11. Tentang Keluarga Rapsada

1017 Words
Keluarga Rapsada adalah satu satu keturunan keluarga terkaya di Amerika, dari keturunan pertama menreka sudah menguasai berbagai macam industri, mulai dari hiburan dan juga perekonomian, saham mereka di mana-mana, abhkan memiliki saham di bank dunia. Pada keturunan ke delapan, yakni Bagsan Rapsada, ia menikahi salh satu mantan puti seorang presiden di negara Eropa, kekuasaanya meluas dan hartanya bertambah,lahirnya Costa Rapsada sebagai keturunan kesembilan. Saat Costa berumur sepuluh tahun, Amerika mengalami masalah pelik perkonomian, dan memaksa seluruh saham Rapsada harus anjlok di negara tersebut. Untuk menalang kerugian, akhirnya saham Rapsada pindah ke Eropa dan Asian. Pada tahun 2021 setelah Amerika tak lagi bisa di bangkitkan, saat itu pula perekonomian dan keuangan seluruh dunia melemah dan hampir lumpuh seketika. Empat tahun kemudian, negara-negara membentuk sebuah negara baru di samudra pasifik yang tak jauh dari negara-negara kecil kepulauan. Rapsada memindahkan saham dan banyak uangnya kenegara bernama Ingerdia itu, negara itu semakin maju, di tambah lagi Bagsan juga menjabat sebagai presiden kedua di sana, namun konspirasi mulai terjadi. Bagsan di temukan dalam keadaan tak bernyawa di ruangan kerjanya, kursi kekuasaan kosong dan memaksa seseorang untuk menggantikan negara itu seebntar, yakni Luis Ignas, namun ternyata kekuasaan itu di dukung rakyat, karena Luis pandai mengatur negara. Luis naik menjadi presiden ketiga, dan tahun 2045 presiden baru akan di pilih kembali, sayangnya Luis tak ingin menjabat sebagai presiden, dan kandidat terbaru, yakni Costa Rapsada dan Mark Edward. Costa adalah anak presiden kedua yang memiliki pengaruh cukup besar di Ingerdia, selain memiliki kekayaan yang luar biasa, ia juga seorang anggota senat dari parlemen kenegaraan. Selain itu Costa juga yang membuat negara Ingerdia mengalami masa terbaik untuk pendidikan dan juga perkonomian. Sementara Mark adalah seorang ilmuan yang di kenal banyak menciptakan teknologi di Ingerdia, ia juga membuat Ingerdia memulai babak baru sebagai negara paling canggih di dunia saat ini. Ada 20 provinsi di Ingerdia, jika di bagi menjadi dua bagian, maka bagian timur akan mendukung Mark sementara bagian barat akan mendukung Costa, keduanya memiliki pengaruh di tempat berbeda. *** Masih di waktu yang sama, Costa dan Alison saat ini duduk di bangku yang ada di taman kota. Sambil menikmati sore hari yang tenang, banyak orang yang ada di sana, baik tua ataupun muda. Costa mengatakan bahwa pekerja di Ingerdia hanya tujuh jam, sementara sekolah baik dari yang terendah sampai tingkat atas memiliki durasi jam belajar hanya lima jam. Meskipun begitu rakyat Ingerdia sejahtera dan merasakan nyaman dengan kehidupannya. “Apa biaya hidup mereka cukup?” tanya Alison setelah Costa menceritakan hal itu. “Kami berusaha membuat biaya hidup mereka cukup, sekolahpun sudah kami gratiskan, rumah sakit dan baiaya lainnya juga kami bantu,” ujar Costa. “Kami? Entah kenapa setiap berbicara tentang Ingerdia, kamu selalu menyebut soal kami, seperti kamu yang membantu negara ini,” kata Aliosn kini, ia mencoba bertanya agar Costa membuka mulutnya dan mengatakan siapa sebenarnya dirinya. “Ehm, anu,” Costa sedikit terbata setelah mendengar Alisom hal itu. “Kami maksudnya adalah rakyat dan pemerintah, karena kami bekerja saja supaya negara ini berkembang lebih baik. Iya begitu.” Alison mengangguk, lagi-lagi Costa pintar mencari alasan terkait ucapannya tadi. Alison masih penasaran sampai kapan Costa akan berbicara secara jujur padanya, jika di tanya, Costa bisa saja berbohong dengan banyak alasan. Mungkin itu sudah kebiasaan pemerintah yang pandia berbohong. “Bagaiaman udaranya segar bukan?” sambung Costa. “Segar sekali, aku mencium bau laut lewat udara,” ujar Alison. “Kota Sidir memang dekat laut, seperti halnya Tokyo di Jepang. Tapi, tenang kota ini aman dari banjir, gempa ataupun tsunami. Meskipunkadang air laut sering sekali baik, dengn gelombang besarnya.” “Ya aku tau, pasti karena negara ini sudah canggih, kan,” kata Alisoon, Costa mengangguk dengan ucapan Aliosn itu, lalu ia tersenyum manis, memperlihatkan giginya. “Kau mau aku belikan minuman, cemilan atau ice cream?” tawar Costa pada Alison. “Aku mau cemilan dan minuman saja, rumput laut yang seperti kau bawakan tempo hari di rumah sakit itu enak.” “Siap bos!” setelah mengucapkan hal itu Costa pergi entah kemana, meninggalkan Alison sendiri yang terus menikmati taman itu. Ingat mengingat, dulu saat masih di Jerman, meskipun ia seorang ahli botani, ia jarang sekali pergi ke taman, karena terhalang pekerjaan yang super sibuk. Dengan baju snelli, ia terus berada di Lab untuk mengurus semua hal. Selain itu ia juga bertugas membantu para pekerja farmasi untuk membuat resep obatan baru, dari jenis tumbuhan baru yang cocok di konsumsi tubuh manusia, meskipun itu bukanlah ranahnya, tapi karena ia sedikit paham akhirnya ia membantu. Jika di ingat menjadi ahli botani hal yang sangat ia banggakan, karena itu sudah mimpinya sejak kecil, ibunya sering menentang mimpinya itu, mengatakan bahwa bekerja di Lab adalah hal yang aneh. Nyonya Este menginginkan Aliosn untuk menjadi seorang perawat di Hamburg, selain dekat dengan rumah, menjadi perawat itu sudah pasti menolong nyawa banyak orang, karena untuk menjadi dokter mereka membutuhkan banyak uang guna pendidikannya. “Hei, kau malah melamun,” ujar Costa mengagetkan Alison. Costa datang sambil membawa makanan ringan dan dua botol minuman dengan bahan dasar kaca. “Botolnya bagus, dan kemasan makannya juga,” kata Alison sambil menerima makanan itu dari Costa. “Kami mengurangi sampah plastik, jadi memakai kaca dan kemasan lain.” “Kalian ingin hemat atau tak ingin kerja untuk kedua kalinya, guna mengurangi pencemaran?” tanya Alison sambil menikmati makanan itu. “Keduanya, karena sampah yang susah di daur ulang di pastikan di buang kelaut, dan laut bisa semakin kotor nanti,” kata Costa, Alison sudah tak peduli. Alison terus menikmati makanan ringannya, sementara Costa sesekali melihat wajah Alison yang begitu menggemaskan, cantik dan manis. Wajah khas Eropa milik Alison bisa membuat hati Costa bergemuruh, padahal mereka baru bertemu untuk beberapa saat. Sekitar dua minggu, tapi seperti ada rasa yang berbeda di benak Costa. Perasaan yang baru pertama kali di rasakannya setelah 35 tahun ini, selama ini ia memang tak ingin mengenal apa itu cinta, karena sejka kematian orangtuanya ia sibuk mengurus kekayaan mereka yang tak ada habisnya. Selama sekolah dan kuliahpun ia tak pernah yakin ingin memiliki kekasih dan menjalin hubungan dengan seseorang karena ia terus fokus belajar. Ayahnya mengatakan bahwa pendidikan itu penting, apalagi ia anak satu-satunya peenrus usaha besar milik keluarga Rapsada, tak ada yang lain yang boleh memegangnya, meskipun itu saudara-saudaranya. “Kenapa kau sekarang yang melamun,” ujar Alison kini yang membuat Costa kembali mengingat dunia nyata. “Aku melamunkan dirimu, yang begitu menikmati makanan itu, seperti orang yang belum makan satu minggu,” kata Costa sambil tertawa pelan. Mendapat ejekan itu malah membuat Aliosn mengambil banyak makanan dan membenamkan di mulutnya. Kemudian mereka kembali tertawa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD