Ingin Memiliki Sean

1039 Words
Tangan Valerie bergetar saat menatap tespek yang dipegang olehnya. Terlihat dua garis merah disana. Itu tandanya dia benar-benar hamil anaknya Sean. Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu di luar kamar mandi. Valerie yang masih syok sampai bingung harus berbuat apa. Setelah beberapa menit akhirnya dia membuka pintu kamar mandinya. Terlihat Sean berdiri tepat di hadapannya seolah menunggu jawaban darinya. "Bagaimana hasilnya? " tanya Sean begitu dingin. Tidak ada keramah-tamahan di wajahnya sejak mereka menikah hingga sekarang. Valerie tidak menjawab dan hanya menyerahkan tespek yang ada di tangannya. Sean menerima tespek itu dengan ekspresi wajah yang tak bisa dia gambarkan. Entah apa yang di rasakan oleh Sean saat ini. "Sean bagaimana? apa Veronica benar-benar hamil? " tanya Dewi tiba-tiba muncul mendekati mereka. Dewi melihat tespek di tangan Sean dengan tatapan terkejut. Dewi bersorak gembira lalu mengambil tespek yang ada di tangan Sean. "Papa!! Veronica hamil pa!! sebentar lagi kita punya cucu lagi pa!! " seru Dewi sambil menghampiri suaminya dan memperlihatkan hasil tespek itu. Sedangkan Valerie dan Sean hanya saling pandang dalam kecanggungan. Entah mereka mau bahagia atau tidak dengan kehamilan ini. *** "Apa?! hamil?! " tubuh Veronica bergetar saat mendengar perkataan Sean. Kemudian tatapannya beralih pada Valerie yang sedang duduk di hadapannya. Benar dugaannya kalau Valerie pasti akan hamil anak dari suaminya. "Kamu harus menjaga bayi itu dengan baik Valerie. Bayimu akan menjadi milikku dan mas Sean. Kamu paham kan? " ucap Veronica seraya menahan tangisnya. "Iya kak, " sahut Valerie dengan kepala tertunduk. Setelah mengatakan itu Veronica beranjak dari duduknya dan pergi menuju kamarnya. Dia sudah tidak sanggup duduk berlama-lama di depan Valerie. Sean segera menyusul Veronica sedangkan Valerie masih duduk di tempatnya sambil meraba perutnya yang masih datar. Apakah dia sanggup menyerahkan darah dagingnya kepada kakaknya sendiri. Di dalam kamar Sean melihat Veronica duduk di pinggir ranjang dengan posisi membelakanginya. Dia tau kalau saat ini istrinya itu sedang menangis. Rasa bersalah kembali menyelimuti hatinya. Gara-gara kecerobohannya malam itu, situasinya jadi semakin rumit ditambah lagi Valerie hamil anaknya. Sean menghampiri Veronica dan duduk di sampingnya. Veronica memalingkan wajahnya, tidak ingin Sean melihatnya saat ini. "Sayang maafkan aku... " sesal Sean. Andai saja dia bisa mengulang kembali waktu tapi dia tidak bisa melakukannya. "Tolong tinggalkan aku sendiri Sean, " pinta Veronica dengan suara serak. Sean membalik tubuh Veronica dan melihat pipinya sudah basah oleh air mata. Dadanya berdenyut nyeri karena dirinyalah istrinya menangis dan terluka seperti ini. "Maafkan aku Veronica maafkan aku, " Sean merengkuh istrinya itu ke dalam pelukannya seraya mengucapkan kata-kata maaf di telinganya. Tangis Veronica makin terdengar jelas. Dia menangis terisak-isak di dalam pelukan Sean. Sakit rasanya menerima kenyataan bahwa adiknya dihamili oleh suaminya sendiri. Perlahan tangisnya mereda. Semua yang sudah terjadi tidak bisa diperbaiki lagi. Sekarang dia harus berlapang d**a menerima anak itu. "Apa Valerie sudah periksa kehamilan ke dokter? " tanya Veronica. "Belum, kami belum sempat ke dokter, " jawab Sean. "Bagaimana kalau besok kita ke dokter? aku tidak sabar ingin melihat calon anak kita sayang, " ucap Veronica sambil mempererat pelukannya. "Baiklah, jangan menangis lagi ya. Setelah satu tahun aku akan segera menceraikan dia, " janji Sean. Keesokan harinya mereka bertiga datang bersama ke klinik dokter kandungan. Dokter sampai bingung karena biasanya yang datang ke kliniknya adalah sepasang suami istri. "Maaf sebelumnya, disini siapa yang bernama ibu Valerie Alexander? " tanya dokter itu sambil memperhatikan Valerie dan Veronica secara bergantian. "Saya dok? " jawab Valerie. "Ehm baiklah sekarang ibu Valerie silahkan berbaring di atas bangsal disana, " seorang asisten dokter membantu Valerie untuk berbaring di atas bangsal dengan hati-hati. Lalu asisten dokter itu menyingkap baju Valerie hingga perutnya yang mulus terlihat dan memberikan sebuah gel di perutnya. Dokter kandungan mulai bersiap memeriksa kandungannya menggunakan sebuah alat yang ditekan di perutnya Valerie. Veronica dan Sean saling berpegangan tangan sambil melihat layar monitor. Jujur mereka berdua tidak sabar melihat calon bayi mereka. Bukan hanya mereka, Valerie juga merasa berdebar-debar saat ini karena ini adalah pengalaman pertamanya. "Bapak dan ibu, lihat disana ada kantung ketubannya. Diperkirakan umur kandungan saat ini sudah 10 minggu. Keadaannya juga bagus, apa kalian ingin mendengarkan detak jantungnya? " tanya dokter. "Iya dok, " sahut Veronica tidak sabar. Tak lama kemudian terdengar suara detak jantung bayi yang dikandung oleh Valerie. DEG DEG DEG Air mata Valerie mengalir saat mendengarnya. Tiba-tiba rasa takut menyelimuti hatinya. Dia takut jika bayi ini diambil darinya. Tapi Veronica sangat menginginkan bayinya. "Sayang kamu dengar suara detak jantung bayi kita? dok apa bisa nanti saya minta hasil USG nya? " tanya Veronica. "Tentu bu saya akan mencetaknya nanti, " dokter sedikit kebingungan melihat reaksi mereka bertiga. Tapi dia tidak terlalu ingin banyak bertanya dan memusingkannya. Setelah meresepkan vitamin dan mencetak hasil USG mereka bertiga pulang dalam satu mobil yang sama. Veronica dan Sean duduk di kemudi depan sedangkan Valerie hanya duduk sendirian di belakang kemudi. Sesekali Valerie mengelus perut datarnya dengan perlahan. Dia masih merasa bimbang dengan keputusan Veronica yang ingin mengambil bayi ini setelah dia melahirkan nanti. Sementara Veronica terus melihat hasil foto USG di tangannya dengan senyum mengembang di wajahnya. "Sayang aku tidak sabar menunggu bayi kira lahir, " ucap Veronica sambil menyandarkan kepalanya di bahu Sean. "Iya sayang aku juga tidak sabar menantikan kelahiran anak kita, " sahut Sean seraya memperhatikan jalan yang ada di depannya. Valerie hanya tersenyum pahit mendengar obrolan mereka. Mereka berbicara seolah-olah tidak pernah menganggapnya ada disini. "Kak Sean kenapa mencintaimu sesakit ini rasanya? aku yang lebih dulu mencintaimu tapi malah kakakku yang mendapatkanmu. Padahal wajah kami mirip. Apa yang membuatmu jatuh cinta pada kakakku? aku akan mengikhlaskan anak ini jika kamu menjadi milikku, " batin Valerie sambil mengepalkan tangannya menahan rasa kecemburuannya. Pikiran jahat mulai berkeliaran di dalam otaknya. Tadinya dia ingin menjauh dari hidup Veronica dan Sean setelah melahirkan anaknya. Tapi sekarang keadaan telah berubah. Dia ingin memiliki Sean sepenuhnya. Setelah sampai dirumah Valerie pura-pura sakit kepala agar menarik perhatiannya Sean. "Valerie?! kamu kenapa?!" tanya Veronica cemas. "Kepalaku pusing kak, aku tidak bisa berdiri dengan benar, " jawab Valerie seraya memegang kepalanya. "Mas Sean tolong gendong Valerie sampai ke kamarnya, " pinta Veronica. Sean mengangguk lalu dia menggendong Valerie sesuai perintah Veronica. Valerie sengaja mengalungkan tangannya di leher Sean dan menaruh kepalanya di d**a bidang pria itu. "Sean.. kamu akan menjadi milikku, " batinnya sambil menyunggingkan senyum jahatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD