Part 21. Perjodohan

1662 Words
Razel benar-benar kikuk saat ini, dia bahkan tidak bisa menikmati makanannya dengan enak. Padahal menu yang di sediakan merupakan makanan kesukaannya, alhasil dia hanya bisa menelan luda susah payah akibat terus menerus di perhatikan oleh Maurice. “ Mama, aku mau makan sama mama.” Elaine tiba-tiba turun dari kursinya dan naik di atas pangkuan Razel. “ Elaine, kembali ke tempat duduk sekarang.” Titah Felix. “ Tidak apa-apa, biarkan dia disini saja.” Balas Razel merasa keberadaan Elaine di dekatnya mampu membuat rasa canggungnya perlahan menghilang. “ Ini sangat mengejutkan ada seseorang yang bisa merebut hati Elaine.” Sahut <Maurice. “ Benar, belum ada yang bisa melakukannya selama ini.” Sambung Sheenaz. “ Itu sebabnya aku memilih dia untuk menjadi istriku.” Lontar Felix menjadi pusat perhatian kembali. “ Sepertinya kita berdua harus bicara serius setelah ini.” Sahut Maurice menatap Felix lurus. “ Kenapa tidak sekarang saja? aku sudah selesai.” Felix meletakkan garpu dan pisau di atas meja kemudian menyeka sudut bibirnya menggunakan serbet. Felix berdiri dari kursinya dan sebelum itu dia menyentuh kepala Razel dan menyuruhnya untuk menunggu sampai dia kembali. Razel hanya dapat menganggukan kepalanya dengan pelan, dan setelah itu Felix dan Maurice meninggalkan ruang makan sebelum waktunya selesai. “ Baik, sekarang hanya ada kita bertiga di ruangan ini.” Lontar Sheenaz menatap Razel dengan senyuman tipis. “ Boleh kita mengobrol juga.?” Tanya Sheenaz lirih. “ Te-tentu saja nyonya.” Balas Razel terpaksa. ** Razel dan Sheenaz memutuskan untuk mengobrol di tempat lain, saat itu Elaine di biarkan berada di ruangan yang dimana di sediakan khusus untuk Elaine dapat bermain. Di dalam ruangan itu banyak permainan dan boneka yang membuat Elaine betah berada di dalam sana. Seseorang baru saja meletakkan dua cangkir teh di atas meja bundar yang berada di tengah-tengah Razel dan Sheenaz. Mereka berdua sedang berada di teras balkon rumah itu dimana pemandangan yang langsung mereka lihat adalah pekarangan kebun di samping rumah yang memilki pemandangan yang indah di malam hari. “ Kalau boleh aku tahu, sejak kapan kamu mengenal Felix.?” Tanya Sheenaz “ Sekitar satu bulan.” Jawab Razel. “ Satu bulan? Dan kau bisa langsung akrab dengan putrinya.?” “ Begitulah,” Razel benar-benar kesulitan untuk menjawab dengan bebas sekarang. “ Apa kau sudah tahu siapa Felix sebenarnya? “ “ Aku tahu. Dia seorang pemimpin mafia Black Dragon.” Sheenaz cukup terkejut mendengar jawaban Razel, dari jawaban wanita itu dia bisa melihat bahwa Razel tidak sedang berbohong dan dia begitu percaya pada Felix. “ Lalu, apa kau tahu tujuan Felix di panggil ke rumah ini.?” Tanya Sheenaz lagi. “ Menghadiri acara keluarga, dia mengatakan hal itu padaku sebelumnya.” “ Salah. Anak itu sebenarnya akan di perkenalkan dengan calon wanita yang ayahnya pilih, dan tanpa kami ketahui ternyata dia sudah membawa wanita lain dan memperkenalkannya kepada kami semua.” “ Felix, mau di jodohkan.?” “ Benar, dia adalah seorang putri dari keluarga mafia lain. Kami bahkan sudah membuat janji sebelumnya untuk Felix dan Rania.” “ Aku tidak tahu soal itu, Felix hanya menghubungiku untuk datang bersamanya ke rumah ini.” “ Sebaiknya kau pikir-pikir lagi tentang keputusanmu ingin bersama Felix, jika perjodohan dengan Rania batal maka keluarga mafia yang selama ini berhasil kami bangun akan terancam dengan hubungan kalian itu.” Razel bahkan tidak pernah ada niat untuk menikahi Felix, tapi kenapa sekarang situasi begitu pelik. Dia tak habis pikir kalau ibu tiri Felix terlihat semenakutkan ini jika tidak ada suami dan putranya. “ Berhenti membuatnya tertekan dengan ancaman konyolmu itu, dia tidak harus mendengar apa yang kau katakan barusan.” Felix baru saja muncul disana, dan sekarang dia menarik tangan Razel meninggalkan tempat itu. “ Felix, aku ini ibumu.” Sahut Sheenaz membuat langkah mereka terhenti. “ Ingat posisimu, kau bahkan tidak akan pernah menjadi ibuku.” Lontar Felix kembali menarik lengan Razel pergi dari hadapan Sheenaz. “ Dimana Elaine.?” Tanya Felix. Razel kemudian menjelaskan keberadaan Elaine, dan setelah itu mereka pergi mengambil Elaine dan bergegas pergi dari rumah itu. Rupanya Felix telah selesai bicara dengan ayahnya, namun entah apa yang mereka bahas sampai membuat mood Felix berubah dan dia pergi tanpa pamit sebelumnya. ** Perjalanan pulang kembali ke Paris di warnai dengan amarah Felix terhadap keluarganya, dia menyesal telah datang ke pertemuan keluarga yang dia kira akan menjadi pertemuan yang santai dan penuh kehangatan. Namun ternyata semua itu adalah untuk memperkenalkan Felix terhadap wanita yang akan di jodohkan kepadanya “ Dimana anak itu? kenapa dia tidak hadir.?” Tanya Felix pada Eddie. “ Tuan Theodore tidak datang karena memiliki acara tersendiri, itu yang ku dengar dari Stefano.” Balas Eddie. Anak yang di maksud Felix barusan adalah adik tirinya yaitu Theodore, rupanya adik tiri dari Felix sendiri memang sengaja tidak hadir karena mengira itu bukan urusannya. “ Beruntung tuan membawa Razel sebelumnya, jadi perjodohan itu tidak akan di lanjutkan tentunya.” Ucap Eddie. Felix melirik Razel yang sedang duduk di hadapannya, Razel memangku Elaine yang tertidur pulas sejak beberapa jam yang lalu. Seperti ucapan Eddie barusan, memang benar bahwa dia tidak salah mengajak Razel dan mengenalkannya sebagai wanita yang akan menjadi calon istrinya itu. Ekspresi Felix saat ini membuat Razel yang sedang memangku Elaine hanya membuat wanita itu diam seribu bahasa, dia baru tahu kalau ternyata Felix bisa bersikap seperti itu kepada keluarganya sendiri. “ Kau tidak mengatakan hal yang aneh kepada wanita tua itu kan.?” Tanya Felix pada Razel. “ Tidak, kau sudah menyuruhku untuk tidak mengatakan sesuatu yang sembarangan.” Balas Razel dengan sorot mata yang jujur. “ Baguslah, untuk sekarang anggap saja kau adalah calon istriku dan mungkin saja bisa menjadi istriku ke depannya. Aku lebih baik menikah denganmu dari pada wanita pilihan mereka.” Lanjut Felix sontak membuat semua yang ada di dalam mobil terkejut mendengarnya. ** Malam itu Razel tidak bisa tidur di buatnya, dia terus mengingat kejadian semalam yang terus terbayang-bayang di kepalanya. Seorang Felix yang memiliki paras tampan, tubuh yang seksi, kekayaan, kekuasaan, bahkan segala-galanya tapi sampai saat ini dia belum memilih sosok pendamping hidupnya. Hal ini membuat Razel sampai penasaran seperti apa sosok wanita yang pernah dia cintai sebelumnya, apakah wanita yang dia cintai dan wanita yang menjadi ibu dari Elaine adalah wanita yang berbeda? Entahlah, saat ini masih begitu banyak misteri tentang Felix yang belum dia ketahui sampai sekarang. Untuk membuatnya mengantuk biasanya Razel akan pergi minum, dan sudah lama juga dia tidak minum-minum. Rindu rasanya untuk minum sampai dia mabuk dan bisa tidur dengan pulas sampai besok. Razel baru saja keluar dari kamarnya, dia mendapati rumah besar milik Felix yang sepi. Rupanya semua para anggota telah beristirahat di kamar mereka, dan tempat tinggal utama untuk Razel, Elaine, dan Felix memang berada di bagian paling belakang sehingga terkesan sangat sunyi. Saat berada di dapur dia segera mencari letak minuman yang biasa di simpan oleh orang-orang yang tinggal di rumah itu, namun sayangnya Razel tidak bisa menemukannya. “ Apa yang kau cari.?” Tanya seseorang dengan senter yang mengarah kepadanya. “ Eddie, apa itu kau.?” Balas Razel sambil menutup sedikit wajahnya karena silau. “ Hmm, maaf kalau cahaya senternya mengganggumu.” Eddie segera menyingkirkan sorot cahaya ke arah lain sehingga mereka berdua sudah dapat melihat wajah satu sama lain. “ Eddie, aku ingin minum. “ Pinta Razel sambil memohon kepada pria itu. “ Hehe, kita sama. Aku juga sedang ingin minum sekarang. Tapi sebelum itu apa kau benar-benar jago minum.?” Tanya Eddie. “ Kau tidak percaya padaku.” Lontar Razel begitu sombong. “ Oke, kalau begitu ikut aku.” Ajaknya. “ Kemana.?” Tanya Razel. “ Ruang penyimpanan minuman.” Jawabnya sontak membuat senyum Razel merekah di buatnya, Seseorang baru saja keluar dari kamarnya ketika melihat mereka memasuki sebuah pintu yang akan membawa mereka turun ke ruang bawah tanah, disana merupakan koleksi minuman wine yang di simpan oleh Felix untuk di nikmati bersama-sama. ** Dua benturan gelas baru saja berdenting, dua orang manusia sedang menikmati rasa dari wine yang begitu lezat sampai membuat Razel memuji cita rasa dari minuman itu. “ Semua minuman yang ada disini telah di beli oleh tuan Felix dari tangan orang-orang kaya, mereka menjual murah setelah bekerja sama dengannya. Bahkan ada beberapa kolega yang memberikannya sebagai hadiah untuk tuan Felix.” Ujar Eddie. “ Enaknya, pasti harga satu botol ini memiliki harga yang mahal.” Gumam Razel sambil menatap botol berwarna hitam kehijauan di depan matanya. “ Harganya bahkan bisa membeli dua unit rumah berukuran sedang, bahkan ada yang tidak di perjual belikan untuk orang-orang biasa. Maka dari itu kau bebas meminumnya disini, tuan Felix tidak akan pernah marah soal itu.” “ Mari bersulang.” Seru Razel mengangkat gelasnya dan di balas oleh Eddie yang kemudian mereka berdua kembali tertawa bersama. “ Hey Razel.” Panggil Eddie dengan nada suara yang mulai melemah. “ Hmmm.?” “ Apa kau sudah jatuh hati pada tuan Felix.?” “ Aku? Jatuh hati pada pria seperti dia? HAHAHAHAHA, jangan bercanda. Dia bukan tipeku.” “ Benarkah? Tapi tuan Felix bahkan memiliki segalanya, apa lagi yang kau cari dari seorang pria.?” “ Dia terlalu kaku tidak romantis dan sangat membosankan.” Eddie tertawa mendengarnya, “ Aku tidak tahu apa reaksi tuan Felix kalau mengatakan hal itu di hadapannya secara langsung.” “ Aku berani, siapa takut.” Razel sudah mulai terlihat mabuk hanya dengan menghabiskan dua gelas wine. “ Sudah, jangan minum lagi. Sepertinya kau berbohong kalau kau peminum yang hebat.” Eddie merebut gelas milik Razel namun dengan cepat di rebutnya kembali. “ Jangan merebut minumanku Eddie.” Razel semakin mabuk, dan sekarang dia beranjak dari kursinya menghampiri Eddie. “ Hey, Razel..sadarlah. Jangan mendekat seperti ini.” Razel mendekati Eddie dan menyentuhnya, Eddie berusaha mundur agar sesuatu yang tidak di inginkan tidak sampai terjadi. “ Razel, hey. Sadarlah.” Eddie mulai meninggikan suaranya namun Razel tidak mendengarkannya. Tepat saat Razel hampir mencium Eddie, seseorang datang menahannya sehingga ciuman itu berakhir di tangan seseorang yang baru saja datang. “ Apa yang kalian berdua lakukan disini.?” Ucapnya sukses membuat Eddie terkejut bukan main.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD