13. Tentang Antonio dan Tentang Mark Edward

1986 Words
Laki-laki yang tak lain Antonio itu memang sengaja menabrak tubuh Alison untuk menaruh sebuah alat di tubuh Alison guna melancarkan pekerjaanya yang di perintahkan Mark. Alat itu adalah sebuah pelacak yang memungkin diirnya mengeahui dimana keberadaan Alison. Sudah sangat lama sekali Antonio mengintai apartemen yang di gunakan Alison, dan ia menunggu waktu yang tepat yakini saat Costa pergi meninggalkan Alison. Dan untung saja saat pagi hari ia sudah berada di sana untuk mengawasi Alison.  Setelah selesai dengan pekerjaan itu, Antonio kemudian kembali pergi meninggalkan sueprmarket dan ingin menemui Mark, tapi jika sepagi ini mungkin sang majikan masih belum berangkat ke Lab, terpaksa ia urungkan niatnya. Sembari menunggu Mark, ia pergi lebih dulu ke tempat Martha sang sahabat, biasanay sepagi ini Martha sudah masak dan ia bisa sarapan gratsi, ia menyukai hal itu, karena memang enak rasanya. Dengan mobil dari kantornya yang di berikan Mark untuknya, ia menjalankan meninggalkan suaranya supermarket, jalanan juga belum begitu ramai, hanya di donimasi pejalan kaki yang berolahraga sembari menikmati udara pagi kota Sidir. Sudah lebih dari lima tahun ia bekerj adi kota itu, awalnya ia tak berniat berada di sana, tapi karena orangtuanya yang memaksa dan mendekat dirinya untuk berkuliah di Sidir akhirnya ia turuti. Setelah lulus dari Universitas sebagai lulusna terbaik di jurusan teknologi, Mark mengajaknya bergabung di lab meskipun akhirnya ia tahu bahwa ia hanay menajdi seorang asisten. Tapi, ia tak peduli, bayaran yang di berikan Mark jauh lebih banyak dari bayangannya dan sekarang hidupnya lebih enak dari sebelumnya. Sekitar tiga puluh menit kemudian, tanpa menunggu lebih lama lagi ia sampai di rumah Martha. Di sebuah rumah yang cukup bagus di tengah kota Sidir, Martha tinggal sendirian. Orangtuanya dan orangtua Martha sama-sama satu kampung dan mereka sudah bersahabat sejak kecil, hal itulajh yang membuat mereka begitu akrab. Antonio mengetuk perlahan pintu rumah Martha, cukup lama ia menunggu sampai akhirnya pintu itu di buka seseorang. Antonio yang awalnya tersenyum kini kembali mengendurkan bibirnya karena tahu yang berada di sana bukan Martha melainkan Andreas. “Kamu ngapain di sini?” tanya Antonio saat melihat Andreas yang berada di sana, dengan pakaian pendek dan nampak acak-acakan seperti orang baru bangun tidur. “Aku tidur di sini,” ujar Andreas santai tanpa memperdulikan raut wajah Antonio. “Siapa sayang?!” teriak Martha dari dalam. “Sahabatmu!” ujar Andreas ikut berteriak. “Toni ya, suruh masuk saja! Aku sudah masak untuk sarapan!” Kedunya mendengarkan hal itu, lalu tanpa di suruh Antonio masuk kedalam dan membiarkan Andreas yang nampak masih bingung di ambang pintu. Setelah itu Andres menutup pintu danmengikuti Antonio untuk masuk kedalam dan menuju ruang makan. “Pagi, Tha,” sapa Antonio pada Martha yang kini duduk di meja makan. “Duduk, Ton. Kebetulan seklai aku masak banyak, aku punya firasat kalau kamu akan datang kesini,” ujar martha, setelah itu ia menyuruh ia menyuruh Antonio duduk. “Yang, aku cuci muka dulu,” kata Andreas sambil berjalan menuju kamar mandi. Martha mengangguk dan membiarkan Andreas mencuci mukanya, sementara Antonio yang melihat hal itu di bakar rasa cemburu yang tak berkesudahan. Sudah sejak lama Antonio menyukai Martha, berulang kali ia menyatakan cinta tapi Martha menolah, hingga akhirnya ia tahu bahwa Martha telah menjalin hubungan dengan Andreas yang tak lain rivalnya sendiri saat di kampus dan sekarang menjadi saingannya karena majikan mereka bersaing. Antonio tak bisa memaksaan dirinya untuk terus bertahan dan berharap pada Martha, meskipun ia akui ia masih menyukai dan bahkan dari itu pada Martha. “Hei, kok kamu malah bengong, Ton. Ayo di makan,” ucap Martha membuayrkan lamunan sesaat Antonio. “Iya ini aku makan kok, tumben sekali kau masak begitu banyak, biasanya Cuma roti bakar.” Memang biasanya saat Antonio ketemoat Martha, perempuan itu hanya masak roti sebagai sarapannya, ia bilang itu cukup sebelum berangkat bekerja. “Hari ini ada Andres di sini, jadi aku masak cukup banyak, mungkin dia akan menyukai masakanku,” ujar Martha dengan mengulas senyum di bibirnya, sementar Antonio hanya mengangguk mendengar hal itu. Lagi-lagi Antonio bisa begitu cemburu hanya karena Martha menyebut nama Andreas, karena memang saat mengatakan tentang Andreas, Martha nampak begitu bahagia, seakan Martha sudah sangat mencintai Andreas. Ia yang dulu terus berusaha mendekati Martha dan meyakinkan perempuan itu bahwa ia menyukainya hanya bisa mengulas senyum hambar. Apa seharusnya ia ikhlas dengan keadaan itu dan membiarkan Martha bahagia bersama Andreas. Tapi, bagaimana dengan hatinya? Ia masih bingung dengan siapa lagi hati ini akan berlabuh. Umurnya memang bukan remaja lagi, sudah hampir 26 tahun, tapi ia belum tertarik mengenal perempuan lain, bahkan untuk membuka hati. Dalam pikirannya hanya ada Martha dan terus Martha. Antonio mulia menyuapkan makanan kemulutnya, masakan Martha begitu enak, persis seperti masakan ibu dari Martha. Jika saja Martha menikah dengannya nanti, mungkin ia akan menikmati makanan itu setiap hari, tapi sayangnya hal itu tak akan terjadi, apalagi saat ia ingat bahwa masakan itu untuk seorang Andreas. Remuk hatinya, remuk sekli rasanya bahkan sepertinya ia tak sanggup lagi menelan makanan itu, saking cemburunya. “Makan yang banyak ya, aku tahu kerjamu itu melelahkan,” ujar Martha lagi sambil mengambilkan beberapa sayur dan menaruh sayuran itu atas makanan Antonio. Antonio mengangguk dan terus menikmati makanan itu. Setengah jam kemudian Andreas keluar dari kamarnya dengan tubuh yang sudah cukup rapi, karena terbaush air mandi tadi. Andreas duduk di samping Martha, lalu Martha memanjakannya dengan mengambilkannya makanan. Antonio yang melihat hal itu hanya bisa diam, sementara Andreas sengaja membuat semuanya seperti sebuah adegan yang romantis. Andreas tahu kalau Antonio menaruh hati pada Martha, tapi Martha tak membalas perasaan Antonio dan malah memilih dirinya. Andreas menikmati makanan itu dengan lahapnya, sementara Antoni sudah selesai, dan membereskan piringnya. Setelah itu ia berpamitan pulang pada martha. Dalam perjalan Antonio terus menggerutu dan mengatakan bahwa ia tak rela saat mengetahui kemesraan yang di lakukan Martha dan Andreas. Dengan membawa mobil yang sedikit mengebut ia ingin datang ke Lab, mungkin saja Mark sudah berada di sana. *** Antonio berjalan memburu masuk kedalam Lab, untuk menemui Mark, ia bertanya pada salah satu pekerja yang ada di sana mengatakan bahwa Mark baru saja datang di ruangannya dan sedang menunggunya. Tumben sekali Mark menunggunya, biasanya Antonio yang mencari Mmajikannya itu karena sering menghilang tanpa kabar dan entah kemana perginya. Tak berapa lama ia sampai di ruangan Mark, mengetuknya secara perlahan dan membukanya. Saat di dalam ruangan ternyata Mark memang sudah menunggu, Mark bertanya tentang pekerjaan yang ia berikan pada Antonio. Setelah mendengar hal itu, Antonio mengatakan bahwa ia sudah berhasil menaruh alat pelacak di tubuh Alison dengan tepat untuk mematai-matai setiap pergerakan perempuan itu. Karena untuk saat ini Mark terobsesi untuk mendapatkan seorang Alison. Antonio juga mengatakan bahwa ia mendapatkan satu berita penting bahwa salah satu asisten Costa bertemu dengan Nayla, yakni sama-sama dokter yang ada di Lab itu. Setelah Antonio mengatakan hal itu Mark kini mulai berpikir apa hubungan antara Costa dan Naylan. Mark tahu betul bagaimana pintarnya perempuan dari Asia itu, bahkan perempuan itu juga tertarik dengan parallel masa seperti dirinya. Kini Mark meminta Antonio juga mengawasi setiap pergerakan Nayla, karena jika terjadi perempuan itu bisa menjadi sebuah ancaman yang serius untuk dirinya dan semua usaha yang telah di lakukannya unytuk mendapatkan segalanya. Antonio mengerti dan meninggalkan tempat majikannya itu. Setelah Antonio pergi, Mark kini mulai berpikir serius tentang rencana yang akan ia jalankan nantinya. Jika banyak yang menghalangi rencananya itu, ia tak akan tinggal diam karena ia ingin rencananya berjalan dengan mulus. Dulu ia ingin mengalahkan Costa dan membuat Costa hancur, tapi kini ia ingin mengubah rencananya yakni mengethaui caranya Alison bisa datang ke kota itu dari masa yang sangat jauh sekali. Jika ia sudah mengetahui kenapa hal itu terjadi, ia bisa menjalankan mesin waktunya, karena baginya mesin waktu itu sangat penting. Ia bisa meyakinkan semua orang bahwa cita-cita dan mimpinya tak salah. Selain itu ada hal yang ingin ia lakukan jika bisa melintasi mesin waktu, sesuatu hal yang sangat penting dalam hidupnya. Sesuatu itu terjadi beberapa puluh tahun lalu... Mark Edward, lahir dari seorang pasangan suami istri yang sangat miskin, sekitar  awal tahun 2000. Mark tumbuh menjadi anak biasa, yang tak memiliki  apapun. Suatu ketika orangtunya meninggalan hampir bersamaan karena sebuah penyakit. Negara tak mengurus mereka, membiarkan para gelandangan hidup sengsara. Setelah di tinggal mati orangtuanya ia menjadi pengemis saat berusia lima tahun, tak lama berselang ia akhirnya di bawa polis kesebuah panti asuhan. Di panti asuhan itu ia bertemu dengan bnyak orang, dan mulai sekolah karena bisa bekerja. Ia menyelesaikan pendidikannya dengan sangat cepat sebagai siswa paling pintar di sekolah. Sejak sekolah menengah pertama ia sudah berniat ingin membuat sebuah mesin waktu, mungkin mimpinya sangat gila, tapi itu mimpinya. Mark berusaha terus menjadi yang terbaik, hingga ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah S1 dan S2 nya dengan jurusan Teknologi dan Energi, tak berselang lama ia mendapatkan gelar proffesor setelah menemukan alat pencegah tsunami yang sekarang di gunakan banyak di Ingerdia. Saat berusia 27 tahun, ia keluar dari kota dan negaranya karena mendapat panggilan dari Ingerdia untuk menjadi kepaal Lab di kota Sidir, mimpinya semakin di depan mata, karena ia mendapat banyak alat dan bayaran yang cukup untuk membeli mesin. Saat berada di kota Sidir, ia melihat banyak sekali orang-orang yang begitu makmur dan hidup bahagia, melihat hal itu ia kembali teringat tentang orangtuanya yang mati akibat dari kejamnya tangan pemerintah. Sejak saat itu ia berniat menjadi pemimpin untuk menghancurkan kekuasaan orang tamak, semakin di bui oleh fantasinya yang beringas, ia juga ingin menolong orangtuanya di masa lalu supaya tidak menjadi gelandangan. Ia tak tahu itu mempengaruhi dimensi atau tidak. Yang pasti ia ingin orangtuanya bahagia. Tak berapa lama saat kematian Rapsada, ia semkain berniat menajdi seorang presiden, tapi malah Luis yang naik jabatan, dan tahun 2045 Luis berniat mengundurkan diri dan tak mencalokan lagi, sayangnya mimpi itu akan gagal jika Costa anak dari Bagsan Rapsada mencalokan diri, karena Costa sudah begitu terkenal di Ingerdia sebagai orang kaya dan anggota senat yang begitu di segani setiap rakyat. Jika Costa yang menjadi Presiden, satu mimpinya sudah di pastikan agar lenyap seketika karena tak bisa menguasai Ingerdia secara utuh. Mengingat hal itu pikiran gilanya semakin aneh, sebenarnya ia tak sepenunya iangin berbuat jahat, karena ia ingin dirinya dan keluarganya bahagia meskipun mereka sudah tidak ada lagi. Setelah memikirkan hal itu Marak kembali bekerja, meninggalkan ruangannya dan ke Lab untuk mengurusi alat-alat baru. Saat berada di luar ruangan, tak sengaja ia bertemu dengan Nayla gadis yang tadi sempat disinggung Antonio. “Pagi proff,” sapa Nayla pada Mark. “Pagi,” jawab Mark dengan wajah datarnya. Memang cukup menakutkan bagi siapapun yang melihat ekpresi itu, tapi sepertinya sudah banyak orang yang terbiasa melihat hal itu apalagi yang bekerja di Lab itu. Karena mendengar kejudesan Mrak, Nayka hanya bisa berlalu pergi dan ia juga bingung untuk mengatakan apa pada atasannya itu saking menyebalkan ia. *** “Bagaimana?” tanya Costa saat Andreas baru saja datang ke ruangan Costa. “Apanya, Tuan?” kini Andreas yang malah bingung dengan pertanyaan Costa. “Pekerjaanmu, tentang gelombang yang kau maksud itu, jangan puira-pura lupa kau,” ujar Costa. Andreas tersenyum bingung, lalu ia menceritakan tentang apa yang di temukannya pada Costa dan mengatakan tentang Nayla, dokter itu mengatakan bahwa kemungkinan Alison terbawa distorsi waktu dalam parallel masa. Maka dari itu Alison bisa datang ke mada depan karena hal itu, relativitas ruang dan waktu yang saling berhubungan. Nayla mengatakan bahwa akan terus mencari tahu asal usul yang jelas dari Alison, dan akan membantu Alison untuk pulang. Tapi, jika benar Alison bisa pulang lalu bagaimana dengan Costa. Costa sudah begitu nyaman dengan Alison, meskipun ia tak pernah mengatakan hal itu dengan jeals, tapi ia mulai menyukai Alison. Meskipun begitu Costa tak mungkin membiarkan Aliosn berlarut dalam kesedihan karena jauh dari keluarganya apalagi itu bukan masanya, ia harusnya kembali kesana dan hidup disana, bukannya di masa depan. Andreas yang melihat perubahan wajah Costa hanya bisa diam dan meninggalakn Costa sendirian, ia tak tahu apa yang di pikirkan bosnya itu tapi ia yakin kalau ada yang mengganggu pikiran majikannya itu, tapi entah apa itu. Setelah keluar dari sana, Andreas mencari udara segar, ia mulai kepikiran tentang pertemuannya dengan Antonio di rumah kekasihnya tadi pagi, itu sangat menjengkalkan lebih lagi Andreas melihat Antonio yang terus menyukai Martha meskipun tahu Martha sudah memiliki kekasih. menyebalkan.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD