mendidih. Ike yang tidak bisa menahan kemarahannya mendorong tubuh Andi dengan kasar dan ia mempercepat langkahnya mendekati Atika. Ike ingin menarik rambut perempuan yang telah menyakiti hatinya ini, namun Andi menarik lengannya dengan kuat, membuat Ike terjatuh dengan perutnya yang menyetuh lantai. "Sakit..." Ike berteriak karena ia merasa sangat kesakitan saat ini. "Kamu tega Mas...hiks...aduh sakit," isakan yang Ike tahan akhirnya terdengar. Ia melihat bagian bawah tubuhnya dan darah mengalir dikakinya membuatnya menangis kencang. Andi segera memakai pakaiannya dan ia melangkahkan kakinya mendekati Ike. "Ike," Andi menggendong Ike dan ia terlihat sangat panik dan khawatir dengan keadaan Ike. Andi melangkahkan kakinya menuju pintu keluar apartemen "Mas Andi mau kemana?" Tanya Atika. "Ke Rumah Sakit," ucap Andi. "Biarkan saja dia Mas, bukannya kamu tidak mencintainya lagi!" ucap Atika namun Andi tetap melanjutkan langkah kakinya keluar dari apartemen ini, sambil menggendong Ike. Ike tidak bisa menahan laju air matanya lagi dan ia tahu saat ini rumah tangganya memang sudah tidak patut untuk dipertahankan lagi. Ike menahan rasa sakit tapi ia tidak menolak Andi yang saat ini sedang menggendongnya karena untuk berjalan saja ia sudah tidak sanggup lagi. Ike hanya bisa berdoa jika saat ini keadaan putranya yang ada didalam kandungannya itu tidak apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD