Chapter 7

1046 Words
Setelah 20 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di Hotel Ueno. Ara masih duduk diam, dia tidak langsung turun, karna dia bingung harus apa "Turunlah. Persiapkan saja dirimu, dan jangan coba-coba untuk kabur karna aku akan bisa dengan mudah menemukanmu." ujar Devan Ara hanya diam membisu, lalu dia membuka pintu, dan turun dari mobil. Lalu Devan menurunkan kaca mobilnya, dan berkata "Aku akan segera menghubungimu, dan menemui." Gadis itu hanya berdiri diam menatap mobil sedan hitam yang ada di depannya. Hingga akhirnya mobil itu pergi, Ara pun berjalan masuk ke dalam dengan langkah yang berat. Salah satu petugas hotel menghampiri Ara, dan menawarkan bantuan pada Ara, namun gadis itu menolak. Dia berjalan ke kamarnya dengan perasaan yang kacau "Bagaimana ini semua bisa terjadi padaku ketika aku tengah liburan disini, sendirian," gumam Ara. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Bahkan Ara tidak membersihkan diri terlebih dahulu. Dia melihat langit-langit atap kamarnya. "Ya Tuhan, Apa yang harus aku lakukan?" ujar Ara. Gadis itu mencoba memejamkan matanya, dan merenungkan apa yang terjadi padanya. Tiba-tiba ponselnya berdering, dia langsung mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, dia langsung mengangkat panggilan masuknya BIP "Ya, halo." Ujar Ara "Ini aku. Dua hari lagi aku akan menemuimu di hotel, dan jangan mencoba untuk kabur." Seketika itu juga Ara membuka matanya, dan melihat layar ponselnya. "Da-darimana kamu tahu nomorku?" tanya Ara "Tidak penting dari mana aku tahu nomormu. Sampai bertemu dua hari lagi." Setelah mengatakan itu, teleponnya pun terputus "Eh ... halo?! halo?!" ujar Ara Ara di buat kebingungan oleh pria itu, pasalnya Ara tidak memberitahu pria itu tentang nomornya, dan tiba-tiba Devan bisa menghubunginya. Ara menatap layar ponselnya, dan bergumam "bagaimana dia bisa punya nomorku? apa dia mengambilnya secara diam-diam ketika aku pingsan tadi?" Ketika di lihat riwayat panggilannya, ternyata nomor yang menghubunginya barusan di private number, dan tidak ada panggilan keluar selain Ara menghubungi Fanya waktu dia di Shinjuku Ara semakin kebingungan, dan tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya sekarang tengah kacau, dia tidak bisa berpikir dengan jernih. "Bagaimana sekarang? apa yang harus aku lakukan?" gumamnya. Sejenak dia berpikir, dan yang terlintas di pikirannya adalah menghubungi sahabatnya. "Jika aku bilang pada Fanya maka dia akan langsung datang kesini, tapi aku tidak ingin merepotkannya," gumamnya bingung Semalaman Ara tidak bisa tidur dengan tenang, dia terus memikirkan perkataan Devan Ketika Ara baru bisa tidur, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ara pun merasa kesal, dia bangun dari kasurnya, lalu berjalan menuju pintu tok tok tok "Tunggu sebentar." sahut Ara CKLEK Ketika pintu terbuka, Ara terkejut melihat seorang pria berdiri di depan pintunya "Si ... Siapa kamu?" tanya Ara "Saya Bodyguard Anda." jawabnya "Bodyguardku?" gumam Ara bingung Tiba-tiba ponsel Ara berdering, dia beranjak mengambil ponselnya. Dan ketika di lihat ternyata private number. Walaupun ragu, tapi Ara mengangkat panggilan telepon itu BIP "Ya. Halo?" ujar Ara "Apa Bodyguard yang aku kirim sudah ada di kamar hotelmu?" tanya orang itu Dari suaranya, Ara tahu jika itu adalah Devan, walaupun dua kali itu dia bicara dengan pria itu lewat telepon "Kamu yang mengirimnya. Untuk apa kamu mengirim Bodyguard?" tanya Ara bingung "Untuk menjagamu supaya tidak kabur." jawabnya Ara merasa bingung dengan sikap Devan, pasalnya dia baru pertama kali bertemu dengan pria itu, lalu dia mendapatkan seorang Bodyguard hanya karna Devan ingin memastikan jika Ara tidak akan kabur Gadis itu hanya menghela napas, lalu dia menghampiri orang suruhan Devan yang berada di depan. "Masuklah." Ujar Ara Setelah orang itu masuk, Ara berjalan menuju kasurnya, lalu dia hanya duduk di atas kasurnya bermain ponsel. Dia merasa tidak bisa leluasa. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, tiba-tiba perut Ara terasa perih. "Aku sampai lupa untuk sarapan," gumam Ara Dia akhirnya beranjak membawa tasnya, namun dia dihadang oleh orang suruhan Devan "Aku ingin membeli makan, karna aku belum makan dari tadi." ujar Ara "Saya akan ikut bersama dengan Anda," ujarnya dengan Bahasa Jepang, lalu dia bergeser Ara yang tidak mengerti perkataan orang itu pun hanya memutar bola matanya. Dia berjalan keluar dari kamar, dan diikuti oleh orang suruhan Devan "Rasanya tidak enak kalau diikuti seperti ini," ujar dalam hati Ara Namun, Ara tidak bisa kabur atau menghindar, dia hanya bisa pasrah dengan keadaan. Dia akhirnya masuk ke dalam salah satu restoran, sedangkan orang suruhan Devan duduk di meja lain. Ara merasa sedikit lega, tapi dia tetap merasa risih. Ara memesan makanan untuknya, dan minuman untuk orang suruhan Devan. Walaupun dia tidak suka dengan pengawalan, namun Ara tetap baik dengan orang itu. Beberapa menit menunggu akhirnya makanan Ara di antar ke meja. Dia akhirnya bisa mengisi perutnya. Ketika Ara tengah menikmati makanannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu melihat layarnya BIP "Ya. Halo Fan," ujar Ara "Sedang apa?" tanya Fanya "Aku sedang makan siang. Ada apa Fan?" ujar Ara "Tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku tidak enak, apa kamu baik-baik saja di sana? Dan kapan kamu pulang?" ujar Fanya Ara terdiam, dia bingung harus berkata apa. Gadis itu ingin sekali jujur pada sahabatnya, tapi dia takut jika melakukan itu maka akan membebani Fanya "Ara." panggil Fanya "Ya." sahut Ara "Ada apa denganmu? kenapa diam saja? apa kamu ada masalah?" tanyanya "Ti-tidak. Aku di sini baik-baik saja," jawab Ara. "Sudah dulu ya Fan, aku ingin makan dulu," "Baiklah kalau begitu. lanjutkan lagi makanmu," ujar Fanya Setelah itu, pembicaraan mereka pun berakhir. Wajah Ara terlihat sedih, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk beberapa saat dia hanya menatap makanannya saja. Ara merasa tidak lapar lagi, padahal dia baru makan dua suap "Sudahlah. Aku sudah tidak nafsu lagi untuk makan." gumamnya Dia membayar makanannya, lalu kembali ke hotel. Gadis itu meletakkan tasnya di atas meja, lalu dia naik ke atas kasur. Dia hanya duduk diam menatap ke depan dengan tatapan yang kosong. Hingga akhirnya dia merasa lelah, dan memutuskan untuk tidur. Namun, sebelumnya dia sudah menyuruh orang suruhan Devan untuk keluar dari kamarnya, dan berjaga di depan pintu. Malam semakin larut, Ara terbangun dari tidurnya karna ingin ke kamar mandi. Dia beranjak dari kasurnya lalu berjalan ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian Ara selesai dari kamar mandi. Sebelum dia kembali naik ke atas kasurnya, dia melihat orang suruhan Devan dari lubang kecil di pintunya. Dia ingin memastikan apa orang suruhan Devan masih ada atau tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD