7. Pengakuan Seth

2419 Words
Dalam kegelapan kamar asing itu, Katia duduk di ranjang sambil meraba kemejanya. Disadarinya bahwa dirinya sudah tidak mengenakan kemeja robeknya. Seseorang telah menukar bajunya dengan sebuah kemeja yang nampak ke besaran di badan mungilnya. Katia menarik lepas selimut yang menutupi badannya. Luka luka lecet menghiasi paha dan betisnya. Diusapnya pergelangan tangannya yang  memerah tempat Brandon mengikatnya dengan sabuk. Diturunkannya kakinya yang telanjang ke atas lantai kamar sambil mencoba berdiri perlahan. Rasa sakit yang luar biasa langsung menyerbu pergelangan kaki kanannya. “Aduh..” erangnya terjembab ke lantai. Terdengar suara tapak kaki setengah berlari mendekati kamarnya. Katia menatap kearah pintu masuk kamar yang terbuka lebar. Dilihatnya sosok pemuda jangkung itu menatapnya dengan wajah khawatir. “Jangan mencoba berjalan dulu Katia. Kakimu terkilir.” Seth memencet tombol lampu di dinding. Seketika itu kamar tempat Katia berada menjadi terang benderang membuatnya menyipitkan mata karena silau.  Pria itu melangkah masuk membawa sekantong es dan handuk yang kemudian diletakkannya dilantai sebelah Katia terjatuh. Dengan lembut Seth merangkulkan tangannya ke  pundak dan lutut Katia mengangkat gadis itu dari lantai kembali ke ranjang. Kemudian meraih kantong es dari lantai dan membalutnya dengan handuk yang di bawanya. Katia meringis kecil ketika Seth meletakkan kompres itu ke pergelangan kakinya yang terkilir. “Bagaimana tanganmu?” tanya Seth sambil memandangi pergelangan tangan Katia. “Tidak apa apa. Terima kasih, Seth” “Seharusnya kau membiarkanku membunuh pemuda itu atas apa yang dilakukannya kepadamu?” Rasa mual Katia muncul kembali ketika dirinya mengingat Brandon. “Apakah ini rumahmu?” tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.  Seth mengangguk. Katia kembali terbayang kegelapan hutan dan bagaimana Brandon terlempar dari atas tubuhnya tepat ketika Seth muncul. Tatapan mata Seth nampak kelam, dingin dan beringas siap untuk menyerang. “Mahkluk apakah kamu, Seth?” tanya Katia perlahan. “Bagaimana caramu melemparkan Brandon yang besarnya 2 kali lipat besar badanmu, tanpa menyentuhnya? Hal yang sama juga terjadi pada Brad dan Jeff, bukan?” Seth terdiam menatapnya dalam dalam.  Katia menahan nafas, berusaha keras untuk tidak berpaling dari tatapan tajam pemuda itu. Sedikit merasa lega ketika Seth akhirnya memalingkan wajahnya, memandang jauh keluar jendela. “Aku tahu kamu berusaha menghindariku sejak kejadian dengan Brad dan Jeff. Asal kamu tahu aku tidak menceritakan kejadian kemaren kepada siapapun. Tidak dengan Donna atau Ben. Aku bahkan memastikan bahwa anak  yang kamu tolong kemaren juga tidak menceritakan apa yang dialaminya kepada siapapun.” Katia mulai frustasi dengan bungkamnya Seth. “Tapi aku butuh penjelasan Seth. Kamu tidak bisa bertingkah seolah ingin melindungiku satu hari kemudian mengabaikanku besoknya. Jika kamu memang ingin menganggap aku tidak ada, untuk apa kamu menolongku dan membawaku ke sini? Memberiku harapan bahwa kamu mungkin peduli padaku hanya untuk mengacuhkanku kemudian.” Wajah Katia mulai memerah menahan tangis. Seth memalingkan pandangannya kembali ke wajah Katia. Mata gadis itu tampak berkaca kaca. Diusapnya pipi merah gadis itu dengan lembut ketika setetes air mata jatuh mengalir membasahi wajahnya. Ada rasa bersalah karena telah membuatnya bersedih. “Baiklah” kata nya pelan. Seth tidak peduli lagi bahwa penjelasannya mungkin akan membuat Katia  kecewa atau membencinya. Seth memutuskan dirinya akan menceritakan semuanya malam itu. “Seberapa paham kamu tentang mitologi kuno romawi, Katia?” Katia mengerutkan dahinya bingung. “Maksudmu cerita tentang Zeus, Poseidon, Hades dan lainnya?” “Ya” jawab Seth. Katia masih tidak paham apa hubungan cerita mitologi romawi dengan diri Seth, tapi gadis itu menahan diri menunggu Seth melanjutkan ceritanya. “Hades adalah nama yang dipilih oleh manusia untuk memanggilku--” Seth berhenti sejenak memandangi wajah Katia, berusaha membaca apa yang dipikirkan gadis itu sebelum melanjutkan ceritanya. “Dahulu kala, sebelum manusia tercipta. Mahkluk Abadi menguasai alam semesta dan bertugas untuk menjaga keseimbangannya. Sejak kecil, aku dan kedua kakakku Zack dan Peetr yang tidak akur sering beradu kekuatan. Bencana alam terjadi setiap kami berseteru. Jadi sebelum kematiannya, ayah kami yang saat itu adalah raja dari semua Mahkluk Abadi memutuskan untuk membuat peraturan bagi kami bertiga untuk menghindari peperangan yang bisa merobek kedamaian di alam semesta.” “Tunggu dulu. Apa maksudmu kematian ayahmu? Bukankah Mahkluk Abadi hidup selamanya?” potong Katia. “Mahkluk Abadi tidak akan meninggal karena usia tua, tapi bukan berarti kami tidak bisa mati. Agar tidak lagi berebut  Ayah membagi daerah kekuasaannya menjadi 3. Kakak tertuaku, Zack mendapat kekuasan atas langit, kakak keduaku Peetr mendapat kekuatan atas laut, dan diriku sendiri sebagai saudara yang paling muda mendapatkan tahta di kerajaan orang orang yang telah meninggal.” Seth berhenti lagi untuk melihat reaksi Katia yang masih terpaku serius menatapnya tanpa berkata apa apa. “ Rencana Ayah berjalan lancar selama beribu tahun diikuti kedamaian di dunia. Masalah bermula ketika kakakku, Zack bertemu dengan seorang dewi musim semi bernama Serafina. Kecantikan wajah Serafina mampu membuat siapapun yang melihatnya jatuh cinta kepadanya. Semua dewa berhasrat untuk menikahinya termasuk kakak tertuaku. Jadi bisa kaubayangkan betapa marahnya Zack ketika mendapati bahwa Serafina lebih memilih untuk ikut bersamaku di Dunia Kematian daripada bertahta di langit dengan nya. Zack mengutuk Serafina karena lebih memilihku daripada dirinya. Selama Serafina bersamaku, tubuh dan wajahnya yang cantik perlahan lahan akan membusuk.” Zack menarik nafas pelan sebelum melanjutkan, “Sudah kucoba membujuk Serafina untuk pergi ke langit berpasangan dengan Zack tapi wanita itu bersikukuh untuk tetap tinggal bersamaku. Dirinya mengatakan hanya kematianlah yang bisa membawanya pergi dari sisiku. Perlahan kutukan Zack menjadi kenyataan. Ribuan tahun kami bertahta bersama di dunia kematian sebagai raja dan ratu. Kecantikan Serafina mulai memudar.  Wajahnya yang dulu bagaikan sinar bulan kini mulai membusuk dan hancur.  Perlahan namun pasti kebinasaan yang membuntutinya mulai berhasil mengambil alih dirinya. Berulang kali kudatangi Zack memohonnya untuk mencabut kutukannya, tapi kakakku rupanya adalah seorang yang pendendam. Semakin aku memohon semakin dirinya menolak. Sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak beradu dengannya mengingat sumpah terakhir kami dihadapan ayah. Akhirnya kuminta Serafina mendatangi dewi para penyihir, bernama Hecate yang juga adalah teman baiknya, untuk meminta nasehat. Dia menyarankan Serafina menyimpan wujud cantiknya sebelum makin membusuk dan menyimpannya  ke dalam tubuh seorang bayi manusia. Hecate memilih salah satu pengikutnya yang terkuat untuk melahirkan bayi yang akan menjadi wadah baru bagi wujud Serafina. Bayi itu akan lahir bertepatan dengan bulan gerhana merah darah pada tanggal 8 Januari 20 tahun yang lalu. Dan ketika sudah tumbuh melewati umur 20 tahun, Serafina akan bisa memindahkan rohnya ke tubuh baru milik gadis itu. “ Katia tersentak kaget, “Hari ulang tahun ku?  Maksudmu….aku adalah bayi itu?” Seth mengangguk. “Ibumu adalah pengikut Dewi Hecate dan memiliki kekuatan sihir yang cukup kuat. Salah satu anak kesayangan Hecate, bahkan dirinyalah yang mendidik ibumu dan memberinya kekuatan sihir melebihi pengikutnya yang lain.” “Apa..? Ibuku, penyihir?” Katia mengelus dahinya. Semua informasi ini membuat kepalanya melayang. “Apakah Serafina juga memiliki bekas luka ini di wajahnya?” tanya Katia ketika dirinya meraba keningnya. Seth menatap bekas luka di wajah Katia lekat lekat sebelum menggeleng. “Luka itu adalah kesalahanku.” Jawab Seth setelah terdiam beberapa menit. “Ibumu seharusnya menyerahkanmu kepadaku untuk dibawa ke alamku setelah dirimu lahir, namun aku menyepelekan insting seorang ibu untuk melindungi anaknya. Sesaat setelah dirimu lahir, Helen mengorbankan nyawanya membuat mantera sihir yang kuat untuk melindungimu dan ayahmu. Bahkan Hecatepun tidak sanggup untuk mematahkan Mantera yang dibuat ibumu. Rasa marah karena dikhianati membutakan diriku.” Seth berhenti sejenak, menatap Katia merasa bersalah. Gadis itu hanya terdiam mendengar penjelasannya. Mata nya yang lebar dan bening menatap pemuda itu tanpa berkedip menunggunya untuk melanjutkan ceritanya. “Aku berniat untuk membunuhmu. Tapi dengan perlindungan Mantera ibumu aku hanya berhasil melukai sebagian wajahmu. Ayahmu mengeluarkan dirimu dari reruntuhan rumah sakit tepat sebelum kubakar hangus gedung tempatmu dilahirkan.” Seth adalah penyebab luka di wajahku? Penyebab kematian Mom? Penyebab Dad membesarkannya sendirian selama ini? Katia tiba tiba teringat pada ayahnya. “Oh tidak! Dad! Jam berapa ini?” tanyanya sembari melihat keluar jendela. Semburat cahaya ungu mulai nampak menandakan hari mulai subuh. “Aku harus segera pulang. Aku berjanji pada Dad akan tiba di rumah sebelum tengah malam.” Katia memindahkan kompres yang sudah mencair dari kakinya. Dirinya mencoba berdiri menahan rasa sakit di pergelangan kakinya. “Tunggu Katia, pelan pelan!” kata Seth berusaha menopang badan Katia. Gadis itu menampik pegangan Seth. “Aku tidak butuh bantuanmu, Seth” Rasa marah menyelimuti dirinya. Ternyata pria yang menghiasi mimpinya selama beberapa minggu inilah yang menyebabkan kesedihan di keluarganya. Katia berjalan tertatih tatih menuruni tangga di depan kamar tidur sebelum berjalan menyeberangi ruangan demi ruangan di lantai 1 untuk menuju pintu depan, diikuti Seth dari belakang.  Katia membuka pintu depan mendapati dirinya berada di daerah yang tidak dikenalinya.  “Biar kuantarkan kamu pulang, Katia. Rumahmu cukup jauh dari sini. Tunggu disini kuambil mobil dulu.” Kata Seth sambil berlari kearah garasi. Katia tidak punya pilihan selain menurut masuk ke dalam mobil hitam milik Seth. Kepala dan kakinya terasa berdenyut. Dirinya yakin tidak akan sampai ke rumahnya dengan berjalan kaki.  Mereka menghabiskan separuh perjalanan dengan diam. Katia termenung memikirkan tentang wajahnya yang ternyata bukanlah miliknya, tapi milik pasangan Seth. Mungkin wajah inilah yang membuat Seth memperhatikannya, dan bukan dirinya yang sesungguhnya. Kini Katia mulai memahami akan kesedihan yang muncul di wajah ayahnya setiap kali dirinya bertanya tentang ibunya.  “Kenapa kamu kembali ke dunia ini Seth? Apakah kamu datang untuk menyelesaikan misimu yang tertunda oleh sihir ibuku?” tanya Katia memecahkan kesunyian. “Ya, awalnya. Tapi..semakin aku mengenalmu, semakin aku tidak mampu melakukan tujuanku untuk menyeretmu ke duniaku. Sekilas kalian memang terlihat sama, tapi..aku sadar bahwa kamu bukanlah Serafina. Dan aku menemukan diriku mulai memikirkanmu dan...mencintaimu.” Katia tertegun mendengar pernyataan Seth. Dewa itu mencintainya? Dirinya seutuhnya dan bukan hanya wajahnya yang mirip dengan pasangannya. “Katia, boleh kutanya kenapa kamu bisa ada di dalam hutan bersama Brandon?” Seth bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan. Katia mencoba mengingat kejadian semalam. Dirinya cukup mabuk namun samar diingatnya alasan nya berada di dalam hutan. “Aku melihat sosok bayangan hitam yang mengamatiku dari balik pohon. Seperti yang kulihat beberapa malam sebelumnya di kebun belakang rumah. Kuikuti  bayangan itu yang menuntunku masuk semakin dalam ke hutan. Aku pasti tidak sadar bahwa Brandon mengikutiku dari belakang. Yang kuingat berikutnya Brandon menubrukku dan akupun jatuh ke tanah” Katia berhenti bercerita. Bayangan tangan Brandon yang menggerayangi seluruh tubuhnya kembali menghantuinya. Meremas dan menghisap payudaranya hingga terasa sakit, sementara menciumi bibirnya dengan kasar. Bisa dirasakan oleh Katia kemaluan Brandon yang menegang menggesek gesek celana dalamnya. Dan tatapan mata Brandon yang nampak liar dan penuh nafsu melihat dirinya yang setengah telanjang. Jika saja Seth tidak datang tepat pada waktunya, entah apa yang akan terjadi pada dirinya. Sendiri di hutan itu bersama binatang yang mencoba merenggut keperawanannya, Katia bergidik ngeri memikirkannya. “Maaf, bukan maksudku membuatmu teringat kejadian semalam.” Seth berkata seolah bisa membaca pikirannya. DIurungkannya keinginan Katia untuk menjawab karena mereka telah sampai di depan rumah Katia. DIlihatnya ayahnya itu sedang menelepon didepan rumah terlihat panik. Seth membukakan pintu mobil untuk Katia dan memapahnya keluar mobil. Begitu melihat anaknya, Mike langsung menutup telepon dan berlari menghampiri Katia. “Apa yang terjadi? Aku mencarimu kemana mana, Katia.” Mike menoleh kearah Seth dan seketika itu juga matanya terbelalak kaget. Badan jangkung mahkluk yang sudah menghantuinya selama 20 tahun itu berdiri memegangi lengan putrinya. “Kamu!” geramnya gusar. Ditariknya tangan Katia agar menjauh dari Seth. “Kamu perlu pergi dari kota ini. Aku tahu mahkluk apa kamu dan aku tidak akan menyerahkan putriku kepadamu.” Mike mendorong d**a Seth dengan keras. Pemuda itu tampak tidak tidak bergeming oleh dorongan Dad. Namun perlahan melangkah mundur kebelakang. Seth menatap mata ayah Katia  sambil berkata, “Aku tidak bermaksud menyakiti putrimu, Michael. Maafkan aku untuk semua yang sudah kulakukan pada keluargamu”  Seth menghela nafas sebelum masuk ke dalam mobilnya dan perlahan pergi. Mike merangkul lengan Katia di pundaknya. Dituntunnya gadis semata wayangnya masuk ke rumah. Bisa dirasakan ketegangan wajah ayahnya saat pria itu menariknya masuk ke dalam rumah. “Bagaimana kalian bisa saling kenal, Dad?” pancing Katia. Dirinya ingin mendengar penjelasan ayahnya tentang Seth. Tapi ayahnya hanya membungkam sambil menuntunnya masuk ke dalam rumah. “Dad, Seth sudah menceritakan semuanya padaku.” Kata Katia ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari ayahnya. “Aku tahu apa yang terjadi dengan Mom dan mengapa diriku mempunyai luka ini,” cerca Katia sambil mengusap bekas luka di wajahnya. Mike mendudukan putrinya itu ke sofa di ruang tengah. “Maafkan aku tidak bisa melindungimu Katia” ujar Mike lirih. Tampak air mulai tergenang di pelupuk matanya. “Helen mengorbankan nyawanya melindungimu. Menjauhkanmu dari incaran iblis itu. Bertahun tahun aman tersembunyi di kota ini membuatku lengah. Aku tidak sadar bahwa iblis itu sudah ada disini.” Kedatangan Seth tampak membuat Mike cukup terguncang. Tangannya yang gemetaran mengelus dahinya yang nampak lelah. “Dad” ucap Katia mengelus tangan ayahnya “Kurasa Seth kali ini tidak berniat untuk menyakitiku. Beberapa kali dia menolongku.” “Dia itu adalah penjaga dunia kematian, Katia. Dia akan melakukan segala cara untuk membawamu ke alam nya. Mungkin ini saatnya kita berpindah kota. Lekas benahi barangmu Katia. Bawa yang kamu bisa.” Kata ayahnya tergesa gesa, keringat dingin mulai nampak bercucuran dari dahinya. “Dad, tunggu! Berjalan saja aku susah. Lagian mau kemana kita akan pergi?” tanya Katia. “Jika memang Seth berniat untuk membawaku, Dia pasti sudah melakukannya. Lagipula ini adalah rumah kita, aku tidak akan membiarkan siapapun mengusir kita dari sini.” Mike memandang gadis mungilnya itu tersadar bahwa Katia sudah bukan anak kecil. Dalam sekejap gadis itu sudah berubah menjadi wanita muda yang pemberani. “Kamu selalu mengingatkanku pada Ibumu, Kat.”ujarnya sambil duduk di sebelah Katia. “Pemberani dan keras kepala.” Pandangan Mike teralih pada pergelangan kaki anaknya. “Apa yang terjadi pada kakimu Katia? Kemana saja kamu semalaman?” Katia terdiam sejenak sebelum akhirnya menceritakan semuanya kepada ayahnya. Tentang bagaimana Brandon hendak menyakitinya. Dijelaskannya bahwa Seth lah yang menyelamatkannya. Tanpa Seth, dirinya sudah pasti masih tergeletak di tengah hutan entah dalam kondisi seperti apa. Mike tertegun. Iblis yang di ketahuinya bernama Seth itu memiliki wajah yang sama persis seperti yang diingatnya. Dua dekade berlalu dan wajah pemuda itu tidak berubah sama sekali. Kecuali satu hal yang diyakininya masih sama, iblis tersebut tidak memiliki rasa iba. Mike masih ingat kemurkaan iblis itu ketika membakar, membunuh dan menghancurkan apapun yang berani menghalangi tujuannya. Gedung rumah sakit dibuatnya luluh lantak dengan sekali hempasan nafasnya. Orang orang berlarian. Sebagian menjerit ketakutan, sebagian hangus terbakar. Mike teringat bagaimana dirinya memeluk badan mungil Katia untuk bisa keluar dari kekacauan malam itu. Mike tidak yakin akan keputusannya, namun saat ini sepertinya bukanlah saat yang tepat untuk tergesa gesa mengambil keputusan untuk pindah. Kaki Katia nampak membengkak terkilir tidak memungkinkan untuk bepergian. “Baiklah, kita akan bertahan dikota ini..untuk sekarang. Tapi aku mohon berhati hati lah jika berada di dekat Seth.” Pinta Mike. “Dan kurasa sebaiknya kita melapor ke polisi tentang Brandon” tambah Mike. “Tidak, Dad. Aku tidak mau polisi ikut campur. Seth telah menghajar Brandon, dan kurasa Brandon  tidak akan mengulangi perbuataannya dalam jangka waktu yang lama” Katia teringat bagaimana tubuh Brandon terhempas ke pohon bagaikan sebuah boneka. Mike tampak bimbang, namun dirinya setuju bahwa membawa polisi dalam hal ini mungkin bukanlah hal yang tepat. Mike tidak yakin bagaimana menjelaskan putrinya telah ditolong oleh iblis penjaga dunia kematian kepada polisi tanpa terdengar bagaikan orang gila. “Baiklah, bila itu yang kau mau.” Ujar Mike akhirnya. Katia mengangguk dan tersenyum merasa sedikit lega karena telah menceritakan semuanya kepada ayahnya. Dipeluknya badan pria itu sambil meyakinkannya bahwa semuanya akan baik baik saja. Sembari berusaha meyakinkan dirinya sendiri akan hal yang sama.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD