Part 12. Felix Felice

1642 Words
Razel menjalankan tugasnya dengan baik sampai membuat Elaine tertidur dengan pulas, saat ini Razel masih berada di atas tempat tidur yang sama dengan Elaine dengan tangan yang di pegang erat oleh gadis kecil itu. Ketika melihat Elaine tertidur rasanya sangat menyenangkan, Razel merasa memiliki seorang anak dari darah dagingnya sendiri. Namun saat itu juga dia sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa, mungkin untuk saat ini dia masih di butuhkan namun tidak tahu besok. “ Kau sudah selesai, menyingkirlah dari sana.” Suara itu baru saja terdengar yang membuat Razel menoleh ke belakang dalam posisi berbaring. Rupanya Felix masih belum tertidur, dia duduk di atas sofa sambil menatap layar laptopnya. Pelan-pelan Razel melepaskan tangannya dari genggaman Elaine yang mulai terasa renggang, setelah dia berhasil wanita itu pun turun dari atas tempat tidur. “ Eddie sudah menunggumu diluar, dia yang akan mengantarmu pulang.” Lontar Felix dengan suara khasnya yang sangat dingin dan cuek. Razel melirik jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam, melihat Elaine yang masih tertidur dengan pulas membuatnya tidak keberatan jika harus pulang malam itu juga. “ Bagaimana jika Elaine bangun dan dia mencariku lagi? Kau tidak akan menyuruh anggotamu untuk datang ke rumah menjemputku kan.?” Sahut Razel memastikannya terlebih dahulu. “ Elaine akan bangun besok pagi, dan aku akan bilang padanya kalau kau sudah pulang untuk berangkat kerja.” Jawaban Felix masuk akal, dan sekarang tidak ada alasan baginya untuk berada disana. Saat Razel keluar dari kamar inap, dia melihat ada sekitar sepuluh pengawal yang berjaga di depan kamar Elaine. Disana ada Eddie juga yang sudah menunggunya untuk di antar pulang. Begitu keduanya sudah berada di mobil, lagi-lagi Razel ingin mengenal Felix dari Eddie. Karena dia tahu Eddie pasti banyak tahu tentang Felix mengingat selama ini Eddie lah yang paling banyak mengurus keperluan Felix dan juga Elaine. “ Kau masih orang asing, aku tidak bisa memberitahumu tentang tuan ku.” “ Kau sangat pelit, aku tidak mau menerima panggilanmu lagi kalau kau tidak mau memberitahuku tentang Felix.” Eddie mulai di beratkan dengan dua pilihan, selama ini Razel tidak pernah menolak apapun permintaan Eddie dan selalu mengiyakannya sehingga membuat tugasnya dari Felix berjalan dengan lancar. Namun jika wanita itu tidak mau mendengarkannya maka dia juga yang akan repot sendiri nantinya. “ Baiklah, aku akan memberitahumu.” Ucap Eddie yang akhirnya memutar arah mobilnya menuju tempat yang cocok untuk mereka berdua dapat mengobrol tentang siapa itu Felix. ** Bicara tentang tiga keluarga mafia paling berkuasa di benua Eropa tak luput dari tiga nama besar di dalamnya, yang pertama adalah Black Dragon yang di pimpin secara langsung oleh pria tampan dan dingin yaitu Felix Felice. Sedangkan dua lainnya adalah Las Noces dan Red Roses, keduanya berkuasa di Negara lain namun masih satu keluarga dengan black dragon. Felix sendiri merupakan anak pertama dari dua ayahnya yang merupakan mantan pemimpin sebelumnya, kemudian sang ayah pernah menikah lagi setelah ibu Felix meninggal dan di karuniai seorang anak laki-laki bernama Theodore Felice. Keluarga inti dari Felix tidak menetap di Pranciss, mereka berada di Italia untuk saat ini. Kekuasaan Black dragon dalam Negara ini bisa di katakana sangat besar, namun identitas mereka tidak pernah di ketahui oleh banyak orang demi keamanan keluarga. Sampai saat ini public belum tahu tentang Elaine yang merupakan putri dari Felix, hal ini sengaja di lakukan untuk membuat Elaine tetap aman dari siapapun juga yang mungkin berselisih dengan black dragon dan akan menjadikan Elaine sebagai sasaran mereka untuk menjatuhkan pemimpinnya. “ Lalu, bagaimana dengan kehidupan asmaranya? Bagaimana dia bisa bertemu ibu kandung Elaine.?” Tanya Razel setelah dia mendengar penjelasan panjang dari Eddie. “ Soal itu, aku tidak bisa memberitahumu.” Balasnya sambil menghisap batang rokok yang tersemat di antar dua jarinya. “ Kenapa? padahal kau sudah memberitahuku semua tentang Felix.” “ Bukankah sudah ku katakan kalau wanita itu sudah meninggal, jangan bertanya lagi.” “ Tapi aku butuh kejelasan yang lebih jelas, lalu kenapa dia tidak menikah lagi saja untuk mendapat istri baru yang bisa menjaga Elaine dengan baik.?” “ Tuan benci dengan wanita.” “ Dia Gay.?” “ Jaga mulutmu, tuan Felix straight dan banyak mau sama dia.” “ Terus kenapa benci dengan wanita.?” “ Dia pernah di khianati oleh seorang wanita yang sangat di cintainya, dan sekarang wanita itu sudah bersama musuh dari Felix sendiri.” “ Ternyata pemimpin mafia bisa mengalami percintaan seperti yang ada di drama juga.” “ Tuan Felix juga manusia, dia bisa mengalami apapun yang terjadi di dunia ini.” “ Kau tahu, aku sangat benci dengan kelompok organiasi criminal seperti kalian.” “ Kenapa kau membenci kami.?” “ Karena pernah sekali aku berurusan dengan kelompok seperti kalian, dan aku hampir mati jika saja aku masih melawan mereka.” “ Kau tenang saja, walaupun tuan Felix membenci wanita. Kami tidak pernah membunuh mereka begitu pun dengan orang tua dan anak-anak.” “ Jadi kalian bisa membunuh yang bukan dari mereka yang kau sebutkan.?” Razel sedikit terkejut mendengar pengakuan Eddie barusan. “ Tergantung bagaimana situasinya, kami tidak asal menghilangkan nyawa seseorang. Meskipun kami mafia, kami memiliki etika yang baik ya.” Jawabnya dengan penuh percaya diri. “ Semua mafia itu jahat, jangan berlindung dari kata etika yang baik.” Seloroh Razel. “ Lalu bagaimana denganmu.?” Tanya Eddie ketika suasana sudah kembali hening. “ Maksudmu? Bagaimana apanya.?” “ Kau bilang kalau kau benci dengan kelompok mafia, apa setelah ini kau tidak akan memenuhi panggilan tuan Felix untuk bertemu dengan nona muda.?” “ Untuk Elaine itu adalah terkecualian, kapan pun kalian memanggilku untuknya aku pasti akan datang.” ** Matahari belum terbit diluar sana dan Razel mendengar suara seseorang mamanggil namanya diluar kamar, dia mengenal suara itu dan itu bukan suara Sabrina melainkan suara Eddie. Razel membuka kedua matanya dan terkejut bahwa dia tidur masih dengan pakaian yang semalam dia gunakan, kemudian Razel keluar menemui Eddie yang panik dan menyuruhnya untuk ke rumah sakit sekarang juga. “ Ini jam berapa?” Tanya Razel masih dalam keadaan mengantuk. “ Jam tiga pagi.” Jawab Eddie kemudian. Bahkan baru dua jam yang lalu Razel kembali bersama Eddie setelah bercerita panjang tentang Felix, dan sekarang pagi-pagi sekali di saat matahari belum muncul dia sudah harus kembali ke rumah sakit lagi. Sabrina tidak mengerti dengan keadaan tersebut, dia hanya dapat diam menyaksikan Eddie membawa Razel pergi dari rumahnya. Padahal sampai saat ini Sabrina sangat ingin mendengar penjelasan Razel tentang kejadian yang terjadi semalam dan pagi ini. ** “ Cup..cup…, jangan nangis lagi ya.” Ucap Razel sambil memeluk Elaine yang tidak berhenti menangis sejak kedatangannya kembali pagi itu. Felix terlihat frustasi melihatnya, pukul dua dini hari Elaine terbangun dan langsung menangis saat tidak melihat Razel di sampingnya. Felix yang terbangun mencoba menenangkannya namun tidak berhasil, setelah setengah jam diam dan tidak melakukan apapun akhirnya Felix memerintahkan Eddie untuk menjemput Razel kembali. Dan sekarang disinilah wanita itu sedang menenangkan Elaine yang hanya mau di gendong olehnya, Felix tidak mengerti kenapa Razel berhasil menarik perhatian Elaine padahal selama ini Elaine sangat benci dengan seorang wanita dewasa. Razel berhasil membuat Elaine kembali tidur di pelukannya, kali ini Elaine tidak akan mau melepaskan Razel begitu pun sebaliknya. Rasa kantuk Razel sebelumnya hilang setelah akhirnya melihat Elaine dapat tertidur dengan pulas. “ Apa sebelumnya kau pernah punya anak juga.?” Tanya Felix sontak membuat Razel terkejut hingga mengedipkan kedua matanya berulang kali. “ Apa katamu? Punya anak juga.?” “ Kau sangat pandai menenangkan Elaine, dia tipe anak yang sulit di dekati oleh orang asing tapi kau melakukannya dengan sangat baik jadi aku mengira kalau kau~`````````````````” “ Dengar ya tuan Felix, aku ini masih perawan dan belum menikah.” Razel tampak kesal karena di kira telah memiliki seorang anak di usianya yang masih muda itu. “ Maaf kalau ucapanku barusan membuatmu tersinggung.” Razel tertawa pelan di buatnya, dia tidak pernah melihat sisi Felix yang seperti itu apalagi mengucapkan maaf. Dia tahu meskipun baru mengenalnya sebentar kalau Felix hampir tidak pernah mengatakan maaf atau terima kasih dalam hidupnya. “ Kenapa tertawa? Apa yang lucu.?” Tanya Felix bingung. “ Bukan apa-apa, oh iya sampai kapan aku harus berada disini? Aku harus ke sekolah jam tujuh.” “ Aku sudah memberitahu madam Charlotte untuk memberimu cuti.” “ Apa katamu? Cuti.?” “ Kau fokus saja menemani Elaine sampai dia di perbolehkan keluar dari rumah sakit, dan kalian harus ingat semua ini tidak akan terjadi kalau pihak sekolah tidak memberinya kue itu. Jadi anggap saja ini sebagai ganti rugi atas kelalaian kalian.” “ Cih, selalu seenaknya.” Benak Razel hanya dapat pasrah. “ Aku akan kembali ke rumah, tetap disini sampai aku kembali lagi.” Lanjut Felix dan segera meninggalkan ruangan itu. “ Lihat papamu itu, dia sangat berbeda denganmu. Kamu anak yang baik, menggemaskan, cantik, dan pintar.” Puji Razel sambil memandang wajah manis Elaine saat tertidur. ** Saat ini Razel sedang menemani Elaine untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, dokter belum datang dan sambil menunggu dokter datang dia pun mencoba untuk bertanya kepada Elaine tentang sesuatu. “ Elaine, boleh mama bertanya sesuatu padamu.?” Tanya Razel langsung di balas anggukan penuh semangat oleh gadis kecil itu. “ Elaine tahu tidak dimana ibu kandung Elaine saat ini.?” Kemudian Elaine menunjuk Razel dengan senyum merekah, “ Mama Elaine.” “ Noo, aku bukan mama kandung kamu.” “ Elaine tidak punya, Cuma mama yang Elaine punya.” Jawabnya lagi sambil memeluk Razel. Dan sepertinya Elaine pun memang tidak tahu apapun soal ibunya, hal ini membuat Razel berhenti menanyakannya. Sang dokter juga sudah datang untuk memeriksa keadaan Elaine, semoga hasilnya memuaskan sehingga Elaine bisa pulang ke rumah lagi. Dokter memeriksa tubuh Elaine dengan teliti sambil menanyakan beberapa pertanyaan yang di jawab dengan mudah olehnya, setelah pemeriksaan selesai dokter pun berkata bahwa Elaine sudah dapat pulang ke rumah hari ini. “ Yeah, akhirnya sudah boleh pulang ke rumah lagi.” Seru Razel sambil mengusap kepala Elaine dengan lembut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD